Ilustrasi. FOTO: MI/ANGGA YUNIAR
Ilustrasi. FOTO: MI/ANGGA YUNIAR

Resesi, Belum Tentu Kondisinya Sangat Buruk

Angga Bratadharma • 23 September 2020 10:18

"Aktivitas masyarakat sama sekali belum normal karena itu kalau secara teknis kuartal III ini kita di zona negatif maka resesi terjadi. Namun tidak berarti kondisinya sangat buruk," tegasnya.
 
Menurut pandangn Menkeu kontraksi ekonomi pada kuartal III akan lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang minus 5,32 persen. Pasalnya terjadi perbaikan dengan kontraksi pertumbuhan konsumsi yang lebih kecil, serta membaiknya investasi didukung oleh belanja pemerintah.
 
"Pertumbuhan ekonomi di kuartal III lebih baik dibanding kuartal II yang kontraksi cukup dalam minus 5,3 persen. Meski demikian dibanding negara lain kontraksi sangat dalam, kita dalam posisi lebih baik karena di minus 5,3 persen dibanding negara kontraksi mencapai 17-20 persen, sangat dalam," jelas dia.
 
Lebih lanjut, pemerintah akan mendorong belanja negara sampai dengan akhir tahun ini. Ia berharap akselerasi belanja pemerintah bisa mendorong pemulihan baik di sisi konsumsi, investasi, maupun ekspor yang menjadi penggerak perekonomian.
 
Resesi, Belum Tentu Kondisinya Sangat Buruk
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO: Kementerian Keuangan
 
"Program pemulihan ekonomi terus dilaksanakan dan didorong sehingga konsumsi bertahap pulih, investasi bertahap pulih, ekspor didorong dengan mesin pertumbuhan konsumsi, investasi, ekspor dan pemerintah berharap performance kuartal III membaik dan dijaga sampai kuartal IV," ucap Ani.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memandang, perekonomian nasional secara perlahan mulai membaik meskipun masih terbatas. Hal ini sejalan dengan mobilitas masyarakat yang melandai pada Agustus 2020 imbas meluasnya penyebaran pandemi covid-19 di Indonesia.
 
Ada beberapa indikator dini yang menunjukkan perbaikan seperti penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, dan PMI Manufaktur. Secara spasial, perbaikan ekonomi tercatat di beberapa daerah luar Jawa yang memiliki ekspor komoditas.
 
Ke depan, prospek berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik banyak dipengaruhi perkembangan mobilitas masyarakat sejalan dengan penerapan protokol covid-19 di sejumlah daerah, kecepatan realisasi anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kemajuan restrukturisasi dan penjaminan kredit, serta akselerasi ekonomi dan keuangan digital khususnya untuk pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
 
Sejalan dengan hal tersebut, perekonomian global secara bertahap juga mulai membaik. Perkembangan ini terutama didorong oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan Amerika Serikat (AS). Sementara kinerja perekonomian Eropa, Jepang, dan India masih belum kuat.
 
Adapun perkembangan positif di Tiongkok dan AS sejalan dengan melandainya penyebaran covid-19 yang mendorong meningkatnya mobilitas masyarakat global ke level ekuilibrium normal baru serta adanya dampak stimulus moneter dan fiskal yang cukup besar.
 
Sejumlah indikator dini pada Agustus 2020 juga mengindikasikan bahwa prospek positif pemulihan ekonomi global, seperti meningkatnya mobilitas, berlanjutnya ekspansi PMI manufaktur dan jasa di AS serta Tiongkok, juga naiknya beberapa indikator konsumsi.
 
Bahkan, berlanjutnya peningkatan ekspor di berbagai negara dan indeks kontainer logistik global mengindikasikan perbaikan aktivitas perdagangan dunia pada kuartal III-2020. Di pasar keuangan global, ketidakpastian yang masih tinggi antara lain dipengaruhi isu geopolitik Tiongkok-AS, Tiongkok-India, dan di Inggris.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan