Ilustrasi. FOTO: MI/SUMARYANTO
Ilustrasi. FOTO: MI/SUMARYANTO

'Memanaskan' Mesin Investasi

Angga Bratadharma • 16 Desember 2020 12:51

Setelah melakukan lawatannya ke Jepang, Menko Luhut dan Menteri Erick dijadwalkan langsung bertolak ke Abu Dhabi dan Saudi Arabia guna jajaki dukungan untuk pembentukan SWF kepada pihak-pihak terkait lainnya.
 
Peroleh komitmen investasi
 
Upaya menggenjot investasi melalui SWF tidak ditampik secara perlahan mulai memperlihatkan hasil. Pasalnya, SWF yang belum dibentuk pemerintah sudah memperoleh komitmen investasi asing sebesar Rp84,5 triliun. Komitmen tersebut berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
 
"Di akhir November 2020 lalu, US IDFC sudah tanda tangan minat untuk investasikan USD2 miliar ke LPI," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
 
Komitmen United States International Development Finance Corporation (US IDFC) ini diteken oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Jika dikonversi, nilai investasinya mencapai Rp28,1 triliun (kurs Rp14.098 per USD).
 
Sementara dari Jepang, Airlangga menyebut, Japan Bank for International Cooperation (JBIC) berkomitmen menginvestasikan USD4 miliar atau sekitar Rp56,4 triliun (kurs Rp14.098 per USD). Dengan begitu, kedua lembaga tersebut berniat menanamkan modal ke LPI mencapai Rp84,5 triliun.

Guna menjaring investasi tersebut dan potensi lainnya, pemerintah terus mengebut penyelesaian RPP LPI ini sebagaimana amanat Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Pemerintah berharap pembentukan SWF bisa menjadi solusi untuk mendorong pemulihan ekonomi di tahun depan.
 
"Pemerintah telah merumuskan RPP LPI sebagai salah satu solusi. SWF bertujuan mengelola dana investasi yang berasal dari luar negeri dan dari dalam negeri sebagai sumber pembiayaan dan mengurangi ketergantungan terhadap dana jangka pendek," jelas dia.
 
Bidik 4 sektor
 
Lebih lanjut, pemerintah membidik investasi di empat sektor yakni pertambangan, energi, infrastruktur, dan kesehatan demi mendorong pemulihan ekonomi nasional. Fokus itu dipertegas salah satunya juga dikarenakan alat kesehatan dan bahan baku obat yang digunakan mayoritas berasal dari impor.
 
"Dengan persentase alat kesehatan dan obat impor 90 persen, ditambah lagi di masa covid-19 permintaan (produksi) akan meningkat, kami enggak tahu lagi bangsa kita mau mau jadi apa ke depan kalau tidak segera diupayakan. Jadi kami dorong betul industri kesehatan," jelas Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
 
Untuk sektor pertambangan, pemerintah tengah berupaya melakukan hilirisasi sebagai upaya percepatan peningkatan nilai tambah batu bara yang dimiliki Indonesia. Dari sisi infrastruktur, pemerintah melakukan pemerataan penempatan investasi antara Jawa dan luar Jawa sesuai instruksi Presiden Joko Widodo. Presiden meminta investasi tidak hanya terpusat di Jawa.
 
Saat ini selisih antara investasi antara di Jawa dan di luar Jawa tidak jauh. Hal tersebut terlihat dari realisasi hingga kuartal III-2020 dengan investasi di Jawa mencapai Rp305,7 triliun atau setara 50,3 persen dan luar Jawa mencapai Rp30,4 triliun atau 49,7 persen.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan