COMMUNITY
#MoreThanBlue, Kampanye Edukasi tentang Depresi dan Pentingnya Mencari Pengobatan
Yuni Yuli Yanti
Selasa 13 Desember 2022 / 07:00
Jakarta: Umumnya, orang mengira tahu banyak tentang depresi, tetapi sebenarnya mereka tidak memahaminya. Bahkan, terdapat stigma sosial seputar depresi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia bahwa masyarakat terus menstigmatisasi (memberikan stigma negatif) orang dengan depresi karena alasan budaya, agama, atau profesional. Sehingga, hal ini menyebabkan pasien depresi merasa malu, kurang percaya diri dan merasa tidak diterima.
Bukan cuma itu, depresi juga tidak dipahami dengan baik di Asia Tenggara, stigma dan kesadaran yang rendah menghambat akses pasien terhadap pengobatan. Akibatnya, pasien terus-menerus merasa frustrasi dan tidak berdaya. Kurangnya pemahaman akan perbedaan tentang jenis depresi di antara pasien, perawat, dan profesional medis umum pada akhirnya membuat gejala dan pengalaman sering dianggap sama untuk setiap penderita.
Padahal, depresi itu seperti samudera dan lautan biru yang sangat luas, semakin dalam kita masuki akan semakin gelap, dan semakin dekat ke permukaan akan ada peluang lebih baik untuk bertahan hidup.
Berdasarkan hal itu, Johnson & Johnson Indonesia meluncurkan kampanye bertajuk Let's get to know depression! The Great Blue Sea of Depression dengan tagline #MoreThanBlue untuk meningkatkan kesadaran akan depresi dan menekankan pentingnya mencari pengobatan pada Sabtu, (10/12) di Unika Atma Jaya.
Seminar secara hybrid (luring dan daring) dan terbuka bagi masyarakat umum ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang depresi dan dihadiri oleh peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa, termasuk rekan-rekan media. Kampanye serupa juga digulirkan di beberapa wilayah Asia Tenggara lainnya oleh Johnson & Johnson.

(Devy Yheanne dalam acara seminar "Yuk, Kenali Depresi: The Great Blue Sea of Depression" di Unika Atma Jaya. Foto: Dok. Istimewa)
Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs for Johnson & Johnson
Pharmaceutical in Indonesia & Malaysia menjelaskan ada fase awal kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan karakter Alex yang dikembangkan oleh Janssen, perusahaan farmasi dari Johnson & Johnson.
Menurutnya, karakter yang dibuat untuk media sosial ini akan menggambarkan masalahnya, memanusiakan kondisi depresi, dan pada akhirnya diharapkan dapat mengubah persepsi bahwa depresi semuanya sama dengan menunjukkan bahwa depresi itu dapat timbul dalam berbagai bentuk dan gejala yang tidak terduga dan dapat menimpa semua orang.
"Selain itu, Johnson & Johnson Indonesia juga memperkenalkan penggunaan cerita komik, melalui karakter Alex, sebagai cara untuk menyebarkan edukasi tentang depresi. Melalui cerita komik ini, masyarakat umum dan generasi muda dapat belajar dan mengenal tentang depresi, dampaknya, serta tanda dan gejala untuk mengenalinya," jelasnya.
Program ini, juga mendorong orang untuk mendapatkan informasi (mengenali tanda-tanda depresi dan dampaknya), mendapatkan skrining (menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan dapat disembuhkan), dan mendapatkan bantuan (berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional dan menerima perawatan yang tepat).
Lebih lanjut, Devy menyampaikan tujuan dari kampanye ini adalah untuk membantu pasien mengenali gejala depresi dengan menciptakan percakapan bahwa depresi tidak semuanya sama, melainkan sebuah spektrum, dan memberdayakan para penderita untuk mencari pengobatan yang tepat. Mampu mengenali gejala depresi dapat membantu kaum muda mencari bantuan profesional sejak dini dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
"Kita perlu menghilangkan stigma terhadap depresi di Indonesia. Ini adalah kondisi yang dapat diobati, terutama ketika orang dapat mengenali gejalanya sejak dini dan mencari pengobatan jika diperlukan. Kampanye #MoreThanBlue membahas masalah ini dan mendorong masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli," tutup Devy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Bukan cuma itu, depresi juga tidak dipahami dengan baik di Asia Tenggara, stigma dan kesadaran yang rendah menghambat akses pasien terhadap pengobatan. Akibatnya, pasien terus-menerus merasa frustrasi dan tidak berdaya. Kurangnya pemahaman akan perbedaan tentang jenis depresi di antara pasien, perawat, dan profesional medis umum pada akhirnya membuat gejala dan pengalaman sering dianggap sama untuk setiap penderita.
Padahal, depresi itu seperti samudera dan lautan biru yang sangat luas, semakin dalam kita masuki akan semakin gelap, dan semakin dekat ke permukaan akan ada peluang lebih baik untuk bertahan hidup.
Berdasarkan hal itu, Johnson & Johnson Indonesia meluncurkan kampanye bertajuk Let's get to know depression! The Great Blue Sea of Depression dengan tagline #MoreThanBlue untuk meningkatkan kesadaran akan depresi dan menekankan pentingnya mencari pengobatan pada Sabtu, (10/12) di Unika Atma Jaya.
Seminar secara hybrid (luring dan daring) dan terbuka bagi masyarakat umum ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang depresi dan dihadiri oleh peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa, termasuk rekan-rekan media. Kampanye serupa juga digulirkan di beberapa wilayah Asia Tenggara lainnya oleh Johnson & Johnson.

(Devy Yheanne dalam acara seminar "Yuk, Kenali Depresi: The Great Blue Sea of Depression" di Unika Atma Jaya. Foto: Dok. Istimewa)
Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs for Johnson & Johnson
Pharmaceutical in Indonesia & Malaysia menjelaskan ada fase awal kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan karakter Alex yang dikembangkan oleh Janssen, perusahaan farmasi dari Johnson & Johnson.
Menurutnya, karakter yang dibuat untuk media sosial ini akan menggambarkan masalahnya, memanusiakan kondisi depresi, dan pada akhirnya diharapkan dapat mengubah persepsi bahwa depresi semuanya sama dengan menunjukkan bahwa depresi itu dapat timbul dalam berbagai bentuk dan gejala yang tidak terduga dan dapat menimpa semua orang.
"Selain itu, Johnson & Johnson Indonesia juga memperkenalkan penggunaan cerita komik, melalui karakter Alex, sebagai cara untuk menyebarkan edukasi tentang depresi. Melalui cerita komik ini, masyarakat umum dan generasi muda dapat belajar dan mengenal tentang depresi, dampaknya, serta tanda dan gejala untuk mengenalinya," jelasnya.
Program ini, juga mendorong orang untuk mendapatkan informasi (mengenali tanda-tanda depresi dan dampaknya), mendapatkan skrining (menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan dapat disembuhkan), dan mendapatkan bantuan (berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional dan menerima perawatan yang tepat).
Lebih lanjut, Devy menyampaikan tujuan dari kampanye ini adalah untuk membantu pasien mengenali gejala depresi dengan menciptakan percakapan bahwa depresi tidak semuanya sama, melainkan sebuah spektrum, dan memberdayakan para penderita untuk mencari pengobatan yang tepat. Mampu mengenali gejala depresi dapat membantu kaum muda mencari bantuan profesional sejak dini dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
"Kita perlu menghilangkan stigma terhadap depresi di Indonesia. Ini adalah kondisi yang dapat diobati, terutama ketika orang dapat mengenali gejalanya sejak dini dan mencari pengobatan jika diperlukan. Kampanye #MoreThanBlue membahas masalah ini dan mendorong masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli," tutup Devy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)