Budi menyebut faktor pertama ialah rendahnya vaksinasi covid-19. Indonesia dan India sama-sama mengalami kondisi tersebut. Progres vaksinasi Indonesia baru lima persen. "Saya lihat kalau vaksinasi belum 50 persen, mereka kendur (protokol kesehatan), tidak waspada, (kasus covid-19 akan) naik," ujar Budi.
Kedua, penerapan protokol kesehatan (prokes). Budi menilai Indonesia masih lebih baik dalam penerapan prokes, terutama pada kegiatan dengan massa yang cukup besar. "Dia (India) kemarin acara keagamaan yang masuk Sungai Gangga puluhan ribuan orang, itu parah. Dia upacara keagamaannya banyak kayak Bali. Itu yang bikin kena (penularan covid-19)," tuturnya.
Ketiga, yakni jumlah mutasi varian covid-19 berjenis B117. Mutasi asal Inggris itu memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dari jenis lainnya. "B117 di India juga sudah banyak, kita belum. Selama kita bisa jaga protokol kesehatan, terutama di hari keagamaan, enggak kumpul-kumpul, mudah-mudahan enggak (seperti India)," jelas dia.

Hingga Senin 19 April 2021, berdasarkan data dari Worldometers, angka harian pandemi covid-19 di India bertambah hingga 275.306. Sementara total kematian tercatat 178.793 jiwa, bertambah 1.625 dalam satu hari. Adapun total kasus virus korona yang melanda Negeri Bollywood sudah mencapai 15.057.767.
Ekonomi masih terkontraksi
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih terkontraksi, imbas pandemi covid-19 yang belum berakhir. Namun demikian, kontraksi ekonomi RI pada tiga bulan pertama 2021 ini masih lebih baik dibandingkan dengan posisi kuartal IV-2020.
"Pandemi covid-19 ini memang yang paling terasa dampaknya ada di beberapa sektor perekonomian. Kita ada kontraksi tahun lalu sebesar minus 2,19 persen (kuartal IV-2020). Kuartal pertama ini kira-kira kita masih negatif 0,5 persen sampai minus 0,7 persen," ujar Sandiaga.
Ramalan eks Wakil Gubernur DKI Jakarta itu searah dengan prediksi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2021 bakal berada di dalam kisaran antara minus satu persen hingga negatif 0,1 persen.
Demikian halnya dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) yang percaya diri bahwa perekonomian Indonesia di kuartal I-2021 akan lebih baik daripada perekonomian di kuartal IV-2020. Artinya, bank sentral memperkirakan ekonomi RI di kuartal I-2021 lebih baik dari minus 2,19 persen.
Menurut Sandiaga, perbaikan ekonomi dalam negeri tercermin dari data Bank Indonesia yang melaporkan bahwa Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia sudah mencapai 55 persen. Dengan data tersebut, maka industri manufaktur dalam negeri berada pada fase ekspansi.
"PMI kita sudah 55 persen, ini rekor. Ini data, para produsen ini semangat untuk manufaktur, berarti ada permintaannya. Jadi sebelum krisis pandemi ini, belum pernah mencapai 55 persen," ungkap dia.
Meski membaik, namun tekanan masih ada terutama dari aspek eksternal. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) membeberkan dua alasan utama tekanan eksternal tetap tinggi meskipun kondisi domestik sudah mulai pulih.