Adapun invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina tak ditampik membuat kejutan luar biasa terhadap pasar minyak. Tak main-main harga minyak dunia mampu menembus level USD100 per barel untuk pertama kalinya ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus di Ukraina pada akhir 24 Maret 2022.
Namun, bukan Putin namanya jika tidak membalas sanksi yang dijatuhkan AS dan sekutunya. Di antara balasan yang dilakukan adalah memberlakukan mata uang rubel untuk membeli gas dari Rusia. Jika tidak mampu memenuhi maka Moskow akan menghentikan aliran gasnya. Hal tersebut tentu ancaman yang bisa berdampak besar terhadap krisis energi terutama di Eropa.
Sedangkan paling baru, keputusan yang berbahaya bagi dunia kembali dilakukan Negara Paman Sam. Presiden AS Joe Biden memutuskan melakukan pelepasan terbesar cadangan minyak darurat AS dan menantang perusahaan minyak untuk mengebor lebih banyak. Upaya itu dalam rangka menurunkan harga bensin yang melonjak selama perang Rusia dengan Ukraina.
Pengumuman itu datang sebagai bagian dari upaya luas oleh Biden untuk mengatasi inflasi yang meroket yang telah merugikan konsumen AS dan mengancam rekan-rekan Demokrat Biden ketika mereka berusaha mempertahankan kendali Kongres dalam pemilihan November.
Mulai Mei, Biden mengatakan, Amerika Serikat akan melepaskan satu juta barel per hari (bph) minyak mentah selama enam bulan dari Strategic Petroleum Reserve (SPR). "Ini adalah momen konsekuensi dan bahaya bagi dunia, dan penderitaan bagi keluarga Amerika," kata Biden, di sebuah acara di Gedung Putih, dilansir dari The Business Times.

Atas keputusan Biden, harga minyak dunia bergerak lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat lalu waktu setempat (Sabtu pagi WIB), setelah anggota Badan Energi Internasional (IEA) setuju untuk bergabung dalam rilis cadangan minyak AS terbesar yang pernah ada.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 32 sen atau 0,3 persen menjadi USD104,39 per barel di London ICE Futures Exchange. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei kehilangan USD1,01 atau 1,0 persen, menjadi USD99,27 per barel di New York Mercantile Exchange.
Baik kontrak acuan harga minyak mentah Brent maupun minyak AS anjlok sekitar 13 persen dalam penurunan mingguan terbesar mereka dalam dua tahun setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan pelepasan cadangan minyak daruratnya. Kendati demikian, semua yang sudah dilakukan tak membuat harga minyak berada di level rendah seperti dulu kala.
Mulai dirasakan Indonesia
Bagi Indonesia, tekanan dari melonjaknya harga minyak dunia itu akhirnya mulai dirasakan. Untuk meredamnya, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertamax menjadi Rp12.500 per liter atau naik dari harga sebelumnya yang sebesar Rp9.000 per liter. Harga baru tersebut berlaku 1 April 2022 mulai pukul 00.00 waktu setempat."Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat. Harga pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan dengan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya," kata Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting.
Sedangkan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyatakan, dengan mempertimbangkan harga minyak Maret yang jauh lebih tinggi ketimbang Februari maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 di April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp16 ribu per liter.