\ Bukan Sekadar Tiga Angka, Ini Pertarungan Sosial, Ekonomi, dan Politik
Mattia Destro (kiri) siap jadi andalan AS Roma ketika kontra Lazio, Minggu (11/1)  (TIZIANA FABI / AFP)
Mattia Destro (kiri) siap jadi andalan AS Roma ketika kontra Lazio, Minggu (11/1) (TIZIANA FABI / AFP)

AS Roma vs Lazio

Bukan Sekadar Tiga Angka, Ini Pertarungan Sosial, Ekonomi, dan Politik

Bola liga italia
Hilman Haris • 09 Januari 2015 14:16
medcom.id: Derby della capitale yang mempertemukan AS Roma kontra Lazio bakal tersaji pada pekan ke-18 Liga Italia 2014-15, Minggu (11/1). Jika ditelisik, laga ini sarat dengan kepentingan. Bukan lagi sekadar memperebutkan tiga poin. Baik AS Roma maupun Lazio sudi saling sikut demi membuktikan diri sebagai yang terbaik di Kota Roma.
 
Derby della Capitale memang spesial. Dalam kondisi apa pun, duel Roma vs Lazio selalu berlangsung panas. Saking hebatnya, pertandingan ini sampai dianggap sebagai derby terpanas dibanding lainnya seperti Derby della Madonnina (derby Kota Milan), Derby della Mole (derby Kota Turin), dan Derby della Lanterna (derby Kota Genoa).
 
Ada beragam hal yang membuat Derby Kota Roma menjadi sengit seperti sekarang ini. Perang sosial dan ekonomi dianggap sebagai salah satu pemicu paling kuat. Secara historis, pendukung I Lupi adalah penduduk selatan Kota Roma yang berhaluan politik sayap kiri (sosialis). Sementara itu, tifosi Lazio berasal dari utara yang lebih makmur dan beraliran politik sayap kanan (liberal).
  Artikel yang dimuat Rainews berjudul “Football. Derby Lazio-Roma, police blitz in environments ultras”, memunculkan temuan lain. Kata mereka, politik juga dianggap punya pengaruh atas persaingan kedua tim.
Awal cerita, dulu, keberadaan Lazio sempat terusik saat Benito Mussolini mengusulkan dibentuk tim kuat di Kota Roma untuk melawan dominasi klub-klub Italia Utara. Lazio membangkang. Mereka menolak untuk merger karena mengklaim sebagai satu-satunya klub sepak bola nomor satu di kota Roma.
 
Lazio punya alasan untuk berani menampik keinginan Mussolini. Kala itu, mereka mendapat dukungan dari salah satu jenderal fasis, Giorgio Vaccaro. Dukungan itu membuat Lazio pun tetap eksis.
 
Penolakan Lazio akhirnya dianggap angin lalu. Mussolini tetap melanjutkan proses merger meski tanpa bantuan Lazio. Pada 1927, AS Roma lahir sebagai hasil merger dari beberapa tim seperti Roman FC, Fortitudo-Pro Roma SGS, dan SS Alba Audace.
 
Lazio tak terima harus berbagi kota dengan I Lupi. Sebagai penguasa awal, Lazio menggangap kehadiran Roma hanya akan menjadi benalu. Mungkin penilaian itu yang memicu amarah kubu Roma. Sebagai balasan, I Lupi lantas menganggap Lazio sebagai pembangkang karena menolak bergabung.
 
Dari situ bibit kebencian antara Roma dan Lazio muncul. Maraknya kejadian kontroversial di antara kedua klub makin membuat persaingan makin panas dan tak ada tanda-tanda meluntur sampai sekarang.
 
Laga Roma kontra Lazio pada 18 Maret 1979 bisa dibilang sebagai salah satu peristiwa kelam sekaligus pemantik api permusuhan dalam sejarah Derby della Capitale. Kala itu, kerusuhan pecah sesuai pertandingan dan membuat seorang fans Lazio, Vincenzo Paparelli, tewas karena terkena hantaman suar yang dilepaskan oleh tifosi I Lupi.
 
Kini, sepak bola sudah menjadi segala-galanya bagi fans Roma dan Lazio. Melihat tim kesayangan menang kontra arc rival tentu menjadi hadiah bernilai tiada tara.
 
Sengitnya persaingan di antara kedua tim tentu bakal membuat Derby della capitale akhir pekan nanti jadi layak ditunggu. Siapa yang akan tertawa pada akhir laga? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(FIT)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif