Namun begitulah teknologi. Berkembang sangat pesat dan seakan tak terbendung. Perkembangan yang pesat tak hanya menghilangkan jarak dan waktu, namun juga membantu perekonomian masyarakat dan pemerintah. Karenanya tak salah jika digitalisasi sangat diperlukan terutama di saat pandemi covid-19 masih belum kunjung berakhir.
Dengan digitalisasi, mobilitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa ditekan. Tentu dampak positifnya adalah bisa menekan penyebaran covid-19. Selain itu, digitalisasi juga menyokong aktivitas bisnis dan dunia usaha yang imbasnya berdampak positif terhadap iklim investasi di Indonesia.
Bahkan, mega tren ekonomi digital dan teknologi akan terus berkembang sebagai ekonomi baru setidaknya hingga 2030. Hal ini Terlihat dari outlook ekonomi global, perkembangan pasar modal, serta kenaikan industri ekonomi digital dan e-commerce.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pertumbuhan ekonomi digital diramal meroket 800 persen atau delapan kali lipat di 2030. Adapun e-commerce digadang-gadang memiliki peran paling besar dengan kontribusinya dan mencapai 34 persen. Sementara B2B sebesar 13 persen, dan health-tech delapan persen.
Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir mengatakan besarnya pertumbuhan ekonomi digital didorong oleh adanya pandemi covid-19. Pandemi membuat adaptasi tren konsumsi digital lebih cepat lima tahun dari yang diperkirakan pada industri edukasi, logistik, e-commerce, health-tech, asuransi, dan transaksi investasi.

"Melengkapi para pelaku usaha ritel tradisional, keberadaan e-commerce kini mulai mengambil porsi yang cukup besar, hingga 10 persen dari total pasar ritel yang mencapai USD300 miliar," ujar Pandu.
Hal itu yang akhirnya membuat beberapa perusahaan terkait ekonomi digital seperti e-commerce saat ini menjalani proses penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO), sehingga semakin meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal. Kondisi tersebut selaras dengan berkembangnya angka investor di pasar modal Indonesia.
Berdasarkan data BEI dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) secara angka tahun ke tahun (yoy) terkait investor pasar modal nasional tercatat meningkat sebesar 93 persen menjadi 5,82 juta hingga periode Juli 2021. Diharapkan kondisi ini bisa memberi efek positif terhadap industri pasar modal di Tanah Air.
Head of Investment and Advisory Bank DBS Indonesia Djoko Soelistyo menjelaskan, salah satu indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan-perusahaan dengan inovasi teknologi yang menjadi bagian dari ekonomi baru adalah dari performa NYSE R&D Innovation Index yang telah bertumbuh sebesar 449 persen, jauh di atas performa Nasdaq Index.