FAMILY

Pengaruh Masker Terhadap Perkembangan Sosial dan Emosional Anak

Mia Vale
Senin 13 September 2021 / 15:00
Jakarta: American Academy of Pediatrics (AAP) baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka merekomendasikan agar anak-anak di atas usia dua tahun dan guru memakai masker wajah untuk tahun ajaran 2021-2022 mendatang untuk mengurangi penularan covid-19. 

Namun, seperti diwartakan Psychology Today, banyak orang tua dan pengasuh khawatir tentang potensi dampak jangka panjang dari penggunaan masker pada bahasa dan perkembangan sosial-emosional anak.
 

Apakah berdampak pada perkembangan bahasa? 


Beberapa orang tua dan pengasuh mungkin bertanya-tanya tentang sejauh mana anak-anak kecil dapat memahami bahasa ketika orang dewasa di sekitar mereka mengenakan masker. 

Dan ternyata, sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa bayi serta balita tidak mengalami kesulitan memahami kata-kata yang akrab ketika diucapkan melalui masker bedah biasa. Namun menunjukkan kesulitan memahami kata-kata melalui pelindung wajah yang jelas. 

Dengan kata lain, pelindung wajah yang jelas dapat menyebabkan distorsi isyarat visual dari wajah yang membuat kata sulit untuk dipahami. 

Singkatnya, kemampuan melihat mulut itu penting tetapi tidak esensial untuk perkembangan bahasa. Dan anak kemungkinan besar dapat memahami sebagian besar ucapan melalui masker biasa.


anak
(Habiskan lebih banyak waktu tatap muka di rumah (atau saat melepas masker dengan aman). Nyanyikan lagu, mainkan game, dan gunakan mainan favorit mereka untuk mencoba mengalihkan perhatian mereka ke wajahmu. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
 

Apakah memengaruhi perkembangan emosional?


Pertanyaan tersebut juga sering diungkapkan oleh para orang tua dan perawat. Penelitian menunjukkan bahwa sangat mungkin bagi anak-anak usia tiga tahun untuk menentukan ekspresi emosional dari hanya melihat mata. 
 
Namun, studi lain baru-baru ini menemukan bahwa orang dewasa dan anak-anak (tiga hingga delapan tahun) menunjukkan gangguan kemampuan untuk mengenali emosi ketika orang lain mengenakan masker. 

Efek ini terutama terlihat pada anak-anak berusia tiga sampai lima tahun. Kesulitan membaca ekspresi wajah untuk anak-anak prasekolah sangat berdampak karena mereka biasanya belum dapat mempertimbangkan situasi ketika menafsirkan emosi, seperti orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar. 

Balita dan bayi juga sangat dipengaruhi oleh emosi orang tua atau pengasuh mereka dan menggunakan sesuatu yang disebut "referensi sosial" untuk memeriksa emosi orang tua/pengasuh mereka untuk memahami bagaimana mereka harus berperilaku dalam situasi sosial. 

Ketika orang dewasa memakai masker, referensi sosial sangat sulit. Masker juga dapat mengganggu mimikri emosional spontan (fenomena di mana seorang individu secara otomatis meniru ekspresi emosional orang lain). Mimikri wajah spontan penting untuk mengenali emosi dan mengembangkan empati.


anak
(Berlatih membuat berbagai jenis wajah dengan anak-anak saat membuka kedok. Kemudian lanjutkan dengan memainkan "ciluk ba" yang dimodifikasi dengan masker dan bermain bersama salah satu yang bisa kamu lakukan bersama si kecil. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
 

Bagaimana cara mengatasinya?


Orang tua, pengasuh, dan guru dapat mencoba untuk mengimbangi dampak negatif dari penggunaan masker pada perkembangan bahasa dan emosional dengan strategi berikut:

1. Habiskan lebih banyak waktu tatap muka di rumah (atau saat melepas masker dengan aman). Nyanyikan lagu, mainkan game, dan gunakan mainan favorit mereka untuk mencoba mengalihkan perhatian mereka ke wajahmu

2. Gunakan bahasa yang ditingkatkan kapan pun kamu bisa. Ceritakan apa yang kamu lakukan dan apa yang dilakukan si anak

3. Gunakan isyarat lain untuk membantu anak memahami bahasa atau emosi saat kamu memakai masker. Seperti menggunakan intonasi yang lebih berani saat kamu bicara, membuat gerakan mata yang selaras dengan ucapan, dan menggunakan gestur dan intonasi suara untuk menunjukkan emosi. Ajari anak untuk melakukan hal yang sama

4. Gunakan suara yang keras dan jelas agar anak dapat memahami kamu melalui masker

5. Berlatih membuat berbagai jenis wajah dengan anak-anak saat membuka kedok. Kemudian lanjutkan dengan memainkan "ciluk ba" yang dimodifikasi dengan masker (menutup mulut alih-alih mata kamu) sambil membuat ekspresi yang berbeda. Anak kemudian akan memelajari fitur lain yang terkait dengan emosi yang berbeda

6. Saat mengenakan masker, mainkan permainan "tebak wajah seperti apa yang saya buat?" atau permainan "tebak apa yang saya katakan?" Beri tahu mereka untuk memerhatikan mata dan alis, mendengarkan dengan seksama suara, dan memerhatikan tangan kamu untuk menebak dengan benar

7. Tetap positif. Memelajari cara menafsirkan bahasa dan membaca emosi dari wajah bermasker pada akhirnya dapat meningkatkan perkembangan sosial dan emosional anak karena mereka mungkin belajar untuk memerhatikan isyarat sosial yang lebih halus, seperti nada suara dan bahasa tubuh

Penelitian bukan berarti anak-anak harus melupakan pemakaian masker. Melainkan, menunjukkan bahwa kita juga perlu mempertimbangkan perkembangan sosial dan emosional anak-anak, selain kesehatan fisik mereka selama ini. 


Hi Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/OVO @Rp50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkedan. Salam hangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH