Dari belasan ladang minyak di luar negeri tersebut, PT Pertamina Internasional EP (PIEP) berhasil mencatatkan produksi migas di angka 150,9 MBOPD sepanjang semester I-2021. Bahkan, jumlah produksi minyak melebihi 100 persen atau mencapai 97,3 MBOPD dari target RKAP 2021. Sementara produksi gas selama kurun waktu tersebut juga mencapai 310,8 MMSCFD.
Adapun ekspansi lapangan migas di luar negeri ini tak hanya menjadikan Pertamina naik level atau dikenal dunia. Namun hasil produksi migas tersebut dibawa kembali ke Tanah Air demi mewujudkan ketahanan energi nasional. Upaya tersebut direalisasikan lewat program Bring Barrel Home.

Ilustrasi program bring barrel home - - Foto: sumber Pertamina
Direktur Utama Regional 5 Subholding Upstream Pertamina Jhon Anis menyebut program ini berhasil memenuhi kebutuhan kilang-kilang Pertamina di dalam negeri dengan volume lebih dari 48 juta barel atau senilai USD2,7 miliar.
Bahkan, program ini berkontribusi terhadap perbaikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) atau Current Account Deficit lantaran semakin berkurangnya impor migas.
"Sejak awal berdiri hingga kini, kami telah melakukan pengapalan minyak ke Indonesia dengan volume lebih dari 48 juta barel atau senilai lebih dari 2,7 miliar dolar AS," kata Jhon Anis dalam rilis resminya.
Sementara itu, volume penjualan produk Pertamina di pasar ekspor mencapai 3.999 MT dengan nilai USD1,9 miliar sepanjang semester I-2021. Produk unggulan yang diterima di pasar internasional tersebut antara lain Avtur, MFO, DCO, HVR-1, LCO dan Paraxylene.
Di bisnis pelumas, nama PT Pertamina Lubricant (PTPL) cukup mendunia karena menembus 14 negara dengan pasar terbesar di benua Asia, Afrika, dan Australia.
Untuk bisnis perkapalan, Pertamina International Shipping (PIS) meresmikan tanker raksasa VLCC Pertamina Pride dan Pertamina Prime. Peresmian ini menambah daftar sebelas armada yang telah berlabuh dan bersandar di sejumlah pelabuhan internasional. Bahkan tiga diantaranya berhasil memperoleh Certifcate of Compliance dari United States of America Coast Guard.
Berikut beberapa kapal yang telah diutilisasi untuk keperluan internasional:
1. Kapal MT Gede loading perdana di Sikka Ports & Terminal Limited India, menjadikannya sebagai salah satu kapal berbendera Indonesia yang pertama berlabuh di pelabuhan internasional Sikka, India.
2. VLGC Pertamina Gas 1 dan 2 (PG 1 & PG 2) berlabuh di LPG Export Terminal Phillips 66 di Freeport, Texas-Amerika Serikat.
3. Pertamina International Shipping Pte Ltd (PISPL) anak perusahaan PIS dengan MT Sanggau berhasil menjalin kerjasama dengan Petronas group yaitu Petco Trading Labuan Company Limited (PTLCL) secara Time Charter. Kapal ini berlabuh di pelabuhan di Singapura, Malaysia dan Bangladesh.
4. VLCC Pride dan Prime yang diresmikan di awal 2021 dengan kapasitas dua juta barel sudah rutin berlabuh di terminal Saudi Aramco.
5. MT Gamkonoro, MT Gamsunoro, dan MT Gunung Gelis berlabuh di pelabuhan di Singapura dan Tiongkok.
6. MT Gamalama dan MT Panderman berlabuh di pelabuhan di Malaysia.

Ilustrasi launching kapal tangker raksasa Pertamina - - Foto: sumber Pertamina
Untuk menangkap peluang pasar global yang lebih luas, PIS melakukan transformasi dari subholding shipping menjadi subholding marine and logistics dengan menggandeng Pertamina PT Patra Niaga.
Transformasi ini diimplementasikan melalui bisnis bunker di Nipa, Kepulauan Riau dan wilayah labuh jangkar di Selat Malaka. Bisnis ini berpotensi memberikan pendapatan bagi negara mengingat lebih dari 100 ribu kapal melewati Selat Malaka setiap tahunnya.
Direktur PIS Erry Widiastono mengatakan lebih dari 90 persen kapal melakukan bunkering di Singapura dengan estimasi market size lebih dari 46 juta metrik ton (MT) di 2020 dan estimasi nilai sebesar USD20 miliar. Dengan adanya pengembangan bisnis bunkering di Selat Malaka, Nipa berpotensi menjadi blending hub dan anchorage area (mengambil pasar Singapura dan Tanjung Pelepas).
"Bisnis bunkering ini juga berpotensi untuk meningkatkan utilisasi terminal Pertamina Group (Tanjung Uban dan Sambu) serta potensi pemanfaatan storage third party di Nipa dan Oil Tanking Karimun. Untuk menangkap peluang ini kami akan bersinergi dengan subholding lainnya dan juga mitra di luar Pertamina," jelas Erry.
Demi memperkuat ketahanan bisnis luar negeri, Pertamina meminta pengawalan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dalam rangka memitigasi risiko geopolitik di berbagai negara dengan langkah diplomasi.
Langkah diplomasi ekonomi dibutuhkan guna menarik investasi ke dalam serta mendorong investasi BUMN ke luar negeri. Apalagi terdapat 83 cabang atau anak usaha dari 17 perusahaan Indonesia yang tersebar di 26 negara dengan nilai investasi mencapai USD 17,5 miliar.
Dari berbagai upaya Pertamina untuk go global, Menteri BUMN Erick Thohir semakin optimistis perusahaan migas pelat merah ini dapat bersaing dengan kompetitor level dunia. Bahkan, mimpi Bung Karno menjadikan Pertamina sebagai raja minyak di Asia semakin di depan mata.
"Saya optimistis kinerja Pertamina lebih baik lagi dan frame bagi Pertamina adalah mesti bersaing dengan kompetitor di level dunia. Sebab Pertamina memiliki segala syarat, baik kualitas dan kapabilitas untuk menunjangnya sebagai salah satu perusahaan besar dunia," ujar Erick dalam siaran persnya, 17 Agustus 2021 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id