FAMILY

Apa yang Membuat Remaja Ingin Bunuh Diri?

Medcom
Senin 29 Agustus 2022 / 20:52
Jakarta: Berbagai faktor dapat membuat risiko remaja rentan mengakhiri hidupnya. Menurut Riskesdas pada tahun 2013, pada sampel populasi usia 15 tahun ke atas sebanyak 722.329, prevalensi keinginan bunuh diri sebesar 0,8 persen dialami oleh laki-laki dan 0,6 persen dialami oleh perempuan.

Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ melalui penelitiannya beberapa waktu lalu menemukan deteksi dini faktor pemicu remaja bunuh diri. Ia menjelaskan dalam penelitian ini ditemukan beberapa faktor risiko bunuh diri pada remaja, yaitu pola pikir abstrak yang menimbulkan perilaku risk taker, transmisi genetik yang dapat menimbulkan sifat agresif dan impulsif.

"Kemudian memiliki riwayat gangguan jiwa lain, lingkungan sosial yang tidak mendukung, dan penyalahgunaan akses internet yang menjadi beberapa alasan remaja memiliki ide bunuh diri," terang Dr. dr. Nova.



(Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf SpKJ. Foto: Medcom.id/Raka Lestari)
 

Remaja lebih memiliki pola pikir abstrak


Ia menjelaskan pada fase risk taking, remaja lebih memiliki pola pikir abstrak sehingga dapat tertantang untuk mencoba segala hal. 

Termasuk ke arah pola hidup yang tidak baik, seperti penggunaan tembakau dan alkohol, bereksperimen dengan narkotika atau zat aditif lainnya, aktivitas seksual yang tidak aman, pola makan yang buruk, dan kenakalan remaja.
 
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry membagi fase remaja menjadi tiga, yaitu:

1. Early Adolescence (11-13 tahun)
2. Middle Adolescence (14 - 18 tahun), dan 
3. Late Adolescence (19 - 24 tahun)
 

Fase yang sangat rentan

 
"Fase middle adolescence adalah fase yang sangat rentan karena remaja berpikir secara abstrak tetapi juga mempunyai keyakinan tentang keabadian dan kedigdayaan, sehingga mendorong timbulnya perilaku risk-taking,” ujar Dr. dr. Nova Riyanti.
 
Untuk pencegahan, pemerintah sendiri telah banyak melakukan program sebagai langkah preventif seperti Program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan Konselor Sebaya, Rapor Kesehatanku. 

Kemudian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan beberapa jalur intervensi atau penanganan masalahnya, Poskestren, Sekolah Ramah Anak (SRA), Program kesehatan jiwa berbasis sekolah, dan Program di FKTP.


Raka Lestari


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH