Pasien covid-19 di India mengalami kekurangan oksigen. FOTO: AFP
Pasien covid-19 di India mengalami kekurangan oksigen. FOTO: AFP

Melulu Ekonomi saat Covid-19 Mengganas di India

Angga Bratadharma • 03 Mei 2021 13:12

Namun Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan memastikan bahwa proses karantina di seluruh pelabuhan muat hanya dilakukan terhadap Awak Buah Kapal (ABK) dan bukan terhadap kapal dan muatan sehingga seharusnya tidak memengaruhi proses bongkar muat.
 
"Kebanyakan ekspor RI ke India saat ini lebih banyak terkait produk liquid atau cairan yang perpindahannya lebih banyak melalui saluran pipa, jadi sangat minimal keterlibatan orang," jelas Didi.
 
Di sisi lain, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menyatakan lonjakan kasus pandemi covid-19 di India belum berdampak pada ekspor sawit Indonesia. Namun pelaku usaha akan terus mengawasi perkembangan penanganan pandemi di negara tersebut.

"Sebenarnya kita mesti melihat dan menunggu dulu karena baru minggu lalu terjadi. Tapi sampai saat ini kami belum mendapat laporan adanya hambatan ekspor ke India," ungkap Joko.
 
Memacu ekonomi
 
Terlepas dari kasus di India, Pemerintah Indonesia terus memacu pertumbuhan ekonomi usai terhantam keras pandemi covid-19. Bahkan, keseriusan itu dibuktikan dengan terus dibukanya aktivitas perekonomian meski ada ancaman virus mutasi baru dari India yang masuk ke Indonesia dan di tengah kondisi meningkatnya kasus virus mematikan itu di Tanah Air.
 
Penguncian atau lockdown sepertinya sudah tidak ada lagi di kamus pemerintah. Melalui program besar seperti Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah berharap ekonomi Indonesia bisa kembali di pra pandemi. Tak hanya melalui PEN, program lain terus digulirkan seperti pemberian diskon pajak hingga bantuan sosial untuk menggerakkan perekonomian.
 
Adapun pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh mencapai 6,9 persen hingga 7,8 persen pada kuartal II-2021. Proyeksi ini mengalami perbaikan dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang hanya tumbuh 6,7 persen. Pemulihan ekonomi di kuartal II ini didorong oleh membaiknya seluruh komponen pengeluaran.
 
Melulu Ekonomi saat Covid-19 Mengganas di India
 
Pada periode April-Juni 2021, seluruh komponen pengeluaran tumbuh positif. Untuk konsumsi rumah tangga, pertumbuhannya di kuartal II diperkirakan bisa mencapai 6,9 persen hingga 7,9 persen. Salah satu pendukung peningkatan konsumsi rumah tangga adalah Harbolnas Ramadan, hingga pencairan THR untuk ASN dan TNI/Polri.
 
Konsumsi LNPRT diproyeksi tumbuh antara lima persen hingga 5,5 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 7,6 persen hingga 7,9 persen, investasi (PMTB) tumbuh 6,4 persen hingga 8,3 persen, ekspor tumbuh 10,5 persen hingga 12 persen, impor tumbuh 9,5 persen hingga 14 persen.
  
Pada kuartal I-2021, ekonomi diperkirakan tumbuh dalam kisaran minus 0,5 persen sampai dengan minus 0,3 persen (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun ini, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen.
 
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini reformasi struktural yang dijalankan pemerintah akan membawa dampak positif terhadap transformasi ekonomi. Bahkan pertumbuhan ekonomi diprediksi bisa mencapai enam persen pada 2023.
 
Ia menjelaskan reformasi struktural melalui Undang-Undang Cipta Kerja akan membantu memperbaiki iklim investasi. Di sisi lain pemerintah juga mengembangkan sektor dengan nilai tambah tinggi, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan green energy.
 
"Transformasi struktural ini bisa mendukung atau menyumbangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi terutama pada faktor investasi dan ekspor," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan