Jokowi bercerita lika-liku berdirinya Permina atau yang sekarang dikenal dengan PT Pertamina (Persero) hampir serupa dengan sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Permina atau PT Perusahaan Minyak Nasional ini lahir pada 10 Desember 1957 ketika Soekarno menunjuk angkatan darat untuk mengelola ladang minyak di wilayah Sumatra.
Saat itu, Kolonel Ibnu Sutowo terpilih untuk memimpin PT Exploitasi Tambang Minyak Sumatera (PT ETMSU). Dalam perjalanannya, ia mengubah status PT Permina menjadi Perusahaan Negara (PN) Permina dan menggabungkannya dengan PN Pertamin. Sejak saat itu, lahirlah PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada 20 Agustus 1968.
Di bawah kepemimpinan Sutowo, Pertamina berhasil mendirikan barisan kilang minyak hingga melakukan ekspansi bisnis di luar bidang perminyakan. Di antaranya, pengolahan baja Krakatau Steel, perhotelan, real estat, hingga angkutan udara.
Keuntungan yang diraih Pertamina semakin melimpah ruah lantaran meroketnya harga minyak mentah pada 1970. Sayangnya, setelah dieksploitasi besar-besaran di masa Orde Baru, Pertamina harus menghadapi karut-marut politik dalam negeri. Bahkan kesalahan pengelolaan dan tudingan korupsi hampir menyebabkan BUMN migas ini bangkrut.
"Lika liku sejarah Pertamina sendiri seolah serupa dengan sejarah bangsa ini, ada masa jatuhnya, ada masa bangunnya. Kini Pertamina menjadi perusahaan terbaik dunia ke-122 dari 500 perusahaan besar dunia tahun 2013, tentunya kita ingin lebih dari itu," tulis Jokowi dalam akun facebook yang terverifikasi (Presiden Joko Widodo), Sabtu, 29 November 2014, pukul 09.00 WIB.
Meski Pertamina berhasil mengungguli perusahaan-perusahaan raksasa seperti Coca-Cola, Repsol, Tesla, dan Danone dalam Fortune Global 500 pada 2021, Jokowi ingin Pertamina meraih daftar top 50 perusahaan terbesar dunia dari peringkat 287 saat ini.
Hal tersebut demi mewujudkan mimpi besar sang proklamator agar Pertamina tak hanya menciptakan kemandirian energi tapi menjadi kiblat bisnis minyak di Asia. Memang tak mudah, tapi jatuh bangun selama enam dekade diyakini dapat mendorong Pertamina terbang lebih tinggi.
Grafis prestasi yang ditorehkan Pertamina 2021 - - Foto: sumber Pertamina
Restrukturisasi Pertamina dan kembalinya Blok Rokan
Sudah enam dekade, Pertamina memproduksi banyak komoditas seperti bahan bakar, minyak tanah, LPG (Bahan bakar gas cair), LNG (gas bumi cair), dan petrokimia.Sepanjang itu pula, Pertamina melahirkan anak dan cucu perusahaan hingga mencapai 127. Besarnya jumlah anak usaha tersebut membuat perseroan kesulitan dalam mengelola dan menyusun rencana strategisnya.
Karena itu, bergulirlah wacana restrukturisasi yang diusulkan oleh pemegang saham mayoritas yakni Kementerian BUMN. Restrukturisasi dilakukan dengan memangkas jumlah anak perusahaan dari 127 menjadi 12. Kedua belas anak perusahaan tersebut dikelola oleh enam subholding Pertamina.
Berikut 6 subholding pertamina setelah restrukturisasi:
- Upstream
- Refining and petrochemical
- Commercial and trading
- Gas
- Integrated marine logistics
- Power and new renewable energy

Ilustrasi proses restrukturisasi Pertamina - - Foto: sumber Pertamina
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan dalam melakukan restrukturisasi, pihaknya mengacu pada benchmark perusahaan multinasional yang bergerak di bidang energi seperti Petronas. Perusahaan minyak asal Negeri Jiran tersebut diketahui telah melakukan pengelompokan bisnis. Termasuk British Petroleum (BP), dan ExxonMobil.
"Jadi spin off ini lebih berdasarkan pada value chain dari hulu ke hilir kemudian dibentuk menjadi anak usaha. Dalam menyusun ini kami bukan hanya guidance dari buku putih Kementerian BUMN dan Kemenkeu tapi juga melakukan benchmark," jelas Nicke dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis, 20 Mei 2021.
Proses legal restrukturisasipun tuntas dengan terbitnya Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap perkara Uji Materiil Nomor 61/PUU-XVIII/2020. MK menegaskan bahwa Restrukturisasi Pertamina Group menjadi Holding & Subholding tidak melanggar konstitusi dan tidak menghilangkan pengendalian negara terhadap BUMN.
Melalui restrukturisasi ini, Pertamina akan tancap gas dalam mengembangkan bisnis sekaligus menjalankan amanah pemerintah dalam penyediaan energi sesuai prinsip Availability, Affordability, Accessibility, Acceptability, dan Sustainability (4A &1S).
Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Riza menilai restrukturisasi Pertamina merupakan aksi korporasi yang tidak melanggar konstitusi dan undang-undang tentang BUMN. Bahkan, restrukturisasi tidak akan menghilangkan campur tangan pemerintah terhadap BUMN.
Di sisi lain, IPO juga bisa membuat pengelolaan perusahaan bersifat transparan dan terbuka. Melalui keterbukaan tersebut, kinerja perusahaan bahkan dapat dimonitor oleh publik.
"Ini tentu sangat positif. Publik bisa melihat dan menilai, apakah kinerja perusahaan baik atau tidak," jelasnya dilansir dari Mediaindonesia.com, Senin, 4 Oktober 2021.
Setelah setahun mengalami restrukturisasi, kini pembagian tugas antara induk perusahaan dan subholding di tubuh Pertamina menjadi lebih jelas. Hasilnya kinerja operasional semakin meningkat.
Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, transformasi yang dilakukan itu telah mendorong efisiensi Pertamina untuk menjadi lebih baik dan membuahkan hasil yang signifikan di antaranya penemuan sumber migas baru hingga 204 juta barel.
Perbaikan kinerja ini tercermin dari raihan laba Pertamina sepanjang semester I-2021 yang mencapai RP2,6 triliun. Dibandingkan periode yang sama 2020, perseroan sempat mengalami kerugian sebesar USD768 juta. Namun, capaian laba ini meningkat USD951 juta atau setara dengan Rp13,6 triliun.
Ilustrasi kinerja Pertamina 2020 - - Foto: sumber Pertamina
Kinerja positif pada paruh pertama tahun ini didorong dari pertumbuhan di sisi penjualan yang mencapai USD25 miliar dan EBITDA USD3,3 miliar. Keduanya naik lebih dari 22 persen dibandingkan tahun lalu. Bahkan kinerja subholding refinery and petrochemical pun mencatatkan laba sebesar USD322 juta dolar pada semester I-2021.
"Selama ini kita kekurangan sumber penemuan gas dan minyak. Setelah dikonsolidasi, kita dapat temuan baru 204 juta barel Dan yang terpenting, hulu sekarang untung USD1 miliar, di atas target jauh," terang dia.
Adapun perbaikan kinerja Pertamina didukung oleh kembalinya Blok Rokan ke pangkuan ibu pertiwi. Sebelumnya, lapangan migas terbesar di Tanah Air itu dikelola oleh perusahaan migas asal Amerika Serikat, PT Chevron Pacific Indonesia selama 97 tahun.
Selama itu, Chevron memompa lebih dari 11 miliar barel minyak di Blok Rokan hingga akhirnya resmi jatuh ke tangan anak usaha Pertamina, yakni Pertamina Hulu Rokan pada Senin, 9 Agustus 2021.
Saat ini, Blok Rokan menyumbang 24 persen dari total produksi minyak di Indonesia dan menyumbang produksi minyak terbesar nomor dua secara nasional dengan wilayah kerja mencapai 6.220,29 kilometer persegi.
Ini 10 lapangan utama di Blok Rokan:
- Minas
- Duri
- Bangko
- Bekasap
- Balam south
- Kota Batak
- Petani
- Lematang
- Petapahan
- Pager
Blok Rokan belum uzur
Meski sudah dipompa habis-habisan oleh asing selama hampir 10 dekade, Blok Rokan masih sangat potensial dalam memproduksi minyak dan gas bumi. Hal ini terbukti dari produksi minyak di WK Rokan berada di kisaran 158 ribu barel per hari (bph) tepat satu bulan pascaalih kelola.
Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi Blok Rokan tercatat di level 150 ribu bph pada 8 Agustus 2021, dan meningkat menjadi 155 ribu bph.
Di sisi lain, jumlah pengeboran sumur pada Agustus-September 2021 juga melampaui target. Pertamina Hulu Rokan (PHR) berhasil menyelesaikan 47 sumur tajak dari target 45 sumur. Tahun depan, target pengeboran PHR pun naik menjadi 500 sumur.
Bahkan PHR mampu memperpendek waktu pengeboran hingga produksi awal dihasilkan atau put on production (POP) dari sebelumnya 22 hingga 30 hari, menjadi sekitar 15 hari untuk area operasi Sumatra Light Oil (SLO) atau sumur-sumur penghasil jenis minyak ringan.
"Setelah 97 tahun dikelola perusahaan multinasional, Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas yang potensial untuk kedepannya," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan resminya, Jumat, 22 Oktober 2021.
Adapun perusahaan migas pelat merah memiliki Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC), yang merupakan pusat kegiatan digitalisasi Blok Rokan. Fasilitas IODSC merupakan sumber informasi atau big data mengenai aktivitas sumur dan peralatan di lapangan. Setiap hari ada sekitar 4.000 hingga 5.000 data yang masuk. Data tersebut diolah agar menjadi informasi berharga yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
Dengan begitu, perseroan akan semakin mudah dalam memperluas model digitalisasi Blok Rokan ke wilayah kerja lainnya. Pada tahap awal, perluasan digitalisasi di wilayah kerja hulu migas Pertamina akan dimulai dari Regional I Sumatra.
4 manfaat penerapan digitalisasi di Blok Rokan:
- Peningkatan kinerja keselamatan
- Penurunan potensi kehilangan produksi
- Optimalisasi kemampuan fasilitas produksi
- Peningkatan efisiensi
Sementara itu, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengapresiasi penerapan digitalisasi di Wilayah Kerja (WK) Blok Rokan. Langkah progresif itu diyakini akan mengoptimalkan proyek hulu migas sehingga memberikan devisa lebih besar bagi negara.
"Sistem di IODSC ini juga bisa diterapkan ke Pertamina Integrated Command Center agar dengan data dan orang yang benar maka ada pengambilan keputusan yang tepat. Semua upaya kita bertujuan untuk optimisasi devisa," kata Ahok dalam keterangan resmi.
Go global and bring barrel home
Untuk membangun kembali namanya sebagai pemain minyak dan gas yang berpengaruh secara global, Pertamina akan menggelontorkan belanja modal yang besar selama beberapa tahun ke depan. Saat ini, kiprah Pertamina di kancah dunia menyasar sektor hulu migas, ekspor dan penjualan produk, hingga kerja sama perkapalan.
Untuk hulu migas, perseroan berusaha memperoleh hak eksplorasi blok minyak baru di luar negeri, di antaranya Timur Tengah, Thailand, Burma dan Vietnam di bawah koordinasi Pertamina International Exploration-Production (PIEP).
Adapun Pertamina telah memiliki 13 wilayah operasi di Aljazair, Malaysia, Irak, Kanada, Kolombia, Myanmar, Prancis, Gabon, Italia, Namibia, Nigeria, Angola, dan Tanzania. Kegiatan operasi Pertamina di 13 negara ini menghasilkan 100 ribu barel per hari (bph) minyak mentah dengan target 350 ribu bph per hari pada 2026.
Di Aljazair, Pertamina mengelola blok 405a yang terdiri dari Lapangan MLN, EMK, dan OHD. Adapun ladang minyak di MLN mampu memproduksi 24 ribu bph minyak mentah. Semuanya sudah dibawa ke Indonesia untuk diolah di kilang minyak Pertamina.
Kemudian produksi minyak mentah Pertamina di Irak dari Lapangan West Qurna 1 mencapai 60 ribu bph. Namun, minyak ini belum bisa diolah di kilang BBM milik Pertamina.
Sementara di Malaysia, Pertamina mengelola enam blok dan dua lapangan unitisasi di bawah anak perusahaan PIEP, Pertamina Malaysia Eksplorasi-Produksi. Produksi minyak di negeri jiran tersebut mencapai 70 ribu barel per hari.
Pertamina juga mengakuisisi perusahaan migas berbasis di Prancis, Maurel et Prom (M&P) pada 2017 lalu. Harga saham yang dibeli Pertamina 4,2 euro per lembar, dengan total biaya sekitar Rp2,9 triliun.
Maurel & Prom memiliki sejumlah lapangan produksi dan eksplorasi minyak dan gas (migas) di sejumlah negara, mayoritas di kawasan Afrika. Perusahaan ini mampu memproduksi minyak 30 ribu barel oil equivalen per Day (BOED). Dari jumlah tersebut, sebanyak 6.000 BOED didistribusikan dan diolah di kilang Indonesia.
Dari belasan ladang minyak di luar negeri tersebut, PT Pertamina Internasional EP (PIEP) berhasil mencatatkan produksi migas di angka 150,9 MBOPD sepanjang semester I-2021. Bahkan, jumlah produksi minyak melebihi 100 persen atau mencapai 97,3 MBOPD dari target RKAP 2021. Sementara produksi gas selama kurun waktu tersebut juga mencapai 310,8 MMSCFD.
Adapun ekspansi lapangan migas di luar negeri ini tak hanya menjadikan Pertamina naik level atau dikenal dunia. Namun hasil produksi migas tersebut dibawa kembali ke Tanah Air demi mewujudkan ketahanan energi nasional. Upaya tersebut direalisasikan lewat program Bring Barrel Home.

Ilustrasi program bring barrel home - - Foto: sumber Pertamina
Direktur Utama Regional 5 Subholding Upstream Pertamina Jhon Anis menyebut program ini berhasil memenuhi kebutuhan kilang-kilang Pertamina di dalam negeri dengan volume lebih dari 48 juta barel atau senilai USD2,7 miliar.
Bahkan, program ini berkontribusi terhadap perbaikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) atau Current Account Deficit lantaran semakin berkurangnya impor migas.
"Sejak awal berdiri hingga kini, kami telah melakukan pengapalan minyak ke Indonesia dengan volume lebih dari 48 juta barel atau senilai lebih dari 2,7 miliar dolar AS," kata Jhon Anis dalam rilis resminya.
Sementara itu, volume penjualan produk Pertamina di pasar ekspor mencapai 3.999 MT dengan nilai USD1,9 miliar sepanjang semester I-2021. Produk unggulan yang diterima di pasar internasional tersebut antara lain Avtur, MFO, DCO, HVR-1, LCO dan Paraxylene.
Di bisnis pelumas, nama PT Pertamina Lubricant (PTPL) cukup mendunia karena menembus 14 negara dengan pasar terbesar di benua Asia, Afrika, dan Australia.
Untuk bisnis perkapalan, Pertamina International Shipping (PIS) meresmikan tanker raksasa VLCC Pertamina Pride dan Pertamina Prime. Peresmian ini menambah daftar sebelas armada yang telah berlabuh dan bersandar di sejumlah pelabuhan internasional. Bahkan tiga diantaranya berhasil memperoleh Certifcate of Compliance dari United States of America Coast Guard.
Berikut beberapa kapal yang telah diutilisasi untuk keperluan internasional:
1. Kapal MT Gede loading perdana di Sikka Ports & Terminal Limited India, menjadikannya sebagai salah satu kapal berbendera Indonesia yang pertama berlabuh di pelabuhan internasional Sikka, India.
2. VLGC Pertamina Gas 1 dan 2 (PG 1 & PG 2) berlabuh di LPG Export Terminal Phillips 66 di Freeport, Texas-Amerika Serikat.
3. Pertamina International Shipping Pte Ltd (PISPL) anak perusahaan PIS dengan MT Sanggau berhasil menjalin kerjasama dengan Petronas group yaitu Petco Trading Labuan Company Limited (PTLCL) secara Time Charter. Kapal ini berlabuh di pelabuhan di Singapura, Malaysia dan Bangladesh.
4. VLCC Pride dan Prime yang diresmikan di awal 2021 dengan kapasitas dua juta barel sudah rutin berlabuh di terminal Saudi Aramco.
5. MT Gamkonoro, MT Gamsunoro, dan MT Gunung Gelis berlabuh di pelabuhan di Singapura dan Tiongkok.
6. MT Gamalama dan MT Panderman berlabuh di pelabuhan di Malaysia.

Ilustrasi launching kapal tangker raksasa Pertamina - - Foto: sumber Pertamina
Untuk menangkap peluang pasar global yang lebih luas, PIS melakukan transformasi dari subholding shipping menjadi subholding marine and logistics dengan menggandeng Pertamina PT Patra Niaga.
Transformasi ini diimplementasikan melalui bisnis bunker di Nipa, Kepulauan Riau dan wilayah labuh jangkar di Selat Malaka. Bisnis ini berpotensi memberikan pendapatan bagi negara mengingat lebih dari 100 ribu kapal melewati Selat Malaka setiap tahunnya.
Direktur PIS Erry Widiastono mengatakan lebih dari 90 persen kapal melakukan bunkering di Singapura dengan estimasi market size lebih dari 46 juta metrik ton (MT) di 2020 dan estimasi nilai sebesar USD20 miliar. Dengan adanya pengembangan bisnis bunkering di Selat Malaka, Nipa berpotensi menjadi blending hub dan anchorage area (mengambil pasar Singapura dan Tanjung Pelepas).
"Bisnis bunkering ini juga berpotensi untuk meningkatkan utilisasi terminal Pertamina Group (Tanjung Uban dan Sambu) serta potensi pemanfaatan storage third party di Nipa dan Oil Tanking Karimun. Untuk menangkap peluang ini kami akan bersinergi dengan subholding lainnya dan juga mitra di luar Pertamina," jelas Erry.
Demi memperkuat ketahanan bisnis luar negeri, Pertamina meminta pengawalan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dalam rangka memitigasi risiko geopolitik di berbagai negara dengan langkah diplomasi.
Langkah diplomasi ekonomi dibutuhkan guna menarik investasi ke dalam serta mendorong investasi BUMN ke luar negeri. Apalagi terdapat 83 cabang atau anak usaha dari 17 perusahaan Indonesia yang tersebar di 26 negara dengan nilai investasi mencapai USD 17,5 miliar.
Dari berbagai upaya Pertamina untuk go global, Menteri BUMN Erick Thohir semakin optimistis perusahaan migas pelat merah ini dapat bersaing dengan kompetitor level dunia. Bahkan, mimpi Bung Karno menjadikan Pertamina sebagai raja minyak di Asia semakin di depan mata.
"Saya optimistis kinerja Pertamina lebih baik lagi dan frame bagi Pertamina adalah mesti bersaing dengan kompetitor di level dunia. Sebab Pertamina memiliki segala syarat, baik kualitas dan kapabilitas untuk menunjangnya sebagai salah satu perusahaan besar dunia," ujar Erick dalam siaran persnya, 17 Agustus 2021 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id