Adapun perbaikan kinerja Pertamina didukung oleh kembalinya Blok Rokan ke pangkuan ibu pertiwi. Sebelumnya, lapangan migas terbesar di Tanah Air itu dikelola oleh perusahaan migas asal Amerika Serikat, PT Chevron Pacific Indonesia selama 97 tahun.
Selama itu, Chevron memompa lebih dari 11 miliar barel minyak di Blok Rokan hingga akhirnya resmi jatuh ke tangan anak usaha Pertamina, yakni Pertamina Hulu Rokan pada Senin, 9 Agustus 2021.
Saat ini, Blok Rokan menyumbang 24 persen dari total produksi minyak di Indonesia dan menyumbang produksi minyak terbesar nomor dua secara nasional dengan wilayah kerja mencapai 6.220,29 kilometer persegi.
Ini 10 lapangan utama di Blok Rokan:
- Minas
- Duri
- Bangko
- Bekasap
- Balam south
- Kota Batak
- Petani
- Lematang
- Petapahan
- Pager
Blok Rokan belum uzur
Meski sudah dipompa habis-habisan oleh asing selama hampir 10 dekade, Blok Rokan masih sangat potensial dalam memproduksi minyak dan gas bumi. Hal ini terbukti dari produksi minyak di WK Rokan berada di kisaran 158 ribu barel per hari (bph) tepat satu bulan pascaalih kelola.
Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi Blok Rokan tercatat di level 150 ribu bph pada 8 Agustus 2021, dan meningkat menjadi 155 ribu bph.
Di sisi lain, jumlah pengeboran sumur pada Agustus-September 2021 juga melampaui target. Pertamina Hulu Rokan (PHR) berhasil menyelesaikan 47 sumur tajak dari target 45 sumur. Tahun depan, target pengeboran PHR pun naik menjadi 500 sumur.
Bahkan PHR mampu memperpendek waktu pengeboran hingga produksi awal dihasilkan atau put on production (POP) dari sebelumnya 22 hingga 30 hari, menjadi sekitar 15 hari untuk area operasi Sumatra Light Oil (SLO) atau sumur-sumur penghasil jenis minyak ringan.
"Setelah 97 tahun dikelola perusahaan multinasional, Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas yang potensial untuk kedepannya," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan resminya, Jumat, 22 Oktober 2021.
Adapun perusahaan migas pelat merah memiliki Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC), yang merupakan pusat kegiatan digitalisasi Blok Rokan. Fasilitas IODSC merupakan sumber informasi atau big data mengenai aktivitas sumur dan peralatan di lapangan. Setiap hari ada sekitar 4.000 hingga 5.000 data yang masuk. Data tersebut diolah agar menjadi informasi berharga yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
Dengan begitu, perseroan akan semakin mudah dalam memperluas model digitalisasi Blok Rokan ke wilayah kerja lainnya. Pada tahap awal, perluasan digitalisasi di wilayah kerja hulu migas Pertamina akan dimulai dari Regional I Sumatra.
4 manfaat penerapan digitalisasi di Blok Rokan:
- Peningkatan kinerja keselamatan
- Penurunan potensi kehilangan produksi
- Optimalisasi kemampuan fasilitas produksi
- Peningkatan efisiensi
Sementara itu, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengapresiasi penerapan digitalisasi di Wilayah Kerja (WK) Blok Rokan. Langkah progresif itu diyakini akan mengoptimalkan proyek hulu migas sehingga memberikan devisa lebih besar bagi negara.
"Sistem di IODSC ini juga bisa diterapkan ke Pertamina Integrated Command Center agar dengan data dan orang yang benar maka ada pengambilan keputusan yang tepat. Semua upaya kita bertujuan untuk optimisasi devisa," kata Ahok dalam keterangan resmi.
Go global and bring barrel home
Untuk membangun kembali namanya sebagai pemain minyak dan gas yang berpengaruh secara global, Pertamina akan menggelontorkan belanja modal yang besar selama beberapa tahun ke depan. Saat ini, kiprah Pertamina di kancah dunia menyasar sektor hulu migas, ekspor dan penjualan produk, hingga kerja sama perkapalan.
Untuk hulu migas, perseroan berusaha memperoleh hak eksplorasi blok minyak baru di luar negeri, di antaranya Timur Tengah, Thailand, Burma dan Vietnam di bawah koordinasi Pertamina International Exploration-Production (PIEP).
Adapun Pertamina telah memiliki 13 wilayah operasi di Aljazair, Malaysia, Irak, Kanada, Kolombia, Myanmar, Prancis, Gabon, Italia, Namibia, Nigeria, Angola, dan Tanzania. Kegiatan operasi Pertamina di 13 negara ini menghasilkan 100 ribu barel per hari (bph) minyak mentah dengan target 350 ribu bph per hari pada 2026.
Di Aljazair, Pertamina mengelola blok 405a yang terdiri dari Lapangan MLN, EMK, dan OHD. Adapun ladang minyak di MLN mampu memproduksi 24 ribu bph minyak mentah. Semuanya sudah dibawa ke Indonesia untuk diolah di kilang minyak Pertamina.
Kemudian produksi minyak mentah Pertamina di Irak dari Lapangan West Qurna 1 mencapai 60 ribu bph. Namun, minyak ini belum bisa diolah di kilang BBM milik Pertamina.
Sementara di Malaysia, Pertamina mengelola enam blok dan dua lapangan unitisasi di bawah anak perusahaan PIEP, Pertamina Malaysia Eksplorasi-Produksi. Produksi minyak di negeri jiran tersebut mencapai 70 ribu barel per hari.
Pertamina juga mengakuisisi perusahaan migas berbasis di Prancis, Maurel et Prom (M&P) pada 2017 lalu. Harga saham yang dibeli Pertamina 4,2 euro per lembar, dengan total biaya sekitar Rp2,9 triliun.
Maurel & Prom memiliki sejumlah lapangan produksi dan eksplorasi minyak dan gas (migas) di sejumlah negara, mayoritas di kawasan Afrika. Perusahaan ini mampu memproduksi minyak 30 ribu barel oil equivalen per Day (BOED). Dari jumlah tersebut, sebanyak 6.000 BOED didistribusikan dan diolah di kilang Indonesia.