Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Aktivis Lingkungan Apresiasi BRI Setop Pembiayaan Sektor Energi Fosil

Medcom • 04 Juni 2022 12:44
Jakarta: Keputusan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk menghentikan pembiayaan ke sektor energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi diapresiasi. Koordinator Asosiasi Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), Pius Ginting, mengatakan keputusan tersebut membantu menekan laju perubahan iklim.
 
Langkah itu juga dinilai mengurangi potensi gagal panen. Sehingga, akan menyelamatkan petani dari ancaman gagal membayar Kredit Usaha Rakyat (KUR).
 
Bank BRI saat ini gencar menyalurkan kredit ke sektor pertanian. Pada 2021, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tercatat menguasai 28,3 persen pangsa pasar (market share) penyaluran kredit ke sektor pertanian dari seluruh industri perbankan nasional.

"Petani menjadi kelompok paling rentan terdampak perubahan iklim," kata Pius, melalui keterangan tertulis, Sabtu, 4 Juni 2022.
 
Menurutnya, kejadian iklim ekstrem akan menyebabkan kegagalan panen dan tanam. Hal ini akan berujung pada penurunan produktivitas dan produksi akibat banjir dan kekeringan, peningkatan suhu udara, dan intensitas serangan hama.
 

Harus dituangkan dalam dokumen

Peneliti dari Trend Asia, Andri Prasetiyo, komitmen BRI menghentikan pendanaan atas batubara dan minyak merupakan adalah langkah yang sudah tepat. Dan sudah seharusnya dilakukan.
 
"Langkah ini selanjutnya tidak boleh berhenti hanya dalam bentuk pernyataan verbal dalam forum internasional. Harus segera dituangkan secara tertulis dalam dokumen dan kerangka acuan pembiayaan perseroan ke depannya," kata Andri.
 
Baca: BRI Dukung Pameran Karya Lokal NFT Jukiverse di Sarinah
 
Bila tidak segera mengikuti langkah ini, lanjut dia, maka bank-bank yang masih memilih mendanai energi kotor akan mendapati reputasi buruk. Akan ada sentimen negatif dari nasabah dan publik, sebab bank dianggap tidak sensitif dengan persoalan lingkungan.
 
BRI tercatat mengambil bagian dalam kredit sindikasi untuk Mega Proyek PLTU Jawa 9-10 yang menelan biaya hingga 40 triliun rupiah dengan kapasitas 2.000 MW. PLTU Jawa 9-10 saat ini sedang masuk tahap pembangunan awal. 
 
"Bila BRI serius terhadap komitmennya, BRI juga dapat mengawalinya dengan menarik keterlibatannya dari proyek ini," ujar Andri.
 

Sinyal perbaiki visi kebijakan pendanaan

Manajer Kampanye Tambang dan Energi WALHI, Fanny Tri Jambore, mengatakan pendanaan pada industri ekstraktif, termasuk batubara dan minyak bumi, selama ini menyebabkan meluasnya kerusakan. Hal ini membuat merosotnya kualitas lingkungan dan hilangnya sumber penghidupan komunitas lokal dan memicu krisis iklim.
 
Menurut Fanny, lebih dari separuh luas daratan negara ini telah diambil alih oleh sektor industri ekstraktif. Setidaknya izin sektor pertambangan terus merangsek hingga menguasai setidaknya 97,7 juta hektare luas kawasan di Indonesia. 
 
"Pemusatan keuntungan pada segelintir tangan melalui industri energi fosil ini bertolak belakang dengan upaya untuk mengatasi laju krisis iklim,” kata Fanny.
 
Langkah Bank BRI ini harusnya juga menjadi sinyalemen bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta sektor pendanaan lainnya untuk memperbaiki visi dan arah kebijakan pendanaan di Indonesia.
 
Baca: Pemerintah dan PGN Optimalkan Gas Bumi di Masa Transisi Energi
 
Sektor energi fosil seharusnya sudah tidak lagi mendapat tempat pada taksonomi hijau serta tidak lagi dipermudah dalam mendapatkan sokongan pendanaan. Lembaga keuangan yang ada sekarang harus mengambil peran dalam mitigasi perubahan iklim melalui pembiayaan ke sektor-sektor ekonomi regeneratif dan berkelanjutan. 
 
"Sebelum ditinggal oleh nasabah dan investor yang memiliki kepedulian terhadap bumi ini," kata Fanny.
 

Komitmen BRI

Direktur Utama BRI, Sunarso, di konferensi World Economic Forum, Davos, Swiss menyebutkan portofolio kredit perseroan ke sektor energi fosil, terutama batu bara yang saat ini hanya kurang dari 3 persen dari keseluruhan kredit BRI, dipastikan tidak akan bertambah.
 
Pernyataan ini disampaikan oleh Sunarso saat ditanya tentang kemungkinan BRI tidak terlibat dalam pembiayaan energi fosil. Hal ini menyusul terjadinya krisis energi global akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina.
 
Inisiatif untuk membatasi pendanaan ke sektor pertambangan batu bara sebetulnya sudah diutarakan manajemen perseroan dalam laporan tahunan 2020. BRI disebut tidak akan lagi memberikan pembiayaan kredit pada usaha yang merusak lingkungan dan berkomitmen untuk menerapkan praktik keuangan berkelanjutan yang diintegrasikan dengan aspek ESG (environment, social, and governance).
 
Baca: Butuh Investasi USD125 Triliun untuk Capai Emisi Nol Bersih
 
Kebijakan BRI untuk membatasi penyaluran kredit di sektor batu bara juga turut mendapat dukungan publik. Gerakan Bersihkan Indonesia menginisiasi petisi agar BRI menghentikan pembiayaan ke sektor baru bara. Petisi di laman Change.org itu sudah ditandatangani lebih dari 13.561 orang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan