Setidaknya memakan waktu tiga jam jika masuk melalui perbatasan Timor Leste dengan menyeberangi Selat Wetar. Sementara itu, butuh waktu lebih lama jika menempuh ganasnya lautan Ambon, yakni sekitar 15 jam.
Wajar saja pulau tersebut begitu jauh dari simbol-simbol perekonomian modern. Mayoritas warga menukar ikan hasil tangkapan mereka dengan bahan kebutuhan pokok, seperti beras, gula dan minyak goreng kepada pedagang dari Dili, Timor Leste.
Saat matahari tenggelam, warga sekitar sibuk menyalakan 'pelita'. Sebutan penerangan lampu dengan tenaga surya hemat energi (LTSHE). Sayangnya, biaya bahan bakar untuk menyalakan pelita sangat mahal sehingga tak ada lampu yang terpasang di jalan-jalan desa.

Dusun Uspisera dihuni oleh 25 kepala keluarga - - Foto: Medcom/ Desi Angriani
Mereka mesti merogoh kocek Rp300 ribu per bulan demi menyalakan tiga pelita. Itupun dilakukan secara patungan dengan beberapa rumah demi anak-anak mereka bisa belajar di malam hari.
Sementara itu, para nelayan memilih menggunakan genset dengan biaya lebih dari Rp350 ribu per bulan. Padahal untuk mencari ikan, mereka tidak memiliki peralatan yang memadai. Nelayan melakukannya dengan cara menyelam dan menombak ikan langsung di air.
Berangkat dari kisah tersebut, PT PLN (Persero) mulai membangun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) demi memberi keadilan energi di wilayah tersebut. Pembangunan dimulai pada 2015 dengan daya 240 kW. Rata-rata Biaya Pokok Produksi (BPP) mencapai 11.182 kWh dengan biaya Rp12 miliar.
Semula pemasangan tiang-tiang di dua desa berjalan mulus lantaran medan yang tidak sulit. Sebanyak 211 warga di desa Ustutun dan Manoha pun mencicipi penerangan dari PLN. Namun, masih ada 25 KK di dusun Uspisera yang belum terjamah aliran listrik pada 2017. PLN pun menerjunkan timnya untuk membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTT) sepanjang empat kilometer.
Untuk mencapai lokasi itu, mereka harus berjalan kaki selama dua jam dengan mendaki bukit dan menyusuri garis pantai yang sempit. Tak satupun kendaraan yang bisa melewati jalur tersebut dari desa tetangga.

Perjalanan menuju Dusun Uspisera dari Desa Ustutun - - Foto: Medcom/ Desi Angriani
Musim kemarau pun membuat hawa panas membayang dan matahari hampir tegak di atas kepala. Sambil menyeka peluh, tim PLN terpaksa naik ke atas bukit untuk membawa tiang-tiang listrik yang akan dipancang.
Satu tiang saja harus dibawa oleh tujuh orang. Belum lagi kondisi tanah yang keras sehingga menyulitkan penggalian. Dalam sehari, tim PLN hanya mampu membuat tiga lubang. Begitulah perjuangan berbagi pelita di ujung Liran, aku Direktur Human Capital Management PLN Muhamad Ali yang ikut dalam ekspedisi tersebut.
Kepada warga, PLN menjual Kwh dengan harga subsidi sebesar Rp650/kWh. Maklum rumah-rumah warga hanya beralaskan pasir dan atap jerami, sehingga PLN haram mengambil untung. "Tentunya kita enggak bicara untung rugi kita bicara elektrifikasi. kalau kita lihat biaya pokoknya enggak masuk," kata Ali kepada Medcom.id di lokasi.
Baca: 72 Tahun Merdeka, Pulau Ini Baru Dimasuki Dokter
Sejak PLN masuk ke pulau tersebut, taraf hidup warga mulai meningkat karena mereka bisa beraktivitas di malam hari. Kegembiraan tersebut bahkan terpancar dari raut wajah Abigail, 23, warga dusun Uspisera.
Betapa tidak, setelah puluhan tahun menanti, akhirnya tempat tinggalnya teraliri listrik dengan harga murah. Ia dan 24 rumah lainnya bisa menggunakan listrik kapanpun sesuai kebutuhan.
"Kami senang di sini akan masuk listrik karena memang gelap sekali. Dan kami hanya membayar Rp30 ribu-Rp60 ribu saja per bulan," imbuhnya kepada Medcom.id yang turut berkunjung ke lokasi pada September 2017 lalu.

Abigail, 23, warga Dusun Uspisera - - Foto: Medcom/ Desi Angriani
Mewujudkan keadilan energi
Angka rasio elektrifikasi Indonesia sudah mencapai 99,48 persen. Namun faktanya masih terdapat 433 desa yang belum teraliri listrik. Sejumlah desa tersebut tersebar di empat provinsi dengan rincian sebanyak 325 desa di Papua, 102 desa di Papua Barat, lima desa di Nusa Tenggara Timur, dan satu desa di Maluku.
Padahal selama 75 tahun, PLN sudah berupaya menghadirkan listrik hingga ke seluruh pelosok negeri. Mulai dari perkotaan, pedesaan, bahkan hingga daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Selain menambah jaringan ke desa-desa terluar, PLN juga menggelontorkan Corporate Social Responsibility (CSR) demi menanggung biaya penyambungan dan instalasi sebesar Rp2,5 juta per rumah.
Berbagai upaya tersebut belum cukup dalam mewujudkan keadilan energi bagi seluruh lapisan masyarakat. Pasalnya, PLN mesti menghadapi berbagai tantangan khususnya kendala geografis. Apalagi pelaksanaan pembangunan kelistrikan ke daerah remote semakin terbatas saat pandemi melanda.
Namun, Direktur Utama (Dirut) PLN Zulkifli Zaini mengatakan hadirnya listrik akan meningkatkan produktivitas dan menggerakan roda ekonomi, sehingga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
"Kami menyadari listrik merupakan kebutuhan utama masyarakat. Misalnya, inisiatif untuk melakukan kelistrikan di 433 desa di wilayah timur Indonesia. Walaupun ada kendala, tetap dilaksanakan dengan baik," ujar Zulkifli dalam program Metro TV, pada 2 Desember 2020 lalu.
Dalam lima tahun terakhir, sebanyak 12 ribu desa berhasil dilistriki PLN. Pada 2015, jumlah desa berlistrik baru sebesar 70.391, dan meningkat menjadi 83.028 desa berlistrik pada September 2020.
Daerah terluar Indonesia yang dilistriki PLN - - Foto: Medcom/ Desi Angriani
Sebelumnya, PLN menghadirkan listrik di 11 desa terpencil di Provinsi Riau. Sebanyak enam desa berlistrik di Kabupaten Kampar yang diresmikan antara lain Desa Sungai Santi, Desa Kota Lama, Desa Kebun Tinggi, Desa Lubuk Bigau, Desa Tanjung Permai, dan Desa Pangkalan Kapas. Sedangkan lima desa lainnya berada Kabupaten Indragiri Hilir yaitu Desa Sepakat Jaya, Desa Kuala Sungai Batang, Desa Bakau Aceh, Desa Bantayan, dan Desa Batang Tumu.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Dispriansyah mengatakan pihaknya menggelontorkan investasi sebanyak Rp90 miliar untuk menerangi Provinsi Riau dengan potensi 1.950 calon pelanggan. Sehingga, di penghujung 2020 rasio elektrifikasi desa berlistrik Riau sudah mencapai 100 persen.
"Sementara untuk Provinsi Kepulauan Riau nilai investasi sebesar Rp38 miliar dengan potensi 1.800 calon pelanggan, rasio elektrifikasi desa berlistrik mencapai 91,35 persen," tuturnya dalam keterangan resmi, Kamis 31 Desember 2020.
Selain itu, PLN juga melistriki empat desa terpencil di Sulawesi Tengah yaitu Desa Winangabino, Desa Lijo, Desa Sea dan Desa Parangisi yang berada di Kabupaten Morowali Utara.
Untuk melistriki empat lokasi ini, PLN mengeluarkan dana investasi sebesar Rp12,8 miliar untuk membangun JTM sepanjang 32,5 kms, JTR sepanjang 6,5 kms dan gardu distribusi sebanyak 6 buah dengan total 300 kVA. Serta memiliki potensi pelanggan sebanyak 515 kepala keluarga dengan lebih dari 1.800 penduduk.
Baca juga: PLN Pasok Listrik ke Desa Terpencil di Pulau Liran
Lantas dari manakah dana infrastruktur kelistrikan ini berasal? PLN meraih pinjaman atau kredit investasi dengan plafon sebesar Rp12 triliun dari perbankan.
Perjanjian kredit investasi tersebut diperoleh melalui tiga skema yaitu skema sindikasi konvensional sebesar Rp8,8 triliun, skema sindikasi syariah sebesar Rp1,2 triliun, dan skema bilateral konvensional sebesar Rp2 triliun.
Untuk skema konvensional berasal dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. Sementara skema sindikasi syariah antara lain PT Bank Syariah Mandiri dan PT BCA Syariah. Sedangkan skema bilateral konvensional berasal dari PT Bank CIMB Niaga Tbk.
"Terlaksananya penandatanganan perjanjian kredit investasi ini menjadi salah satu bukti nyata dukungan serta kepercayaan dari lembaga keuangan bank nasional untuk dapat memenuhi rencana investasi PLN yang hingga saat ini masih termuat dalam (RUPTL) PLN 2019-2028 yang telah ditetapkan oleh Menteri ESDM," kata Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly dalam keterangan resmi, Jumat, 4 Desember 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News