FAMILY
Cara Unik Tasya Kamila Ajarkan Buah Hatinya #BijakPlastikSejakDini
Yuni Yuli Yanti
Kamis 27 Juni 2024 / 15:00
Jakarta: Tasya Kamila didapuk sebagai Duta Lingkungan Hidup sejak dirinya masih usia belia di tahun 2005 silam. Menurut mantan penyanyi cilik yang kini dikenal sebagai selebriti Moms itu, bentuk cinta akan lingkungan bisa diwujudkan melalui pengelolaan sampah.
"Menjaga lingkungan itu bukan cuma membuang sampah pada tempatnya saja. Pengelolaan sampah dari rumah harus dibiasakan sejak dini dan dimulai dari diri sendiri. Karena, tiap individmenghasilkan sampah, jadi ada tanggung jawab untuk mengelola sampahnya sendiri," ujarnya dalam acara konferensi pers Mondelez Indonesia #BijakPlastikSejakDini, pada Rabu (26/6/2024), di Artotel Gelora Senayan, Jakarta.
Di rumah, ibu dari Arrasya Wardhana Bachtiar (5 tahun) dan Shafanina Wardhana Bachtiar (1,5 tahun) ini mengaku telah membuat sistem pengelolaan sampah dengan membedakannya menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik ditampung dalam composter. Sementara, sampah anorganik dipilah untuk disalurkan ke bank sampah.
"Arr itu sekarang levelnya baru membantu mamanya membuang sampah. Memilah sampah dan mengumpulkannya. Dia belum tahu konsep reuse, reduce dan recycle. Jadi, aku cuma suka kasih tau aja kalau jangan suka menyisakan makanan. Jangan mubazir. Kalau makan jangan banyak bergerak biar makananya enggak berantakan dan jadi sampah. Trus kalau dulu bingung ngumpulin sampah trus di kemanain, sekarang kan udah banyak bank sampah. Jadi lebih mudah untuk mengelolannya ya," jelas wanita berusia 31 tahun itu.
Selain mengajarkan mengelola sampah, Tasya juga senang mengajak anak-anaknya bermain di alam terbuka. Terkadang, ia juga menyelipkan edukasi tentang keindahan alam sambil bernyanyi.
"Saya sambil nyanyi 'Memandang alam dari atas bukit', anak jadi penasaran bukit itu kayak gimana sih? Lalu main ke pantai, lihat, kok, banyak sampah? Nah, masuk edukasinya. Kalau ada sampah buang ke tempatnya," katanya.
Menurut Tasya, apa yang anak lihat atau alami membuat mereka kian berempati dengan alam. Saat anak terhubung dengan alam, kemudian tumbuh kepedulian akan lingkungan.
"Kalau lagi jalan-jalan, nyanyi 'naik-naik ke puncak gunung...banyak pohon cemara', wah pohon cemaranya enggak ada, adanya restoran. Dari situ kita bisa edukasi, jangan iseng petikin pohon," tutup Tasya dengan tawa.

(Ki-ka: Dr. Lina Trimugi Astuti selaku Sekretaris Jenderal IESA, Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication & Government Affairs Mondelez Indonesia, dan Tasya Kamila dalam acara konferensi pers Edukasi #BijakPlastikSejakDini. Foto: Dok. Yuni Yuli)
Oleh karena itu, sinergi lingkungan sangatlah diperlukan agar proses pengenalan dan pembiasaan untuk mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah plastik sejak dini dapat berjalan efektif.
Memahami hal tersebut, Mondelez Indonesia perluas jangkauan inisiatif #BijakPlastikSejakDini yang kini telah memasuki tahun keempat penyeleggaraannya dengan menjadi mitra Gerakan Sekolah Sehat (GSS) Kemendikbudristek, serta menghadirkan rangkaian kegiatan guna memaksimalkan terciptanya sinergi lingkungan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication & Government Affairs Mondelez Indonesia mengatakan inisiatif #BijakPlastikSejakDini hadir sejak 2021 dengan mengedepankan konsep bank sampah di sekolah, sehingga bisa memberikan manfaat sosial ekonomi dan pada akhirnya dapat mengurangi timbunan sampah plastik.
Selama empat tahun pelaksanaannya, inisiatif #BijakPlastikSejakDini telah melibatkan partisipasi dari 1.500 peserta didik, guru dan orang tua murid sehingga terkumpul lebih dari 3 ton sampah plastik yang kemudian didaur ulang menjadi furniture penunjang kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah binaan Mondelez Indonesia.
"Sebagai kelanjutan dari rangkaian inisiatif #BijakPlastikSejakDini dimulai dengan workshop pengelolaan sampah plastik yang dihadiri lebih dari 500 peserta, mulai dari guru dan perwakilan sekolah (SD), perwakilan orang tua, mahasiswa, serta komunitas peduli lingkungan. Selain itu, Mondelez Indonesia juga menyelenggarakan kompetisi digital yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu inovasi daur ulang sampah plastik dan inovasi ide pengelolaan sampah plastik. Juga, meluncurkan materi edukasi buku saku dan video animasi pengantar, yang dalam pembuatannya didukung oleh tim dari Indonesia Environmental Scientists Association (IESA)," tutur Khrisma Fitriasari.
Parveen Dalal, President Director Mondelez Indonesia menambahkan inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap pengendalian sampah plastik, sekaligus wujud nyata kontribusi #MondelezUntukIndonesia.
"Inisiatif #BijakPlastikSejakDini berfokus pada upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan menginspirasi anak agak bijak mengelola sampah plastik sejak dini. Kami berharap kedepannya inisiatif ini bisa terus diperluas, sehingga menjangkau dan melibatkan lebih banyak pihak,” tutup Parveen Dalal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
"Menjaga lingkungan itu bukan cuma membuang sampah pada tempatnya saja. Pengelolaan sampah dari rumah harus dibiasakan sejak dini dan dimulai dari diri sendiri. Karena, tiap individmenghasilkan sampah, jadi ada tanggung jawab untuk mengelola sampahnya sendiri," ujarnya dalam acara konferensi pers Mondelez Indonesia #BijakPlastikSejakDini, pada Rabu (26/6/2024), di Artotel Gelora Senayan, Jakarta.
Di rumah, ibu dari Arrasya Wardhana Bachtiar (5 tahun) dan Shafanina Wardhana Bachtiar (1,5 tahun) ini mengaku telah membuat sistem pengelolaan sampah dengan membedakannya menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik ditampung dalam composter. Sementara, sampah anorganik dipilah untuk disalurkan ke bank sampah.
"Arr itu sekarang levelnya baru membantu mamanya membuang sampah. Memilah sampah dan mengumpulkannya. Dia belum tahu konsep reuse, reduce dan recycle. Jadi, aku cuma suka kasih tau aja kalau jangan suka menyisakan makanan. Jangan mubazir. Kalau makan jangan banyak bergerak biar makananya enggak berantakan dan jadi sampah. Trus kalau dulu bingung ngumpulin sampah trus di kemanain, sekarang kan udah banyak bank sampah. Jadi lebih mudah untuk mengelolannya ya," jelas wanita berusia 31 tahun itu.
Selain mengajarkan mengelola sampah, Tasya juga senang mengajak anak-anaknya bermain di alam terbuka. Terkadang, ia juga menyelipkan edukasi tentang keindahan alam sambil bernyanyi.
"Saya sambil nyanyi 'Memandang alam dari atas bukit', anak jadi penasaran bukit itu kayak gimana sih? Lalu main ke pantai, lihat, kok, banyak sampah? Nah, masuk edukasinya. Kalau ada sampah buang ke tempatnya," katanya.
Menurut Tasya, apa yang anak lihat atau alami membuat mereka kian berempati dengan alam. Saat anak terhubung dengan alam, kemudian tumbuh kepedulian akan lingkungan.
"Kalau lagi jalan-jalan, nyanyi 'naik-naik ke puncak gunung...banyak pohon cemara', wah pohon cemaranya enggak ada, adanya restoran. Dari situ kita bisa edukasi, jangan iseng petikin pohon," tutup Tasya dengan tawa.

(Ki-ka: Dr. Lina Trimugi Astuti selaku Sekretaris Jenderal IESA, Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication & Government Affairs Mondelez Indonesia, dan Tasya Kamila dalam acara konferensi pers Edukasi #BijakPlastikSejakDini. Foto: Dok. Yuni Yuli)
Edukasi #BijakPlastikSejakDini
Tak dapat dipungkiri bahwa lingkungan tempat anak tumbuh turut memberi pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan karakter anak, terutama dalam upaya menumbuhkan kesadaran pengendalian sampah plastik.Oleh karena itu, sinergi lingkungan sangatlah diperlukan agar proses pengenalan dan pembiasaan untuk mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah plastik sejak dini dapat berjalan efektif.
Memahami hal tersebut, Mondelez Indonesia perluas jangkauan inisiatif #BijakPlastikSejakDini yang kini telah memasuki tahun keempat penyeleggaraannya dengan menjadi mitra Gerakan Sekolah Sehat (GSS) Kemendikbudristek, serta menghadirkan rangkaian kegiatan guna memaksimalkan terciptanya sinergi lingkungan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication & Government Affairs Mondelez Indonesia mengatakan inisiatif #BijakPlastikSejakDini hadir sejak 2021 dengan mengedepankan konsep bank sampah di sekolah, sehingga bisa memberikan manfaat sosial ekonomi dan pada akhirnya dapat mengurangi timbunan sampah plastik.
Selama empat tahun pelaksanaannya, inisiatif #BijakPlastikSejakDini telah melibatkan partisipasi dari 1.500 peserta didik, guru dan orang tua murid sehingga terkumpul lebih dari 3 ton sampah plastik yang kemudian didaur ulang menjadi furniture penunjang kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah binaan Mondelez Indonesia.
"Sebagai kelanjutan dari rangkaian inisiatif #BijakPlastikSejakDini dimulai dengan workshop pengelolaan sampah plastik yang dihadiri lebih dari 500 peserta, mulai dari guru dan perwakilan sekolah (SD), perwakilan orang tua, mahasiswa, serta komunitas peduli lingkungan. Selain itu, Mondelez Indonesia juga menyelenggarakan kompetisi digital yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu inovasi daur ulang sampah plastik dan inovasi ide pengelolaan sampah plastik. Juga, meluncurkan materi edukasi buku saku dan video animasi pengantar, yang dalam pembuatannya didukung oleh tim dari Indonesia Environmental Scientists Association (IESA)," tutur Khrisma Fitriasari.
Parveen Dalal, President Director Mondelez Indonesia menambahkan inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap pengendalian sampah plastik, sekaligus wujud nyata kontribusi #MondelezUntukIndonesia.
"Inisiatif #BijakPlastikSejakDini berfokus pada upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan menginspirasi anak agak bijak mengelola sampah plastik sejak dini. Kami berharap kedepannya inisiatif ini bisa terus diperluas, sehingga menjangkau dan melibatkan lebih banyak pihak,” tutup Parveen Dalal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)