Ilustrasi. FOTO: MI/SUMARYANTO
Ilustrasi. FOTO: MI/SUMARYANTO

'Memanaskan' Mesin Investasi

Angga Bratadharma • 16 Desember 2020 12:51
PANDEMI covid-19 telah memberikan hantaman keras terhadap mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni tingkat konsumsi dan laju investasi. Pemerintah menempuh jalur lain guna menggenjot agar mesin pertumbuhan kembali 'memanas' terutama dari sisi iklim investasi untuk menopang perekonomian.
 
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu, 16 Desember 2020, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49 persen secara tahun ke tahun. Jika dirinci, tercatat konsumsi pemerintah pada kuartal III-2020 tumbuh 9,76 persen. Sementara konsumsi rumah tangga minus 4,04 persen.
 
Sedangkan realisasi penanaman modal yang tercatat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) selama kuartal III sebesar Rp209,0 triliun atau naik sebanyak 8,9 persen secara kuartal ke kuartal dan naik 1,6 persen secara tahun ke tahun.

Memanaskan Mesin Investasi
Sumber: BPS
 
"Satu-satunya komponen yang mengalami pertumbuhan positif dan sangat tinggi adalah konsumsi pemerintah yaitu sebesar 9,76 persen (di kuartal III). Konsumsi rumah tangga masih kontraksi, tapi tidak sedalam kuartal II, di mana konsumsi rumah tangga minus 4,04 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto, November lalu.
 
Kondisi itu lantaran pandemi covid-19 yang mulai menghantam Indonesia pada awal tahun atau tepatnya covid-19 mulai masuk bumi Indonesia pada Maret 2020. Ketika masuk, sejumlah indikator ekonomi langsung tertekan drastis, mulai dari melemahnya konsumsi masyarakat, tertekannya investasi, tumbangnya laju bisnis, hingga ambruknya pertumbuhan ekonomi.
 
Sejumlah upaya terus dilakukan pemerintah agar bisa keluar dari hantaman pandemi covid-19. Apalagi, pertumbuhan ekonomi yang minus di kuartal III membuat Indonesia menyandang gelar resesi karena mencatat pertumbuhan ekonomi minus dua kali berturut-turut yakni di kuartal II dan di kuartal III.
 
Lembaga Pengelola Investasi
 
Di antara upaya yang dilakukan pemerintah agar 'memanaskan' kembali mesin pertumbuhan ekonomi adalah membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF). Pemerintah akan meniru lembaga serupa yang sudah ada di berbagai negara dengan tujuan mengelola dana-dana investasi yang masuk.
 
Salah satu negara yang mempunyai lembaga pengelola investasi adalah Norwegia. Melalui Norway Oil Fund, lembaga ini memiliki dana kelolaan yang telah mencapai USD1.099 miliar atau merupakan yang paling tinggi di antara lembaga serupa di dunia.
 
Terkait lembaga yang akan mirip atau ditiru oleh lembaga yang dibentuk Pemerintah Indonesia adalah Russian Direct Investment Fund milik Rusia. Pasalnya lembaga ini memiliki tugas untuk menarik dana dari luar negeri untuk diinvestasikan di negaranya.
 
Saat ini Russian Direct Investment Fund mengelola dana mencapai USD10 miliar dengan investasi asing langsung empat kali lipat dari dana kelolaannya. Namun demikian, pemerintah tidak serta merta meniru 100 persen. Pemerintah, Dirjen Kekayaan Negara Kemenkeu Isa Rachmatarwata mengatakan akan mengambil best practice dari berbagai negara.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan