\ Pelajaran Berharga dari Tetangga
Para pemain Indonesia berjibau merebut bola dari pemain Thailand (ANTARA FOTO/SAPTONO)
Para pemain Indonesia berjibau merebut bola dari pemain Thailand (ANTARA FOTO/SAPTONO)

Pelajaran Berharga dari Tetangga

Bola asian games
Achmad Firdaus • 23 September 2014 13:23
medcom.id, Jakarta: Timnas Indonesia U-23 kembali harus mengakui keunggulan Thailand pada babak penyisihan grup Asian Games 2014. Tak tanggung-tanggung, gawang Indonesia kemasukan setengah lusin gol!
 
Memang, bagi mereka yang sangat mencintai Timnas U-23, mereka bisa berkilah, "Timnas tidak turun dengan kekuatan terbaik. Banyak pemain cadangan yang bermain." Jika melihat susunan pemain yang diturunkan pelatih Aji Santoso pada laga tersebut, memang benar Indonesia turun dengan mayoritas lapis keduanya.
 
Tak ada nama Ferdinand Sinaga yang sukses mencetak enam gol hanya dalam dua pertandingan. Nama Ramdani Lestaluhu sebagai 'motor' pendobrak lini pertahanan lawan juga tak masuk dalam starting IX. Di belakang, Manahati Lestusen juga sengaja disimpan di bangku cadangan, begitu juga dengan kiper andalan Andritany.
  Aji nampaknya sengaja mengambil keputusan ini agar para pemain kuncinya itu bisa tampil bugar saat berlaga di babak 16 besar. Selain itu, dia sepertinya ingin melihat kemampuan pemain pelapis yang dimilikinya.
 
Sayangnya, mereka yang mendapat kepercayaan bermain tidak mampu menunjukkan performa terbaik. Para pemain nampaknya tidak siap menghadapi permainan cepat dan fisik prima yang dimiliki Thailand. Mereka seperti bermain tanpa pola, karena setiap kali mendapat bola, Bayu Gatra dkk. bingung mau melakukan apa.
 
Pressing ketat yang diterapkan Kiatisuk Senamuang, pelatih Timnas U-23 Thailand, terbukti ampuh. Para pemain Indonesia jadi sulit menjalankan instruksi pelatih, sehingga bola asal dibuang ke depan. Skor babak pertama, Indonesia yang tertekan harus tertinggal 0-2.
 
Selepas turun minum, situasi ternyata tidak berubah. Pemain kita masih terlihat kesulitan merebut bola dari kaki pemain Thailand, yang sepertinya tidak kenal lelah untuk terus menggerakkan bola, dengan ditopang pergerakan tanpa bola yang sangat dinamis.
 
Sementara, saat mendapatkan bola, para pemain justru sering melakukan kesalahan elementer seperti salah mengoper. Kaki-kaki pemain kita juga terlihat lemah, sehingga bola mudah tercuri hanya dengan sedikit gangguan.
 
Walhasil, gawang Teguh Amiruddin tanpa ampun diterjang empat gol tambahan. Di sini, masalah klasik para pemain terlihat. Fisik dan stamina mereka jauh berada di bawah Thailand. Mereka tidak ngotot untuk merebut bola dari kaki pemain Thailand, atau setidaknya memberikan pressing ketat sehingga pemain lawan tak bisa leluasa mengalirkan bola.
 
Beruntung, kekalahan memalukan ini tidak mempengaruhi posisi Indonesia yang sudah memastikan tiket lolos ke babak 16 besar, meski harus puas hanya berstatus runner-up. Namun, bukan berarti kita tidak mengambil pelajaran dari kekalahan ini!
 
Pelajaran berharga dari tetangga yang mungkin bisa dipetik Timnas Indonesia pada laga ini ialah, bagaimana keluar dari tekanan lawan. Atau paling tidak, bisa lebih tenang saat ditekan lawan.
 
Pasalnya, lawan yang akan dihadapi pada babak 16 besar, Jumat 26 September nanti, lebih sulit lagi, yakni Korea Utara yang berstatus juara Grup F. Secara fisik, Korut terkenal memiliki pemain yang siap berlari selama 90 menit!
 
Hal itu sudah mereka buktikan dengan mengalahkan Tiongkok dan Pakistan di penyisihan grup. Korut tampil gemilang dengan mencetak lima gol, dan belum sama sekali pun kebobolan! Ini belum ditambah rekor Korut yang selalu mampu menembus babak perempat final dalam tiga edisi terakhir (2002, 2006 dan 2010).
 
Aji harus jeli dalam menurunkan strategi. Kecepatan pemain seperti Bayu Gatra, Ramdani dan Novri Setiawan harus dimanfaatkan dengan betul untuk mengeksploitasi pertahanan Korut, terutama saat melakukan serangan balik.
 
Transisi bermain juga menjadi hal yang tidak terlihat dari pemain kita saat melawan Thailand. Kemarin, para pemain selalu terlambat turun ketika mendapatkan serangan balik cepat dari lawan.
 
Namun, masalah paling utama harus dibenahi Aji adalah, bagaimana mengembalikan mental bertanding anak asuhnya untuk kembali fokus dan termotivasi untuk merealisasikan target menembus babak delapan besar. Semoga..!
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ACF)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif