Usai rilis pertumbuhan ekonomi di kuartal II, pemerintah mulai bergerak cepat, bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi meminta para menterinya untuk memaksimalkan penyerapan anggaran dan mengakselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Harapannya, pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga tidak terkontraksi terlalu dalam.
Tidak hanya itu, pemerintah juga berupaya memutus mata rantai penyebaran covid-19 yang menjadi penyebab terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tidak ditampik, virus mematikan yang sudah menjadi pandemi 'menjangkit' aktivitas ekonomi Tanah Air, termasuk memicu terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat dunia usaha lumpuh.
Paling baru, Presiden memberikan perintah langsung kepada Luhut Binsar Pandjaitan untuk bisa menekan lonjakan kasus infeksi covid-19 di Tanah Air. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi itu diberikan waktu dua minggu guna menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Kepala Negara.
Luhut, yang juga Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional bergerak cepat usai mendapatkan perintah dari Presiden. Dirinya langsung berkoordinasi dengan para gubernur dan pihak terkait guna menjalankan sejumlah strategi untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 di Tanah Air.

Meski demikian, apa yang sudah dilakukan pemerintah sepertinya belum mampu membelokkan arah 'kapal besar' bernama Indonesia untuk tidak masuk ke wilayah resesi. Apalagi, aktivitas ekonomi yang mulai membaik usai penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi harus kembali tertekan ketika PSBB Jilid II diberlakukan kembali oleh Pemprov DKI Jakarta.
Dampak Serius
Hal itu diakui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam sebuah kesempatan, ia menyebut, penerapan PSBB Jilid II memberikan dampak serius terhadap perekonomian meski PSBB dilakukan untuk menekan penyebaran covid-19.
"PSBB atau bahkan di berbagai negara mereka melakukan penutupan total atau lockdown memberikan dampak serius terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat," kata Ani sapaannya.
Jika ditelisik dampak penerapan PSBB terhadap perekonomian tercermin pada angka pertumbuhan kuartal II-2020. Pada saat itu, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi hingga 5,32 persen akibat PSBB yang diberlakukan selama Maret, April, dan Mei 2020.
Pertumbuhan negatif itu menggambarkan tekanan yang luar biasa terhadap aktivitas ekonomi dari sisi permintaan maupun produksi. Bahkan pandemi covid-19 juga menimbulkan masalah sosial dalam masyarakat.
"Semuanya mengalami penurunan yang sangat tajam. Jadi covid-19 memberikan dampak luar biasa dari sisi sosial, kemiskinan dan juga memunculkan pemutusan hubungan kerja," tuturnya.
Sementara itu, mengutip pandangan CORE Indonesia, kontraksi ekonomi akibat PSBB Jilid II bisa lebih dalam dari prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani. Bahkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai minus tiga persen.
Sedangkan untuk sepanjang tahun ini, CORE Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan sangat bergantung pada perkembangan penanganan pandemi covid-19. Jika berlanjut maka dampak terhadap pertumbuhan ekonomi bisa lebih buruk.
"Sebelum PSBB diperketat, saya sudah memperkirakan defisit kuartal III sekitar minus tiga persen. Setelah PSBB diperketat tentunya akan lebih dalam, bisa di kisaran minus tiga hingga minus 3,5 persen. Untuk setahun penuh bergantung kepada kebijakan PSBB seperti apa. Apakah akan diperpanjang hingga akhir tahun atau hanya dua minggu?" ucapnya.
Terkontraksi 2,9%
Menjelang kuartal III-2020 berakhir, pemerintah mulai memiliki pandangan jelas mengenai pertumbuhan ekonomi. Namun sayangnya, kabar positif yang dinanti-nantikan harus pupus lantaran Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkontraksi antara minus 2,9 persen sampai minus satu persen di kuartal III-2020.
Dengan merujuk pernyataan Menkeu, Indonesia akan masuk resesi setelah kontraksi ekonomi pada kuartal sebelumnya. Mengutip data Menkeu, hanya konsumsi pemerintah yang mampu tumbuh positif pada kuartal III ini. Sementara konsumsi rumah tangga yang punya peran terhadap ekonomi nasional masih tumbuh negatif.
"Pada konsumsi rumah tangga diperkirakan masih pada zona kontraksi yaitu minus tiga persen hingga minus 1,5 persen pada kuartal III ini," kata Ani.
Konsumsi rumah tangga diprediksi membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, meski masih negatif. Secara keseluruhan tahun ini konsumsi rumah tangga diprediksi akan tumbuh negatif antara minus 2,1 persen sampai dengan minus satu persen.
Sementara konsumsi pemerintah diprediksi tumbuh antara 9,8 persen hingga 17 persen di kuartal III-2020. Adapun kenaikan konsumsi pemerintah karena adanya akselerasi yang luar biasa untuk belanja negara.
"Untuk keseluruhan tahun kita ada di positif 0,6 hingga 4,8 persen. Sehingga pemerintah sudah all out melalui kebijakan belanja atau ekspansi fiskalnya sebagai cara countercyclical," jelas dia.

Untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi diprediksi masih akan terkontraksi minus 8,5 persen hingga minus 6,6 persen di kuartal III dan minus 5,6 persen hingga minus 4,4 persen sepanjang 2020.
Selanjutnya ekspor minus 13,9 persen hingga 8,7 persen di kuartal III dan minus sembilan persen hingga minus 5,5 persen di 2020. Sedangkan impor minus 26,8 persen hingga minus 16 persen di kuartal III dan minus 17,2 persen hingga minus 11,7 persen di 2020.
"Oleh karena itu, neraca pembayaran terutama neraca perdagangan kita memang mengalami surplus tapi surplusnya ini akibat kontraksi impor yang jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi ekspornya, sehingga belum menunjukkan pemulihan yang masih rapuh," ucapnya.
Tidak Buruk Meski Resesi
Meski pertumbuhan ekonomi belum mampu tumbuh positif dan cenderung menyandang status resesi, namun Menkeu meyakini kondisi Indonesia tidak begitu buruk. Pernyataannya dengan asumsi tantangan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nol persen masih cukup tinggi baik dari sisi konsumsi, investasi, maupun ekspor.
"Aktivitas masyarakat sama sekali belum normal karena itu kalau secara teknis kuartal III ini kita di zona negatif maka resesi terjadi. Namun tidak berarti kondisinya sangat buruk," tegasnya.
Menurut pandangn Menkeu kontraksi ekonomi pada kuartal III akan lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang minus 5,32 persen. Pasalnya terjadi perbaikan dengan kontraksi pertumbuhan konsumsi yang lebih kecil, serta membaiknya investasi didukung oleh belanja pemerintah.
"Pertumbuhan ekonomi di kuartal III lebih baik dibanding kuartal II yang kontraksi cukup dalam minus 5,3 persen. Meski demikian dibanding negara lain kontraksi sangat dalam, kita dalam posisi lebih baik karena di minus 5,3 persen dibanding negara kontraksi mencapai 17-20 persen, sangat dalam," jelas dia.
Lebih lanjut, pemerintah akan mendorong belanja negara sampai dengan akhir tahun ini. Ia berharap akselerasi belanja pemerintah bisa mendorong pemulihan baik di sisi konsumsi, investasi, maupun ekspor yang menjadi penggerak perekonomian.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO: Kementerian Keuangan
"Program pemulihan ekonomi terus dilaksanakan dan didorong sehingga konsumsi bertahap pulih, investasi bertahap pulih, ekspor didorong dengan mesin pertumbuhan konsumsi, investasi, ekspor dan pemerintah berharap performance kuartal III membaik dan dijaga sampai kuartal IV," ucap Ani.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memandang, perekonomian nasional secara perlahan mulai membaik meskipun masih terbatas. Hal ini sejalan dengan mobilitas masyarakat yang melandai pada Agustus 2020 imbas meluasnya penyebaran pandemi covid-19 di Indonesia.
Ada beberapa indikator dini yang menunjukkan perbaikan seperti penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, dan PMI Manufaktur. Secara spasial, perbaikan ekonomi tercatat di beberapa daerah luar Jawa yang memiliki ekspor komoditas.
Ke depan, prospek berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik banyak dipengaruhi perkembangan mobilitas masyarakat sejalan dengan penerapan protokol covid-19 di sejumlah daerah, kecepatan realisasi anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kemajuan restrukturisasi dan penjaminan kredit, serta akselerasi ekonomi dan keuangan digital khususnya untuk pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Sejalan dengan hal tersebut, perekonomian global secara bertahap juga mulai membaik. Perkembangan ini terutama didorong oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan Amerika Serikat (AS). Sementara kinerja perekonomian Eropa, Jepang, dan India masih belum kuat.
Adapun perkembangan positif di Tiongkok dan AS sejalan dengan melandainya penyebaran covid-19 yang mendorong meningkatnya mobilitas masyarakat global ke level ekuilibrium normal baru serta adanya dampak stimulus moneter dan fiskal yang cukup besar.
Sejumlah indikator dini pada Agustus 2020 juga mengindikasikan bahwa prospek positif pemulihan ekonomi global, seperti meningkatnya mobilitas, berlanjutnya ekspansi PMI manufaktur dan jasa di AS serta Tiongkok, juga naiknya beberapa indikator konsumsi.
Bahkan, berlanjutnya peningkatan ekspor di berbagai negara dan indeks kontainer logistik global mengindikasikan perbaikan aktivitas perdagangan dunia pada kuartal III-2020. Di pasar keuangan global, ketidakpastian yang masih tinggi antara lain dipengaruhi isu geopolitik Tiongkok-AS, Tiongkok-India, dan di Inggris.
"Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Stimulus Percepat Pemulihan Ekonomi
Sementara itu, pengamat ekonomi Ibrahim Assuaibi memandang gelontoran stimulus dan bantuan yang diberikan pemerintah bisa mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Bahkan ekonomi nasional untuk keseluruhan tahun ini bisa membaik di nol persen.
"Secara keseluruhan tahun kemungkinan besar (pertumbuhan ekonomi) kita itu antara minus dua sampai nol persen. Perbaikan datanya terjadi di kuartal keempat karena bantuan-bantuan pemerintah itu," ujar Ibrahim.
Ibrahim yang juga menjabat sebagai Direktur PT TRFX Garuda Berjangka ini merinci proyeksinya, kuartal III-2020 perekonomian Indonesia berada di kisaran minus dua persen hingga minus satu persen. Ekonomi nasional di kuartal ketiga ini lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya yang terkontraksi hingga minus 5,32 persen.
Kemudian pada kuartal IV-2020 ekonomi Indonesia diramal akan tumbuh positif dua persen. Hal ini didorong oleh bantuan dan stimulus lanjutan yang diberikan pemerintah, sehingga mengungkit daya beli dan konsumsi masyarakat sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional.
"Sehingga keseluruhan di 2020 ini ekonomi Indonesia bisa nol persen. Kalau Produk Domestik Bruto (PDB) di 2020 itu nol persen, itu sudah hebat karena berhasil tidak negatif di tengah pandemi covid-19 ini," jelasnya.
Melesat 6,2% di 2021
Usai 'babak belur' di sepanjang 2020, ekonomi Indonesia diperkirakan melesat di 2021. Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 6,2 persen pada 2021. Namun, PDB Indonesia masih akan dipengaruhi efektivitas penanganan pandemi covid-19 dan pemulihan ekonomi.
"Sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di kawasan ASEAN, proses pemulihan Indonesia akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kawasan secara keseluruhan," kata Direktur Regional ICAEW, Tiongkok Raya dan Asia Tenggara Mark Billington.
Menurutnya pemulihan ekonomi selama paruh kedua 2020 akan bervariasi di kawasan Asia Tenggara, meski aktivitas ekonomi berangsur normal. Hal tersebut bergantung pada pelonggaran kebijakan pembatasan sosial dan peningkatan permintaan ekspor masing-masing negara.
"Laju pertumbuhan di kawasan diperkirakan akan menyusut sebesar 4,2 persen di 2020 dan Indonesia menyusut 2,7 persen pada 2020," ujarnya.
Adapun tingkat keberhasilan penanganan covid-19 di sejumlah negara di ASEAN seperti Indonesia, Singapura, Filipina, dan Malaysia akan memperbesar disparitas dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
"Meski ekonomi setiap negara menderita akibat krisis, struktur ekonomi kawasan ASEAN yang unik menunjukkan krisis memberikan dampak yang berbeda di setiap negara. Pada akhirnya, negara-negara yang berhasil mengendalikan wabah dan kembali melanjutkan aktivitas ekonomi mereka akan dapat bangkit lebih cepat daripada negara lain di kawasan ini," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id