FAMILY

Kapan Waktu yang Tepat Anak Melakukan Skrining Stunting? Ini Jawaban Dokter

Aulia Putriningtias
Jumat 24 Januari 2025 / 12:08
Jakarta: Stunting masih menjadi permasalahan di Indonesia dan perlunya kekompakkan untuk menekan angka ini. Salah satunya adalah melakukan skrining. Lalu kapan sebaiknya dilakukan?

Stunting merupakan suatu keadaan di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya karena kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak saat sedang dalam masa pertumbuhan.

Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1000 hari pertama kelahiran (HPK) tidak hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, namun juga mengancam perkembangan kognitif, yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak di masa dewasanya.

Menurut dr. Novitria Dwinanda, Sp.A(K) selaku Dokter Spesialis Anak, anak perlu melakukan skrining stunting. Hal ini untuk mendeteksi apakah anak mengalami stunting atau tidak.

Baca juga: Pendekatan Komprehensif dan Terintegrasi Pemkab Kutai Timur Mengatasi Stunting

Lebih lanjut, dr. Novi menekankan bahwa stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Jadi, diperlukan kedisplinan dalam melakukan skrining pada anak, baik itu di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau posyandu.

"Skrining itu dilakukan sebulan sekali di bawah satu tahun. Dilakukan setiap bulan untuk mengukur berat badan dan tinggi badan, kita nilai apakah ada masalah atau dia naik dalam keadaan baik-baik saja," kata dr. Novi dalam acara Kick Off Press Conference Kampanye 3 Langkah Maju bersama Sarihusada, Kamis, 23 Januari 2025.


Kick Off Press Conference Kampanye 3 Langkah Maju bersama Sarihusada, Kamis, 23 Januari 2025. Dok. Ist

Selain itu, pemantauan orang tua terhadap anak juga diperlukan dalam melihat anak stunting atau tidak. Salah satunya juga adalah bagaimana pengenalan makanan pendamping ASI atau MPASI bagi Si Kecil.

"Pada waktu kita ingin masuk ke enam bulan, atau di bawah 6 bulan tapi berat badan sudah naik dengan tidak baik dengan tanda kesiapan makan sudah keluar, maka anak boleh dimulai dengan MPASI," jelasnya.

Dr. Novi sendiri menekankan bahwa memberikan MPASI bukan lagi hanya memberi satu makanan saja. Namun, lengkap dengan karbohidrat, protein hewani sebanyak 15 persen, lemak sebanyak 40 persen, vitamin, mineral, dan bumbu rempah pilihan.

"MPASI tidak lagi makanan yang single, seperti cuma pisang atau wortel dulu yang dikasih, udah enggak zaman, sekarang makanan yang komplit yang lengkap," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH