Pemerintah sudah mengeluarkan banyak jurus untuk menekan efek negatif dari pandemi covid-19. Jurus itu mulai dari bantuan sosial, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), diskon pajak besar-besaran, insentif kepada para pelaku usaha, hingga mendorong mengalirnya penyaluran kredit perbankan dan industri keuangan lainnya.
Kesemuanya dilakukan dengan harapan ekonomi Indonesia kembali bergerak dan bisa tumbuh positif yang ujungnya berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat terutama bagi mereka yang paling terdampak. Pemerintah tak ditampik sangat fokus agar pertumbuhan ekonomi tak lagi mendapat rapor merah atau tumbuh negatif seperti sebelum-sebelumnya.
Namun sayangnya, upaya yang dilakukan belum maksimal membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 terkontraksi 0,74 persen secara tahun ke tahun (yoy). Kontraksi terjadi karena pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun lalu masih positif 2,97 persen.
Jika dibandingkan dengan kuartal IV-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mengalami kontraksi 0,96 persen. Akan tetapi, Kepala BPS Suhariyanto menyebut, pertumbuhan ekonomi mengalami perbaikan lantaran kontraksi tercatat lebih rendah.
Meski masih minus, namun pemerintah meyakini pemulihan ekonomi yang terus berlanjut di tahun ini akan memengaruhi angka pertumbuhan ekonomi ke arah positif. Setelah terkontraksi 0,74 persen di kuartal I-2021, pertumbuhan ekonomi di Tanah Air diprediksi bakal melesat di kuartal II.

Pada kuartal I-2021, harga konstan Produk Domestik Bruto Indonesia (PDB) tercatat sebesar Rp2.703,1 triliun atau mendekati level periode sama tahun lalu. Apabila harga ini dibandingkan dengan kuartal II-2020 maka pertumbuhan ekonomi telah 5,62 persen.
"Jika PDB harga konstan sama dengan yang dilakukan di kuartal I, maka dia sudah melompat 5,62 persen. Maka pemerintah percaya angka 6,9 atau tujuh persen bisa tercepat di kuartal II," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Jika ditelisik, berbagai indikator sepertinya memang mendukung tercapainya proyeksi tersebut. Misalnya saja angka Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang tercatat 54,6 pada April 2021. Selain itu, penjualan ritel juga mengalami perbaikan.
Kemudian tingkat inflasi terjaga di angka rendah dengan level 1,4 persen. Bahkan, pertumbuhan belanja nasional mengalami kenaikan mencapai 32,48 persen, serta mobility index yang mulai menunjukkan perbaikan di berbagai sektor.
"Kita bisa lihat dari penggunaan kartu kredit, ATM, dan lainnya sudah mencapai Rp668,7 triliun. Demikian pula kita monitor digital banking sudah Rp3.025,6 triliun. Dari mobility index dari segi sektor groceries, ritel, dan workplace seluruhnya di tren positif," kata dia.
Zakat
Terlepas dari itu semua, sebenarnya ada solusi lain yang diajarkan dalam ajaran Islam terkait pemberdayaan ekonomi umat atau masyarakat terutama di saat pandemi covid-19 belum berakhir dan terus membebani masyarakat yakni zakat. Melalui zakat, mereka yang masuk dalam kategori menerima zakat bisa terbantu untuk keluar dari kesusahan.
Hal itu yang salah satunya disadari oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Karenanya Baznas terus berupaya mendorong optimalisasi dan profesionalitas dalam mengoptimalkan pengelolaan zakat di Indonesia. Apalagi zakat bisa menjadi instrumen untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi covid-19.
 
   
	 
                 
                 
                 
                 
                