"Bila BRI serius terhadap komitmennya, BRI juga dapat mengawalinya dengan menarik keterlibatannya dari proyek ini," ujar Andri.
Sinyal perbaiki visi kebijakan pendanaan
Manajer Kampanye Tambang dan Energi WALHI, Fanny Tri Jambore, mengatakan pendanaan pada industri ekstraktif, termasuk batubara dan minyak bumi, selama ini menyebabkan meluasnya kerusakan. Hal ini membuat merosotnya kualitas lingkungan dan hilangnya sumber penghidupan komunitas lokal dan memicu krisis iklim.Menurut Fanny, lebih dari separuh luas daratan negara ini telah diambil alih oleh sektor industri ekstraktif. Setidaknya izin sektor pertambangan terus merangsek hingga menguasai setidaknya 97,7 juta hektare luas kawasan di Indonesia.
"Pemusatan keuntungan pada segelintir tangan melalui industri energi fosil ini bertolak belakang dengan upaya untuk mengatasi laju krisis iklim,” kata Fanny.
Langkah Bank BRI ini harusnya juga menjadi sinyalemen bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta sektor pendanaan lainnya untuk memperbaiki visi dan arah kebijakan pendanaan di Indonesia.
Baca: Pemerintah dan PGN Optimalkan Gas Bumi di Masa Transisi Energi
Sektor energi fosil seharusnya sudah tidak lagi mendapat tempat pada taksonomi hijau serta tidak lagi dipermudah dalam mendapatkan sokongan pendanaan. Lembaga keuangan yang ada sekarang harus mengambil peran dalam mitigasi perubahan iklim melalui pembiayaan ke sektor-sektor ekonomi regeneratif dan berkelanjutan.
"Sebelum ditinggal oleh nasabah dan investor yang memiliki kepedulian terhadap bumi ini," kata Fanny.
Komitmen BRI
Direktur Utama BRI, Sunarso, di konferensi World Economic Forum, Davos, Swiss menyebutkan portofolio kredit perseroan ke sektor energi fosil, terutama batu bara yang saat ini hanya kurang dari 3 persen dari keseluruhan kredit BRI, dipastikan tidak akan bertambah.Pernyataan ini disampaikan oleh Sunarso saat ditanya tentang kemungkinan BRI tidak terlibat dalam pembiayaan energi fosil. Hal ini menyusul terjadinya krisis energi global akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina.
Inisiatif untuk membatasi pendanaan ke sektor pertambangan batu bara sebetulnya sudah diutarakan manajemen perseroan dalam laporan tahunan 2020. BRI disebut tidak akan lagi memberikan pembiayaan kredit pada usaha yang merusak lingkungan dan berkomitmen untuk menerapkan praktik keuangan berkelanjutan yang diintegrasikan dengan aspek ESG (environment, social, and governance).
Baca: Butuh Investasi USD125 Triliun untuk Capai Emisi Nol Bersih
Kebijakan BRI untuk membatasi penyaluran kredit di sektor batu bara juga turut mendapat dukungan publik. Gerakan Bersihkan Indonesia menginisiasi petisi agar BRI menghentikan pembiayaan ke sektor baru bara. Petisi di laman Change.org itu sudah ditandatangani lebih dari 13.561 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News