FAMILY
Jangan Selalu Mengeluh Tentang Rendahnya Budaya Baca
K. Yudha Wirakusuma
Rabu 10 Maret 2021 / 20:56
Jakarta: Faktor lingkungan di dalam keluarga sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak. Sebab adanya ikatan emosi dan pertalian darah yang kuat. Keluarga juga berperan penting membangun suasana rumah yang mendukung untuk hobi anak, seperti membaca.
Jika kecintaan anak pada buku sudah terbangun, maka wawasan akan luas dan melatih pola pikir kritis. Penanaman literasi dini dianggap penting untuk membantu anak saat berada di bangku kuliah.
Selain itu, perpustakaan yang menjadi urat nadi aktivitas akademik diharapkan dapat lebih nyata berperan menjawab tentang rendahnya kegemaran dan indeks literasi. "Tugas perguruan tinggi tidak sekedar mencetak sarjana," ujar Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando mengawali Webinar Akreditasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Swasta dalam Mendukung Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat, Rabu, 10 Maret 2021 .
Sebagai urat nadi perguruan tinggi, wajib dimaknai bahwa perpustakaan adalah rumah mahasiswa. Dimana mahasiswa memiliki ilmu pengetahuan, tidak hanya gelar. Perpustakaan adalah tempat penulis, peneliti dan melahirkan intelektual kampus.
Aktivitas perguruan tinggi potensial menghasilkan banyak buku. Maka, tidak salah jika ingin mencari ilmu pengetahuan, kampus menjadi tujuan.
Perguruan tinggi harus lebih banyak menelurkan kreativitas agar kebutuhan bahan bacaan sampai hingga ke pedesaan. "Jangan selalu mengeluh tentang rendahnya budaya baca tetapi tidak mengaitkan dengan rasio buku di masyarakat, sudah memadai atau belum," tambahnya.
Perpustakaan adalah unsur penting yang dibangun perguruan tinggi maka sejumlah syarat akreditasi juga mesti diperhatikan. Tidak hanya dirancang lebih menarik dibanding kafe atau mal.
Sementara itu, Rektor Universitas Islam Makassar Majdah Muhyiddin Zain mengatakan aspek SDM diposisikan lebih tinggi di perguruan tinggi. Rektor berjanji akan menempatkan SDM perguruan tinggi sebagai jantung."Dengan menempatkan atmosfer akademik yang baik, perpustakaan dapat menjadi salah satu alasan masuk kampus, " urai Muhyiddin. Zain.
Akreditasi perpustakaan akhir-akhir ini menjadi elemen penting dalam proses belajar di perguruan tinggi. Apalagi kini merupakan satu syarat pengusulan kenaikan status perguruan tinggi dan pengusulan jurusan dan prodi baru. Tujuan Akreditasi adalah meningkatkan kepercayaan pemustaka terhadap kinerja perpustakaan.
Menurut Direktur Standarisasi dan Akreditasi Perpustakaan Perpusnas Supriyanto cakupan perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan universitas, institut, sekolah tinggi dan politeknik. Saat ini jumlah perpustakaan perguruan tinggi yang akan diakreditasi sebanyak 1.500 perpustakaan. Namun, untuk perpustakaan perguruan tinggi yang terakreditasi A baru berjumlah 14 perpustakaan.
Supriyanto menganggap ada sejumlah permasalahan umum kenapa baru sedikit yang terakreditasi, diantaranya belum maksimalnya kebijakan K/L yang mewajibkan perpustakaan dilakukan akreditasi sehingga komponen perpustakaan belum dimaksimalkan sebagai indikator perpustakaan perguruan tinggi.
"Masih ada 392 perpustakaan yang akan diakreditasi Perpusnas. Maka, untuk mempercepat akreditasi kami melibatkan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi (FPPTI) dan organisasi profesi lainnya di perguruan tinggi yang dibantu para asesor akreditasi, " jelas Supriyanto.
Akreditasi menjamin konsistensi layanan perpustakaan. Perpustakaan yang terakreditasi menjadi rujukan perpustakaan lainnya.
Khusus di Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah perpustakaan yang telah terakreditasi berjumlah 102 perpustakaan yang terdiri dari 64 sekolah, 21 perpustakaan perguruan tinggi, 8 umum dan 9 khusus.
Webinar selain menghadirkan nara sumber diatas juga mengetengahkan nara sumber lain yakni pustakawan Universitas Hasanuddin Iskandar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(YDH)
Jika kecintaan anak pada buku sudah terbangun, maka wawasan akan luas dan melatih pola pikir kritis. Penanaman literasi dini dianggap penting untuk membantu anak saat berada di bangku kuliah.
Selain itu, perpustakaan yang menjadi urat nadi aktivitas akademik diharapkan dapat lebih nyata berperan menjawab tentang rendahnya kegemaran dan indeks literasi. "Tugas perguruan tinggi tidak sekedar mencetak sarjana," ujar Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando mengawali Webinar Akreditasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Swasta dalam Mendukung Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat, Rabu, 10 Maret 2021 .
Sebagai urat nadi perguruan tinggi, wajib dimaknai bahwa perpustakaan adalah rumah mahasiswa. Dimana mahasiswa memiliki ilmu pengetahuan, tidak hanya gelar. Perpustakaan adalah tempat penulis, peneliti dan melahirkan intelektual kampus.
Aktivitas perguruan tinggi potensial menghasilkan banyak buku. Maka, tidak salah jika ingin mencari ilmu pengetahuan, kampus menjadi tujuan.
Perguruan tinggi harus lebih banyak menelurkan kreativitas agar kebutuhan bahan bacaan sampai hingga ke pedesaan. "Jangan selalu mengeluh tentang rendahnya budaya baca tetapi tidak mengaitkan dengan rasio buku di masyarakat, sudah memadai atau belum," tambahnya.
Perpustakaan adalah unsur penting yang dibangun perguruan tinggi maka sejumlah syarat akreditasi juga mesti diperhatikan. Tidak hanya dirancang lebih menarik dibanding kafe atau mal.
Sementara itu, Rektor Universitas Islam Makassar Majdah Muhyiddin Zain mengatakan aspek SDM diposisikan lebih tinggi di perguruan tinggi. Rektor berjanji akan menempatkan SDM perguruan tinggi sebagai jantung."Dengan menempatkan atmosfer akademik yang baik, perpustakaan dapat menjadi salah satu alasan masuk kampus, " urai Muhyiddin. Zain.
Akreditasi perpustakaan akhir-akhir ini menjadi elemen penting dalam proses belajar di perguruan tinggi. Apalagi kini merupakan satu syarat pengusulan kenaikan status perguruan tinggi dan pengusulan jurusan dan prodi baru. Tujuan Akreditasi adalah meningkatkan kepercayaan pemustaka terhadap kinerja perpustakaan.
Menurut Direktur Standarisasi dan Akreditasi Perpustakaan Perpusnas Supriyanto cakupan perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan universitas, institut, sekolah tinggi dan politeknik. Saat ini jumlah perpustakaan perguruan tinggi yang akan diakreditasi sebanyak 1.500 perpustakaan. Namun, untuk perpustakaan perguruan tinggi yang terakreditasi A baru berjumlah 14 perpustakaan.
Supriyanto menganggap ada sejumlah permasalahan umum kenapa baru sedikit yang terakreditasi, diantaranya belum maksimalnya kebijakan K/L yang mewajibkan perpustakaan dilakukan akreditasi sehingga komponen perpustakaan belum dimaksimalkan sebagai indikator perpustakaan perguruan tinggi.
"Masih ada 392 perpustakaan yang akan diakreditasi Perpusnas. Maka, untuk mempercepat akreditasi kami melibatkan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi (FPPTI) dan organisasi profesi lainnya di perguruan tinggi yang dibantu para asesor akreditasi, " jelas Supriyanto.
Akreditasi menjamin konsistensi layanan perpustakaan. Perpustakaan yang terakreditasi menjadi rujukan perpustakaan lainnya.
Khusus di Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah perpustakaan yang telah terakreditasi berjumlah 102 perpustakaan yang terdiri dari 64 sekolah, 21 perpustakaan perguruan tinggi, 8 umum dan 9 khusus.
Webinar selain menghadirkan nara sumber diatas juga mengetengahkan nara sumber lain yakni pustakawan Universitas Hasanuddin Iskandar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)