FAMILY
Ketika Anak Tantrum, Apa Penyebab dan Bagaimana Mengatasinya?
Mia Vale
Selasa 08 Oktober 2024 / 08:37
Jakarta: Temper tantrum merupakan kondisi ketika seorang anak meluapkan kemarahan dan rasa frustasinya tanpa direncanakan. Tantrum bisa bersifat fisik, verbal, atau keduanya. Si kecil mungkin bertingkah, mengganggu, dan umumnya menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan.
Biasanya mereka bersikap seperti ini karena menginginkan atau membutuhkan sesuatu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Tantrum sering kali tidak proporsional dengan keadaan. Dengan kata lain, anak-anak bereaksi sangat kuat terhadap situasi yang mungkin ringan.
Misalnya, Moms mungkin menyuruh anak untuk menyimpan mainannya atau menolak permintaan camilannya. Hal ini dapat menyebabkan pemukulan, teriakan, dan pemukulan. Lantas, bagaimana tanda dan apa yang bisa Moms lakikan kala si kecil tantrum?
Sebenarnya, tantrum masih hal yang normal dari perkembangan anak. Umumnya terjadi ketika seorang anak belajar menjadi lebih mandiri. Tantrum mengutip laman Cleveland Clinic, paling sering terjadi antara usia 1 - 4 tahun, rata-rata hingga satu kali dalam sehari.
Biasanya berkurang ketika si kecil mulai bersekolah. Pada usia ini, mereka lebih banyak berbicara, sehingga mereka dapat mengungkapkan kebutuhannya secara verbal. Amukan ini biasanya berlangsung antara 2 - 15 menit.
Sedangkan amukan hebat yang berlangsung lebih dari 15 menit mungkin merupakan tanda adanya masalah yang lebih serius. Jika anak Moms mengalami ledakan kekerasan yang berkepanjangan, bicarakan dengan dokter.
.jpg)
(Saat si kecil tantrum di tetap umum, usahakan Moms dan Dads tetap tenang. Jangan panik atau cemas, dan hindari untuk berteriak atau memaksa anak. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Penyebab temper tantrum bisa meliputi, frustrasi, menginginkan perhatian, menginginkan sesuatu (seperti camilan atau mainan), menghindari melakukan sesuatu (seperti membersihkan atau membereskan mainan), kelaparan, atau kelelahan. Penyebab besar balita marah-marah adalah konflik yang mereka rasakan.
Mereka mencari kemandirian namun tetap mendambakan perhatian orang tua. Dan mereka belum mengembangkan keterampilan mengatasi emosi atau kekecewaan yang kuat. Mereka sering kali tidak memiliki kemampuan verbal untuk menjelaskan perasaannya, sehingga mereka malah menyerang.
Sedangkat menukil laman Raising Children, selama tantrum, si kecil kemungkinan akan:
Baca juga: Ini Bahayanya jika Anak Diberi Hukuman Fisik
- Merengek, menangis dan berteriak
- Tendang, pukul, dan cubit
- Pukulan tangan dan kaki
- Tahan napas
- Tegangkan tubuhnya atau lemas
Terkadang, saat anak tantrum, segala cara Moms lakukan untuk mengatasinya. Nah, saat tantrum terjadi, ada baiknya, cara meresponsnya bergantung pada usia anak:
- Untuk balita, time-in merupakan hal yang baik, seperti tetap dekat, berikan kenyamanan, dan yakinkan anak bahwa Moms memahami perasaannya
- Untuk anak yang lebih besar, Moms dapat menggunakan 5 langkah menenangkan, seperti kenali emosinya, beri nama, jeda, dukung si kecil saat dia tenang, dan atasi masalah yang memicu kemarahannya.
Dan kiat-kiat ini mungkin dapat membantu mengatasi kemarahan dengan mengurangi tekanan bagi semua orang:
- Pastikan anak dan orang lain di sekitar aman
- Setelah anak berada di tempat yang aman, akui dengan tenang emosi yang mereka ungkapkan, bicaralah perlahan dan dengan suara rendah
- Tetaplah diam bersama si kecil sampai mereka tenang. Berikan lebih banyak ruang fisik jika mereka membutuhkannya
- Bersikaplah konsisten untuk tidak menyerah pada tuntutan. Ini akan membantunya mengerti kalau tantrum tidak membantunya mendapatkan apa yang diinginkannya
- Cobalah 'instruksi paradoks', artinya memberi izin pada anak Anda untuk berteriak dan berteriak sampai mereka siap untuk berhenti
- Hibur anak ketika mereka sudah tenang
Ingat Moms, amukan anak yang marah bukanlah cerminan pola asuh yang buruk. Tantrum terjadi karena kepribadian anak dan situasi saat ini. Itu adalah bagian normal dari perkembangan anak. Amukan adalah bagian perkembangan anak yang normal, meski membuat frustrasi. Saat amarah muncul, cobalah untuk tetap tenang.
Akui emosi si kecil. Saat anak sudah tenang, bantu mereka memberi label pada emosi tersebut dan temukan cara yang lebih baik untuk bereaksi terhadap kekecewaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Biasanya mereka bersikap seperti ini karena menginginkan atau membutuhkan sesuatu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Tantrum sering kali tidak proporsional dengan keadaan. Dengan kata lain, anak-anak bereaksi sangat kuat terhadap situasi yang mungkin ringan.
Misalnya, Moms mungkin menyuruh anak untuk menyimpan mainannya atau menolak permintaan camilannya. Hal ini dapat menyebabkan pemukulan, teriakan, dan pemukulan. Lantas, bagaimana tanda dan apa yang bisa Moms lakikan kala si kecil tantrum?
Kapan biasanya tantrum terjadi?
Sebenarnya, tantrum masih hal yang normal dari perkembangan anak. Umumnya terjadi ketika seorang anak belajar menjadi lebih mandiri. Tantrum mengutip laman Cleveland Clinic, paling sering terjadi antara usia 1 - 4 tahun, rata-rata hingga satu kali dalam sehari.
Biasanya berkurang ketika si kecil mulai bersekolah. Pada usia ini, mereka lebih banyak berbicara, sehingga mereka dapat mengungkapkan kebutuhannya secara verbal. Amukan ini biasanya berlangsung antara 2 - 15 menit.
Sedangkan amukan hebat yang berlangsung lebih dari 15 menit mungkin merupakan tanda adanya masalah yang lebih serius. Jika anak Moms mengalami ledakan kekerasan yang berkepanjangan, bicarakan dengan dokter.
Penyebab anak tantrum
.jpg)
(Saat si kecil tantrum di tetap umum, usahakan Moms dan Dads tetap tenang. Jangan panik atau cemas, dan hindari untuk berteriak atau memaksa anak. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Penyebab temper tantrum bisa meliputi, frustrasi, menginginkan perhatian, menginginkan sesuatu (seperti camilan atau mainan), menghindari melakukan sesuatu (seperti membersihkan atau membereskan mainan), kelaparan, atau kelelahan. Penyebab besar balita marah-marah adalah konflik yang mereka rasakan.
Mereka mencari kemandirian namun tetap mendambakan perhatian orang tua. Dan mereka belum mengembangkan keterampilan mengatasi emosi atau kekecewaan yang kuat. Mereka sering kali tidak memiliki kemampuan verbal untuk menjelaskan perasaannya, sehingga mereka malah menyerang.
Sedangkat menukil laman Raising Children, selama tantrum, si kecil kemungkinan akan:
Baca juga: Ini Bahayanya jika Anak Diberi Hukuman Fisik
- Merengek, menangis dan berteriak
- Tendang, pukul, dan cubit
- Pukulan tangan dan kaki
- Tahan napas
- Tegangkan tubuhnya atau lemas
Cara mengatasi saat anak tantrum
Terkadang, saat anak tantrum, segala cara Moms lakukan untuk mengatasinya. Nah, saat tantrum terjadi, ada baiknya, cara meresponsnya bergantung pada usia anak:
- Untuk balita, time-in merupakan hal yang baik, seperti tetap dekat, berikan kenyamanan, dan yakinkan anak bahwa Moms memahami perasaannya
- Untuk anak yang lebih besar, Moms dapat menggunakan 5 langkah menenangkan, seperti kenali emosinya, beri nama, jeda, dukung si kecil saat dia tenang, dan atasi masalah yang memicu kemarahannya.
Atasi kemarahan si kecil
Dan kiat-kiat ini mungkin dapat membantu mengatasi kemarahan dengan mengurangi tekanan bagi semua orang:
- Pastikan anak dan orang lain di sekitar aman
- Setelah anak berada di tempat yang aman, akui dengan tenang emosi yang mereka ungkapkan, bicaralah perlahan dan dengan suara rendah
- Tetaplah diam bersama si kecil sampai mereka tenang. Berikan lebih banyak ruang fisik jika mereka membutuhkannya
- Bersikaplah konsisten untuk tidak menyerah pada tuntutan. Ini akan membantunya mengerti kalau tantrum tidak membantunya mendapatkan apa yang diinginkannya
- Cobalah 'instruksi paradoks', artinya memberi izin pada anak Anda untuk berteriak dan berteriak sampai mereka siap untuk berhenti
- Hibur anak ketika mereka sudah tenang
Ingat Moms, amukan anak yang marah bukanlah cerminan pola asuh yang buruk. Tantrum terjadi karena kepribadian anak dan situasi saat ini. Itu adalah bagian normal dari perkembangan anak. Amukan adalah bagian perkembangan anak yang normal, meski membuat frustrasi. Saat amarah muncul, cobalah untuk tetap tenang.
Akui emosi si kecil. Saat anak sudah tenang, bantu mereka memberi label pada emosi tersebut dan temukan cara yang lebih baik untuk bereaksi terhadap kekecewaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)