Foto: dok MI.
Foto: dok MI.

5 Cara Sehat Finansial di Masa Pandemi

Husen Miftahudin • 05 Agustus 2021 12:20
Jakarta: Pandemi covid-19 memaksa masyarakat pintar-pintar mengelola keuangan. Selain bisa menjaga arus kas keuangan yang sehat, pengelolaan dan adaptasi keuangan yang baik juga dapat membuat finansial menjadi lebih sehat.
 
Lead Financial Trainer QM Financial Ligwina Hananto membagikan lima kiat adaptasi keuangan demi sehat finansial di 2021, dikutip dalam kegiatan Entrepreneurship Series for Media Group yang diselenggarakan Media Academy.

Atur prioritas cash flow

Pandemi membuat cara hidup dan gaya hidup berubah, sehingga pengeluaran pun menjadi berubah. Perubahan ini membuat kita harus menyusun ulang prioritas. Dalam hal ini Ligwina menekankan untuk menentukan prioritas terlebih dahulu pada saat mengatur arus pengeluaran.
 
"Jadi mengatur keuangan itu menjaga keseimbangan yang baik antara bisa memenuhi kebutuhan kita plus gaya hidup atau keinginan kita bisa dipertahankan. Jadi mari kita memelihara gaya hidup yang sehat, cara hidup yang sehat, tapi dengan menyusun ulang prioritas kita," ungkapnya.

Terdapat lima pos pengeluaran bulanan yang harus dijaga. Di antaranya cicilan utang yang maksimal 30 persen dari pemasukan. Kemudian pengeluaran rutin seperti belanja makan, rumah tangga, transportasi, kebutuhan anak, kesehatan, internet atau pulsa, yang harus dijaga di kisaran 40 persen sampai 60 persen.
 
Pos selanjutnya menabung atau investasi minimal 10 persen. Lalu pengeluaran sosial seperti zakat, sedekah, acara adat, bantuan rutin keluarga yang minimal 2,5 persen. Terakhir untuk pengeluaran pribadi atau gaya hidup yang maksimal 20 persen.
 
"Perlu diperhatikan, cicilan utang tidak boleh lebih dari 30 persen penghasilan. Lebih daripada itu, lebih baik beberapa pos pengeluaran harus dikurangi untuk menutup pos pengeluaran utang. Bila perlu, investasi ditunda, karena lebih baik bayar utang terlebih dahulu," tegasnya.
 
 
 

Cek utang

Terkait hal ini perlu mengecek utang apa saja yang ada. Kemudian prioritaskan bayar utang dengan bunga yang paling tinggi agar meringankan beban utang yang harus dibayarkan pada bulan selanjutnya. Jika utang menggunung, segera dilunasi, jika perlu jual aset untuk membayar utang tersebut.
 
"Jadi kalau ada masalah dengan utang, jangan lompat mau investasi dulu. Sebelum berinvestasi, beresin dulu utangnya. Kalau utang KPR, KPA, enggak masalah, bayar saja sampai lunas. Tapi kalau utang kartu kredit atau pinjaman online, itu harus dibunuh dan segera dilunasi," tegas dia.
 
Ligwina membeberkan tiga langkah solusi utang, yakni setop, cari, dan lakukan. Pertama, setop penggunaan kartu kredit atau aplikasi pinjaman online, setop utang tambahan, dan setop pengeluaran gaya hidup yang bersifat hedon atau foya-foya.
 
Kedua, cari penghasilan seperti bonus atau THR untuk bayar utang. Kemudian cari dan jual aset atau barang-barang yang masih bernilai untuk dijual di bazar, serta cari penghasilan tambahan.
 
Terakhir lakukan. Bayar utang di awal saat terima gaji, prioritaskan bayar utang dengan bunga paling tinggi, terapkan budget bulanan dan lakukan monitoring, serta negosiasi dan minta keringanan dengan pihak pemberi pinjaman.
 
Meski demikian, Ligwina tak antiutang. Menurutnya berutang diperbolehkan asal hati-hati dan memenuhi sejumlah unsur. Pertama, boleh berutang asalkan ada lawannya berupa pembiayaan aset. Kedua, periode cicilan minimal usahakan sama dengan periode penggunaan aset. Ketiga, sanggup membayar cicilan.
 
"Misalnya gini, kalau kita mau utang, jadi apa? Apakah jadi mobil, motor, atau rumah, harus jelas sehingga ada lawannya. Cicilannya ini juga harus jelas, kalau mobilnya dipakai tiga tahun, maka dicicilnya tiga tahun. Terakhir, apakah kita mampu bayar atau enggak, dalam hal ini pakai patokan rasio kesehatan pengelolaan keuangan yaitu maksimal 30 persen dari penghasilan," ungkapnya.

Memiliki dana darurat

Dana darurat merupakan dana yang disiapkan khusus, disimpan terpisah, dan tidak terganggu gugat sebagai jaring pengaman yang dapat dicairkan dalam keadaan darurat dan penyeimbang portofolio investasi. Idealnya dana darurat dikumpulkan dari penghasilan bulanan.
 
Dana darurat digunakan ketika berhenti bekerja (PHK/meninggalkan pekerjaan utama), situasi krisis finansial, atap rumah bocor, ekses tagihan rumah sakit, kendaraan mengalami kecelakaan, biaya pemakaman, investasi tujuan finansial yang belum memenuhi target, keluarga dekat butuh pertolongan, dan lain sebagainya.
 
Adapun kebutuhan dana darurat didasarkan pada profil pribadi. Jika lajang, maka dana darurat yang perlu disiapkan adalah sebanyak empat kali dari pengeluaran bulanan. Jika menikah, maka enam kali pengeluaran bulanan untuk menanggung dua orang.
 
Jika sudah berkeluarga dan memiliki satu anak, maka dana darurat yang dibutuhkan adalah sembilan kali pengeluaran rutin bulanan. Sedangkan jika sudah berkeluarga dan memiliki dua anak atau lebih, maka dibutuhkan 12 kali pengeluaran bulanan.
 
"Ini hanya teori, tapi mari kita menyiapkan dana darurat ini walaupun cuma satu kali, dua kali tiga kali. Jadi kalau enggak mau 12 kali tidak masalah, tapi punya satu kali atau dua kali itu akan sangat membantu," ucap Ligwina.
 
 
 

Cek proteksi

Untuk hal ini, Ligwina meminta setiap pribadi memiliki asuransi BPJS Kesehatan, asuransi kesehatan untuk setiap orang, dan asuransi jiwa untuk pencari nafkah utama keluarga. Cek fasilitas kesehatan yang diberikan asuransi, jika tidak memenuhi, maka tambah asuransi kesehatan yang lainnya.

Cek investasi

Untuk ini, yang perlu diperiksa adalah progres investasi apakah masih on track. Selain itu, cek juga apakah kamu masih bisa menyisihkan dana untuk mencapai berbagai tujuan finansial.
 
"Cek tujuannya. Jadi investasi itu untuk tujuan finansial yang mana? Karena ternyata tujuan finansial kita itu banyak, ada yang jangka pendek, ada yang jangka menengah, dan ada yang jangka panjang. Ini yang memengaruhi produk yang akan kita ambil," urai Ligwina.
 
Ligwina juga menekankan bahwa sebelum berinvestasi, maka calon investor harus menentukan terlebih dahulu dana investasi tersebut akan digunakan untuk apa. Jika diperlukan dalam jangka panjang dan dana darurat cukup, maka jika investasi terjadi minus, boleh dilanjutkan.
 
Sementara jika diperlukan dalam jangka pendek dan dana darurat cukup, maka jika investasi terjadi minus, tahan. Jika itu dirasa masih kurang, maka pergunakan dana darurat untuk menutupi kebutuhan tersebut.
 
"Kalau tujuannya jangka pendek dan tidak memiliki dana darurat, maka lebih baik uangnya dicairkan ketika investasinya terjadi minus. Kenapa? Pindahkan saja ke tabungan deposito untuk dijadikan dana darurat. Sebab kalau orang tidak memiliki dana darurat dan investasinya negatif, dia ada di ujung tanduk. Artinya, keputusan finansial itu akan tergantung pada kondisi masing-masing orang," tegas Ligwina.
 
Adapun investasi yang disarankan untuk tujuan finansial jangka pendek kurang dari lima tahun adalah tabungan deposito dan reksa dana pasar uang. Untuk tujuan finansial jangka menengah antara lima sampai 10 tahun, maka reksa dana pendapatan tetap menjadi investasi yang tepat.
 
Sedangkan untuk tujuan finansial jangka panjang antara 10-15 tahun, maka reksa dana campuran menjadi investasi yang paling pas. Untuk tujuan finansial jangka panjang lebih dari 15 tahun, maka reksa dana saham menjadi investasi yang paling cocok.
 
"Jadi, untuk bisa punya keuangan yang kuat, kita harus punya keuangan yang sehat dulu. Mari kita punya keuangan yang sehat dan kuat. Kalau kita niat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus, saya yakin pasti ada hasilnya," pesan Ligwina.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan