Ilustrasi. FOTO: Medcom.id
Ilustrasi. FOTO: Medcom.id

Lampu Kuning IHSG

Angga Bratadharma • 10 Maret 2021 13:24
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum mampu menembus level 6.500 seiring minimnya katalis positif. Yang ada justru sentimen negatif berupa terus naiknya imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang mengindikasikan membaiknya perekonomian Paman Sam. Alhasil untuk Maret ini, gerak IHSG berada di 'lampu kuning'.
 
Lampu kuning dalam konteks ini ialah para investor saham harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan berinvestasi di pasar saham. Pasalnya, gerak IHSG belum berhasil menembus level 6.500. Bahkan sekarang justru harus kembali ke bawah level itu. Sejauh mata memandang belum ada sentimen positif yang bisa membuat IHSG terbang tinggi.
 
Sedangkan IHSG pada pembukaan Rabu, 10 Maret 2021, terlihat menguat. IHSG bergerak dalam rentang 6.225 hingga 6.255. IHSG naik 44,75 poin atau 0,70 persen ke level 6.245. Volume perdagangan sebanyak 1,1 miliar lembar. Selama setahun IHSG naik 20,69 persen. IHSG sukses menguat dengan beberapa hari sebelumnya terpuruk di area negatif.

Untuk Maret ini, IHSG diharapkan bisa kembali memberikan senyum sumringah pada wajah para investor saham. Harapan itu muncul lantaran pada bulan sebelumnya IHSG berhasil mencatat data menggembirakan di tengah langkah pemerintah terus gencar memerangi pandemi covid-19 dan memulihkan perekonomian melalui sejumlah stimulus.
 
Mengutip data Mirae Asset Sekuritas, setelah minus dua persen pada Januari 2021, di Februari IHSG membukukan kenaikan 6,5 persen ke level 6.241,8. Level IHSG tertinggi dan terendah berada di rentang 6.292–6.044. Namun, mayoritas rilis data ekonomi Indonesia di Februari belum menunjukkan perbaikan yang meyakinkan sehingga investor lebih memilih berhati-hati.
 
Sikap lebih berhati-hati dari investor saham juga sejalan dengan rilis pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia untuk sepanjang 2020 yang tidak cerah. Mayoritas negara di dunia membukukan pertumbuhan negatif di sepanjang 2020 akibat pembatasan aktivitas karena pandemi covid-19.
 
Namun di ASEAN, kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia lebih baik dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Namun masih kalah dari Vietnam yang mencatat pertumbuhan PDB positif 4,48 persen secara tahun ke tahun (yoy).
 
Sedangkan secara global, angka penambahan kasus baru covid-19 terus mengalami penurunan untuk enam minggu berturut-turut. Begitu pula dengan angka penambahan kematian yang turun tiga pekan berturut turut. Sementara itu, program vaksinasi yang telah dimulai, diharapkan mempercepat pemulihan ekonomi global.  
 
Terbatas untuk Maret
 
Sementara itu, IHSG diproyeksikan menguat terbatas pada Maret 2021. Kondisi itu bakal terjadi dengan pertimbangan bahwa pada bulan tersebut perusahaan-perusahaan akan melaporkan neraca keuangannya setahun penuh untuk 2020 yang tidak terlalu bagus karena imbas dari pandemi covid-19.
 
Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan pergerakan IHSG di awal Maret 2021 cukup baik dengan menembus psikologi 6.322 dan ditutup di level 6.338 atau naik 1,54 persen. Namun dengan berkaca dari data awal ini, IHSG Maret berpotensi naik terbatas dipengaruhi rilis laporan keuangan setahun penuh di 2020.

 
 

"IHSG diprediksi di support 6.241 dan resistance di 6.428. Target optimistis IHSG di level 6.636 di mana pergerakan ditentukan oleh laporan keuangan setahun penuh 2020. Sedangkan data volume transaksi selama dua bulan terakhir di awal 2021 ini semakin menurun," kata Martha.
 
Kemudian, IHSG dipengaruhi oleh rilis data manufaktur. PMI manufaktur Tiongkok pada Februari turun ke 50,9 dari level 51,5 di Januari. Ini sekaligus menjadi level terendah sejak Mei 2020. Pandemi covid-19 terus memengaruhi permintaan dan kegiatan bisnis. Perlambatan terjadi di pertumbuhan output, total pekerjaan baru, dan ekspor.
 
Kemudian, IHS markit manufaktur Amerika Serikat (AS) pada Februari berada di level 58,6 atau lebih tinggi dari pembacaan awal 58,5, namun lebih rendah dari Januari di posisi 59,2. Jumlah output dan pesanan baru tetap meningkat. Lapangan kerja juga mengalami pertumbuhan sebagai imbas dari meningkatnya keyakinan bisnis.
 
Sedangkan dari dalam negeri terlihat ekonomi domestik masih belum terakselerasi. Inflasi di Februari masih rendah yakni tercatat 1,53 persen atau melambat dari inflasi di Januari di posisi 1,56 persen. Inflasi inti Februari tercatat 0,11 persen MoM, juga lebih rendah dari Januari 0,14 persen MoM. Hal ini menunjukkan masih lemahnya daya beli masyarakat.
 
Sementara itu, PMI manufaktur Indonesia di Februari berada di level 50,9 atau turun dari posisi 52,2 di Januari. Tingkat output tetap bertumbuh, namun peningkatannya melemah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Permintaan baru naik, namun ekspor terus turun.  
 
"PMI manufaktur paling lemah dalam empat bulan terakhir dan ini menunjukkan bahwa memang ada perlambatan di ekonomi Indonesia," tuturnya.

 
Kondisi itu, lanjutnya, yang membuat pemerintah mengeluarkan stimulus guna memulihkan perekonomian. Beberapa yang dilakukan adalah meluncurkan uang muka nol persen dan PPnBM nol persen untuk mobil. Pada periode Maret-November 2021, pemerintah memberikan insentif penurunan PPnBM untuk mobil baru di bawah 1.500 cc dengan kandungan lokal 70 persen.
 
"Pemerintah juga membuka kemungkinan insentif PPnBM untuk mobil baru di atas 1.500 cc. Rencana ini  bergantung pada evaluasi di tiga bulan pertama dari insentif untuk segmen di bawah 1.500 cc," tuturnya.

 
Stimulus lain yakni uang muka nol persen dan PPN nol persen untuk properti. Pada periode Maret-Agustus 2021, pemerintah memberikan insentif PPN 100 persen untuk pembelian rumah dengan nilai maksimal Rp2 miliar. Sedangkan insentif PPN 50 persen untuk pembelian rumah Rp2 miliar-Rp5 miliar.
 
"Kebijakan ini diambil untuk mendorong penjualan pasokan rumah yang dibangun pada 2020 dan 2021 yang belum terserap pasar, yang jumlahnya mencapai 21.321 rumah (subsidi) dan 36.300 rumah (nonsubsidi)," tuturnya.
 
Belum menembus 7.000
 
Lebih lanjut, masih berdasarkan data Mirae Asset Sekuritas Indonesia, IHSG pada perdagangan sepanjang tahun ini belum akan menembus level 7.000. Pasalnya, beberapa rilis data perekonomian di Tanah Air tidak menggembirakan atau dengan kata lain sentimen positifnya belum masif menggerakkan IHSG ke target tersebut.
 
"Target bullish kita itu 7.100 dan untuk moderat kita ada di level 6.800. Sedangkan skema terendah di level 5.350," kata Head of Investment Information Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger.

 
 

Sejauh ini, lanjutnya, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memandang gerak IHSG masih berada di jalur moderat atau di level 6.800. Kondisi itu mengartikan masih belum ada sinyal positif yang mendorong gerak IHSG bisa mencapai level 7.000 seperti yang diyakini oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada awal tahun ini.
 
"Sampai saat ini masih on track di moderat atau di level 6.800. Karena kita melihat data-data ekonomi (di Indonesia) masih belum menggembirakan. Jadi kita masih optimistis bahwa IHSG di level moderat yaitu 6.800," tuturnya.
 
Kondisi itu tentu berbanding terbalik dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang optimistis IHSG bisa menyentuh level 7.000 di akhir 2021. Keyakinan Airlangga seiring dengan membaiknya proyeksi ekonomi domestik dan global, didorong sentimen positif vaksinasi covid-19.
 
"Optimisme terlihat di pasar modal sejalan dengan penurunan risiko ketidakpastian di pasar keuangan global yang tercermin dari volatility index dan Credit Default Swap (CDS) yang sudah semakin membaik, dan IHSG diprediksi bisa mencapai 6.800 ataupun ke 7.000 di akhir Desember 2021," ungkap Airlangga.
 
Menurut Airlangga proyeksi tersebut berkaca pada capaian IHSG dalam perdagangan beberapa pekan terakhir yang berhasil menembus level 6.000. Bahkan IHSG sempat menyentuh level tertingginya di angka 6.165 pada 21 Desember 2020.
 
"Hal tersebut mengingat pada 22 Desember 2020 IHSG sempat menyentuh di level 6.165 walaupun pada akhirnya level IHSG berada di bawah 6.000," ungkap Airlangga.
 
Positif

 
Terlepas dari itu, potensi pasar saham dipandang tetap positif untuk tahun ini. Head of Equity Allianz Life Indonesia Arie Haryoko memandang normalisasi pada data-data indikator ekonomi mulai mendekati kondisi seperti sebelum pandemi. Hal itu juga didukung oleh potensi aliran dana asing menuju rantai pasokan baterai kendaraan listrik.
 
Juga didorong oleh rencana IPO dari perusahaan-perusahaan teknologi dan didukung oleh meningkatnya harga-harga komoditas, percepatan distribusi vaksin dan tingginya likuiditas di perbankan akan memberikan dampak positif terhadap saham-saham siklikal seperti otomotif, metal, perbankan, dan semacamnya.
 
 

"Optimisme investor pada pasar saham akan terus meningkat seiring dengan berjalannya ekspektasi normalisasi ekonomi kembali meskipun valuasi sudah relatif tinggi," tegasnya.
 
Tetap menjanjikan
 
Meski di Maret IHSG harus diwaspadai dan wajib berhati-hati, namun bagi mereka yang cermat dan tepat dalam berinvestasi di pasar saham maka pasar modal tetap menawarkan imbal hasil yang menjanjikan. Bahkan para investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal mendapat berkah dari keberadaan UU Cipta Kerja.
 
Pasalnya mulai tahun ini pembagian dividen yang berasal dari saham yang mereka miliki menjadi bebas pajak. Hal itu merujuk UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Pasal 4 ayat (3) huruf f angka 1 dan surat Ditjen Pajak nomor S-13/PJ.03/2020 tertanggal 30 Desember 2020 yang memberikan konfirmasi bahwa atribusi dividen 2021 dikenakan pajak nol persen.
 
Dividen yang dikecualikan dari objek pajak adalah yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) orang pribadi dalam negeri, sepanjang dividen tersebut diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam jangka waktu tertentu, dan/atau badan dalam negeri.
 
Pengecualian objek pajak PPh juga diterapkan kepada dividen yang diterima, diperoleh, atau ditetapkan diperoleh WP dalam negeri sejak diundangkannya UU Nomor 11 Tahun 2020; dan dibagi berdasarkan RUPS atau pembagian dividen interim sesuai ketentuan UU, dan pada masa transisi sejak berlakunya UU Nomor 11 Tahun 2020 sampai dengan terbitnya PMK.
 
"Tidak dilakukan pemotongan PPh oleh pemotong pajak tanpa perlu Surat Keterangan Bebas (SKB), KSEI akan menerapkan beberapa syarat," ujar Direktur PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Supranoto Prajogo.
 
Pertama berlaku bagi emiten yang akan mendistribusikan dividen dengan record date 4 Januari 2021 dan setelahnya, maka KSEI akan menerapkan tingkat Pajak nol persen pada Daftar pemegang saham (DPS Final) untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri.
 
Kemudian berlaku untuk member entitlement report yang akan diterima oleh pemegang rekening untuk dividen tersebut di atas juga akan tercantum tingkat pajak nol persen untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri.
 
Bagi emiten yang telah mendistribusikan dividen dengan record date setelah 2 November 2020 dan sebelum 4 Januari 2021, maka emiten dapat melaksanakan pengembalian pajak Wajib Pajak Badan Dalam Negeri melalui KSEI dengan mekanisme dan batas waktu yang telah diinformasikan oleh KSEI kepada masing-masing emiten melalui surat elektronik.
 
Jadwal pembayaran pengembalian pajak Wajib Pajak Badan Dalam Negeri atas dividen dari Emiten yang akan melaksanakan refund melalui KSEI akan diumumkan lebih lanjut kepada pemegang rekening setelah dana pengembalian pajak dari emiten diterima oleh KSEI.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan