Pasien covid-19 di India mengalami kekurangan oksigen. FOTO: AFP
Pasien covid-19 di India mengalami kekurangan oksigen. FOTO: AFP

Melulu Ekonomi saat Covid-19 Mengganas di India

Angga Bratadharma • 03 Mei 2021 13:12

Status varian yang dikhawatirkan merujuk pada varian yang lebih berbahaya dari versi aslinya, baik dalam hal penularan maupun kemampuan virus dalam menghindari perlindungan vaksin. "Varian B.1.617 memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi dari varian lain di India. Hal ini mengindikasikan peningkatan transmisi di tengah masyarakat," ujar WHO.
 
WHO menekankan bahwa beberapa varian lain di India juga memperlihatkan tren peningkatan transmisi. WHO menduga kombinasi dari B.1.617 dan beberapa varian lain telah memicu terjadinya gelombang kedua Covid-19 di India. "Studi telah memperlihatkan bahwa penyebaran covid-19 di gelombang kedua ini lebih cepat dari yang pertama," tutur WHO.
 
Untuk menangani krisis saat ini, WHO mendorong agar studi-studi lebih lanjut segera dilakukan agar karakteristik B.1.617 dan varian lainnya dapat lebih diketahui jajaran ilmuwan.
 
Ekonomi India lumpuh
 
Sementara itu, Pemerintah India memutuskan mengunci negara itu pada tahun lalu untuk menghindari penyebaran covid-19 yang tidak terkendali yang telah dialami oleh banyak negara di dunia. Rencana tersebut sebagian besar berhasil, tetapi dalam prosesnya melumpuhkan ekonomi India.

Sekarang India sedang menghadapi krisis covid-19 yang lebih menghancurkan dan Perdana Menteri India Narendra Modi enggan menempatkan ekonominya diputaran gejolak lainnya. Namun kehadiran gelombang kedua sepertinya membuat ekonomi India berpotensi hancur lagi. Salah satu yang terpukul keras di India yakni industri kulit.
 
India adalah pengekspor kulit dan barang-barang kulit terbesar di dunia. "Negara ini adalah pengekspor pakaian kulit terbesar kedua dan pengekspor barang kulit terbesar keempat di dunia," kata Dewan Ekspor Kulit India, divisi dari Kementerian Perdagangan & Industri India.
 
Tak hanya itu, India juga merupakan produsen utama alas kaki setelah Tiongkok dan memproduksi hampir tiga miliar pasang sepatu setiap tahun. Tahun lalu, pandemi menjadi pukulan serius bagi industri kulit India. Ekspor kulit merosot tajam 29,1 persen di tahun lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena industri kehilangan hampir USD1,4 miliar dalam ekspor.
 
"Itu karena pembeli di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris menunda pembelian selama penguncian mereka sendiri," kata Ketua Dewan Ekspor Kulit India Aqeel Panaruna.
 
Kerja sama Indonesia-India
 
Sementara itu, Menteri Perdagangan M Lutfi memastikan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan India masih tetap berjalan meskipun saat ini India sedang melakukan karantina kesehatan akibat lonjakan kasus covid-19. Secara umum tidak ada kendala dalam kegiatan fasilitas ekspor-impor antara Indonesia dan India.
 
"Protokol kesehatan diterapkan untuk mencegah warga asing masuk, termasuk India. Namun hal ini tidak mengganggu kelancaran bongkar muat barang," kata Lutfi.
 
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Didi Sumedi mengungkapkan, beberapa waktu lalu sempat terjadi kendala karantina kapal di pelabuhan bongkar muat Dumai, Provinsi Riau yang melayani jasa pelayanan laut, curah cair, dan peti kemas.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan