Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam sebuah kesempatan memperkirakan ekonomi pada kuartal III-2020 akan berada pada kisaran minus dua persen hingga nol persen. Prediksi itu juga dengan kata lain Indonesia kini berada di jalur atau berada di tengah-tengah resesi.
Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menguraikan resesi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut tumbuh negatif. Sementara di Indonesia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I masih tumbuh 2,97 persen, namun kemudian minus 5,32 persen di kuartal II-2020. Jika di kuartal III negatif, maka resesi terjadi.
"Kita tinggal menunggu September saja. Di Oktober ketika BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi, kita baru dinyatakan resmi mengalami resesi, yang sesungguhnya sudah kita jalani saat ini," kata kata Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah.
Menilik pernyataan Piter, resesi sudah terasa karena terjadi penurunan perekonomian akibat pandemi covid-19. Hal ini bisa dilihat dari penurunan konsumsi rumah tangga, penurunan aktivitas industri, hingga bertambahnya jumlah Pemutusan Hubungan kerja (PHK).
Jika kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan depresi. Namun demikian, Piter meyakini Indonesia tidak akan mengalami depresi karena kemungkinan besar vaksin covid-19 ditemukan dan diproduksi pada tahun depan.
"Wabah berhenti perekonomian berangsur kembali normal. Masyarakat tidak perlu panik. Resesi adalah kenormalan baru, bersikap biasa-biasa saja. Yang penting jaga kesehatan, itu yang utama," ucapnya.

Meski secara teknis pertumbuhan ekonomi nasional akan masuk ke dalam jurang resesi, namun Direktur CORE Indonesia Muhammad Faisal lebih menitikberatkan pada tren pemulihan. Pun terhadap esensi pertumbuhan perekonomian yang secara perlahan mengalami perbaikan.
"Jangan terjebak dari sisi teknis apalagi di kuartal ketiga saja, saya khawatir kehilangan esensinya. Esensi yang terjadi di lapangan, terutama di masyarakat kelas bawah. Itu tidak banyak berbeda terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi yang minus 0,5 persen dengan pertumbuhan ekonomi yang positif 0,5 persen," paparnya.
Pemerintah seharusnya memfokuskan pemulihan ekonomi agar resesi tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam. Bukan hanya untuk kuartal ketiga, melainkan berkelanjutan di kuartal-kuartal seterusnya. Jika hanya melihat dua kuartal, yakni kuartal II dan III, maka sebenarnya negara-negara lain di dunia juga merasakan hal yang sama.
Hanya Tiongkok dan Vietnam yang mampu terlepas dari jurang resesi karena sudah siaga sedari awal munculnya pandemi. "Sedikit negara yang bisa menghindari, dan itu adalah negara-negara yang tidak terlepas dari penanganan covid-19 sejak awal, yaitu Tiongkok dan Vietnam. Mereka sejak awal memang sigap, dan sangat-sangat serius (menangani pandemi)," ucapnya.