Ilustrasi. FOTO: MI/Bary Fathahilah
Ilustrasi. FOTO: MI/Bary Fathahilah

Mata Rantai Perang Rusia-Ukraina Sampai ke Pertamax

Angga Bratadharma • 04 April 2022 12:05
KONFLIK yang terjadi antara Rusia dan Ukraina serta masih berlanjut sampai sekarang berimbas nyata terhadap melonjaknya harga minyak dunia. Kondisi kian parah karena ikut campurnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan sekutunya yang memberikan sanksi kepada Moskow. Bisa ditebak, ikut campurnya Negara Paman Sam membuat pasar minyak lebih terancam.
 
Adapun invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina tak ditampik membuat kejutan luar biasa terhadap pasar minyak. Tak main-main harga minyak dunia mampu menembus level USD100 per barel untuk pertama kalinya ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus di Ukraina pada akhir 24 Maret 2022.
 
Namun, bukan Putin namanya jika tidak membalas sanksi yang dijatuhkan AS dan sekutunya. Di antara balasan yang dilakukan adalah memberlakukan mata uang rubel untuk membeli gas dari Rusia. Jika tidak mampu memenuhi maka Moskow akan menghentikan aliran gasnya. Hal tersebut tentu ancaman yang bisa berdampak besar terhadap krisis energi terutama di Eropa.

Sedangkan paling baru, keputusan yang berbahaya bagi dunia kembali dilakukan Negara Paman Sam. Presiden AS Joe Biden memutuskan melakukan pelepasan terbesar cadangan minyak darurat AS dan menantang perusahaan minyak untuk mengebor lebih banyak. Upaya itu dalam rangka menurunkan harga bensin yang melonjak selama perang Rusia dengan Ukraina.
 
Pengumuman itu datang sebagai bagian dari upaya luas oleh Biden untuk mengatasi inflasi yang meroket yang telah merugikan konsumen AS dan mengancam rekan-rekan Demokrat Biden ketika mereka berusaha mempertahankan kendali Kongres dalam pemilihan November.
 
Mulai Mei, Biden mengatakan, Amerika Serikat akan melepaskan satu juta barel per hari (bph) minyak mentah selama enam bulan dari Strategic Petroleum Reserve (SPR). "Ini adalah momen konsekuensi dan bahaya bagi dunia, dan penderitaan bagi keluarga Amerika," kata Biden, di sebuah acara di Gedung Putih, dilansir dari The Business Times.
Mata Rantai Perang Rusia-Ukraina Sampai ke Pertamax
Atas keputusan Biden, harga minyak dunia bergerak lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat lalu waktu setempat (Sabtu pagi WIB), setelah anggota Badan Energi Internasional (IEA) setuju untuk bergabung dalam rilis cadangan minyak AS terbesar yang pernah ada.

 
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 32 sen atau 0,3 persen menjadi USD104,39 per barel di London ICE Futures Exchange. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei kehilangan USD1,01 atau 1,0 persen, menjadi USD99,27 per barel di New York Mercantile Exchange.
 
Baik kontrak acuan harga minyak mentah Brent maupun minyak AS anjlok sekitar 13 persen dalam penurunan mingguan terbesar mereka dalam dua tahun setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan pelepasan cadangan minyak daruratnya. Kendati demikian, semua yang sudah dilakukan tak membuat harga minyak berada di level rendah seperti dulu kala.

Mulai dirasakan Indonesia

Bagi Indonesia, tekanan dari melonjaknya harga minyak dunia itu akhirnya mulai dirasakan. Untuk meredamnya, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertamax menjadi Rp12.500 per liter atau naik dari harga sebelumnya yang sebesar Rp9.000 per liter. Harga baru tersebut berlaku 1 April 2022 mulai pukul 00.00 waktu setempat.
 
"Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat. Harga pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan dengan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya," kata Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting.
 
Sedangkan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyatakan, dengan mempertimbangkan harga minyak Maret yang jauh lebih tinggi ketimbang Februari maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 di April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp16 ribu per liter.
 
 

Dengan demikian, lanjutnya, penyesuaian harga pertamax menjadi Rp12.500 per liter ini masih lebih rendah Rp3.500 dari nilai keekonomiannya. "Ini kita lakukan agar tidak terlalu memberatkan masyarakat," ujar Irto.
 
Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi penyulut penaikan harga pertamax. Penyebab utamanya ialah krisis geopolitik yang terus berkembang sampai saat ini mengakibatkan harga minyak dunia melambung tinggi di atas USD100 per barel.
 
Hal ini mendorong harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) per 24 Maret 2022 tercatat USD114,55 per barel atau melonjak hingga lebih dari 56 persen dari periode Desember 2021 yang sebesar USD73,36 per barel.
 
Untuk menekan beban keuangan Pertamina, selain melakukan efisiensi ketat di seluruh lini operasi, penyesuaian harga bahan bakar minyak tidak terelakkan untuk dilakukan. Namun dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
 
Meski pertamax naik, namun BBM jenis pertalite tidak berubah harganya. "Pemerintah sudah memutuskan pertalite dijadikan subsidi, tapi pertamax tidak. Jadi kalau pertamax naik, ya mohon maaf, tapi kalau pertalite disubsidi," kata Menteri BUMN Erick Thohir.
 
Peneliti kebijakan publik Institute for Development of Policy and Local Partnership (IDP-LP) Riko Noviantoro menyebut jika masyarakat dari kelas menengah ke atas sepatutnya tidak mengonsumsi bahan bakar minyak yang disubsidi negara.
Mata Rantai Perang Rusia-Ukraina Sampai ke Pertamax

Sebab BBM bersubsidi tersebut, dalam hal ini BBM jenis pertalite, diperuntukkan bagi masyarakat bawah. Hal itu sejalan dengan keputusan pemerintah yang menetapkan bensin RON 90 atau pertalite menjadi Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) menggantikan bensin RON 88 atau premium.
 
"BBM penugasan ini peruntukannya adalah masyarakat bawah, harusnya orang kaya atau kelas menengah ke atas malu menggunakan BBM subsidi," kata Riko.

Pertalite diserbu

Namun entah panik atau sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, kini BBM jenis pertalite diserbu. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengungkapkan adanya perbedaan harga membuat banyak konsumen beralih ke pertalite dibandingkan dengan membeli pertamax.
 
"Ini bisa terjadi karena disparitas harga pertamax dan pertalite terlalu jauh. Konsumen yang awalnya pakai pertamax pada waktu harganya masih murah, sekarang beralih ke pertalite," kata Fabby.
 
Dengan adanya peralihan itu, dipastikan terjadi lonjakan volume penjualan pertalite sehingga logis apabila stok BBM itu sulit didapatkan karena diburu masyarakat. "Untuk menghindari kelangkaan ini, maka harga pertalite perlu dinaikkan juga," ungkapnya.
 
Jika pemerintah memutuskan harga pertalite naik, bisa memaksakan konsumen kembali memilih pertamax karena selisih harga tidak terlalu lebar. Pertamina diyakini bakal menanggung biaya besar jika harga bensin dengan RON 90 itu tidak disesuaikan.
 
 

"Cukup besar kompensasi yang bakal ditanggung dengan disparitas harga sekarang. Keputusan menaikan harga pertalite itu adalah keputusan korporasi. Pertalite bukan BBM bersubsidi," tegasnya.
 
Masyarakat diminta legowo jika harga pertalite bakal disesuaikan mengingat ada kenaikan harga minyak dunia yang bisa menambah inflasi dan memicu kenaikan harga barang. "Ini pilihan yang sulit tapi tetap harus dilakukan. Seluruh dunia juga mengalami hal yang sama, menghadapi kenaikan harga minyak," tuturnya.
 
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpandangan pemerintah dan Pertamina dapat meminimalkan potensi pergeseran konsumsi BBM dari pertamax yang nonsubsidi ke pertalite yang disubsidi dengan melarang kendaraan pemerintah dan BUMN mengisi BBM subsidi.
 
Selain itu, pemerintah dan Pertamina dapat melakukan seleksi kendaraan pribadi yang mengisi pertalite. "Misalnya, kendaraan mewah dengan kapasitas mesin ataupun merek tertentu dilarang mengisi BBM bersubsidi. Pengawasan terhadap tindak kecurangan juga perlu diperketat," ujar Josua.

Sinyal kenaikan

Sikap masyarakat yang menyerbu masyarakat tak ditampik cukup beralasan. Pasalnya, salah satu menteri kesayangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sinyal akan ada kenaikan harga di beberapa lini. Tentu hal itu memberikan tekanan mengingat di Ramadan dan jelang Lebaran harga komoditas biasanya melonjak.
 
Dalam hal ini, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberi sinyal adanya kenaikan harga BBM jenis pertalite hingga gas LPG tiga kilogram. Pemerintah akan melakukan perhitungan dengan cermat dan melakukan sosialisasi terkait rencana kenaikan tersebut.
Mata Rantai Perang Rusia-Ukraina Sampai ke Pertamax
"Overall akan terjadi (kenaikan) nanti pertamax, pertalite, kalau premium belum. Juga gas yang tiga kg (akan naik). Jadi bertahap, 1 April, nanti Juli, di September, itu nanti bertahap akan dilakukan oleh pemerintah," kata Luhut.
 
Meski demikian, Luhut tak menjelaskan lebih lanjut soal rencana tersebut. Soal kenaikan harga BBM nonsubsidi pertamax, ia menjelaskan, banyak negara sudah menaikkan harga BBM mereka. Hal itu terjadi akibat kelangkaan minyak mentah karena konflik Rusia-Ukraina serta kelangkaan minyak nabati.
 
Luhut mengatakan Indonesia masih beruntung karena bisa mengelola ekonomi dengan lebih baik sehingga dampak konflik kedua negara tersebut tidak terlalu besar. Kenaikan harga pertamax yang diberlakukan per 1 April 2022, pun menurutnya, dilakukan lantaran asumsi harga minyak dunia dalam APBN sudah sangat jauh dengan harga minyak di lapangan.
 
"Kalau ditahan terus, jebol nanti Pertamina. Jadi terpaksa kita harus lepas," katanya.
 
Kondisi yang ada, lanjut Luhut, akan menyebabkan harga BBM harus dinaikkan. Begitu pula dengan harga LPG tiga kg. Namun, penyesuaian harga akan dilakukan bertahap. Jatah subsidi untuk rakyat kecil juga dipastikan tidak akan dihilangkan.
 
"Semua akan naik, tidak ada yang tidak akan naik itu. Jadi hanya bertahap kita lakukan. Ada yang disubsidi, masih tetap yang untuk rakyat kecil, seperti misalnya LPG tiga kg dari 2007 tidak naik harganya kan tidak adil," pungkas Luhut.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan