FAMILY

Mengenal Agoraphobia dan Beberapa Pemicunya

Raka Lestari
Senin 18 Mei 2020 / 18:19

Jakarta: Agoraphobia adalah ketakutan yang berlebihan ketika berada di luar rumah sendirian. Bagi seseorang yang mengalami agoraphonia, tempat-tempat yang bisa memicu kecemasan mereka diantaranya seperti transportasi umum, taman terbuka, ruang tertutup seperti supermarket, atau berada di tengah keramaian.

"Jika kehidupan sehari-hari Anda dipengaruhi oleh keengganan atau ketakutan meninggalkan rumah atau tempat yang aman, ini merupakan gejala utama dari agoraphobia,” kata Ahmet Mehmet, seorang psikoterapis di bidang gangguan kecemasan.

Untuk bisa didiagnosis mengalami agoraphobia atau tidak, seseorang harus mengalami rasa takut tersebut setidaknya enam bulan berturut-turut. Dan itu harus dipicu setidaknya dari beberapa pemicu berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yaitu menggunakan transportasi umum, berada di tempat terbuka, tempat tertutup, mengantre atau di keramaian, dan berada di luar rumah.

Menurut Kevin Gournay, seorang psikolog dan profesor terdaftar di Institute of Psychiatry di Kings College di London, seseorang yang mengalami agoraphobia deprogram secara biologis untuk memproduksi adrenalin lebih mudah daripada orang normal.

embed

(Bagi seseorang yang mengalami agoraphonia, tempat-tempat yang ramai bisa memicu kecemasan mereka. Foto: Ilustrasi. Dok. Unsplash.com)

Dilansir dari Insider, menurut studi yang dilakukan pada tahun 2012 menemukan bahwa lokasi serangan panik pertama pada pasien berkaitan dengan pengembangan agoraphobia di kemudian hari. Dalam studi tersebut, mereka yang mengalami serangan panik pertama saat mengendarai mobil atau menggunakan transportasi umum lebih mungkin untuk mengembangkan agoraphobia sekitar 56 – 61 persen.

Pengalaman yang menakutkan dan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan juga dapat menyebabkan seseorang mengembangkan gejala agoraphobia. Menurut Mehmet, sangat mungkin seseorang yang mengembangkan gejala agoraphobia disebabkan karena pandemi covid-19.

Mereka yang cenderung memiliki tingkat kecemasan dan kepanikan yang tinggi lebih cenderung memiliki reaksi agoraphobia yang lebih ekstrem. 

"Jika Anda mengalami serangan panik di supermarket yang ramai selama pandemi covid-19 dan merasa takut untuk pergi ke supermarket bahkan sampai pandemi ini berakhir kemungkinan itu merupakan reaksi agoraphobia. Cara terbaik untuk mengobati agoraphobia adalah kombinasi perubahan gaya hidup, terapi berbicara, dan beberapa obat," tutup Mehmet. 



Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)

MOST SEARCH