\ Masih Berharap Dengan Timnas U-19?

Masih Berharap Dengan Timnas U-19?

Bola piala asia u-19
Fitra Iskandar • 12 Oktober 2014 22:24
PSSI gagal mencapai target menembus empat besar di kejuaraan Piala Asia U-19. Ya, timnas asuhan Indra Sjafri harus segera angkat kaki setelah laga terakhir penyisihan grup digelar. Menghadapi Uni Emirate Arab, "Garuda Jaya" hanya memainkan partai formalitas.
 
Apapun hasil di laga itu, Indonesia sudah tak punya tempat lagi di kejuaraan. Timnas U-19 gagal total. Harapan untuk melihat Merah-Putih berlaga di kejuaraan dunia U-20 2015 sudah kandas.
 
Dua laga awal, timnas Indonesia langsung ambruk. Dikalahkan Uzbekistan 1-3 dan ditaklukan Australia 0-1. Itu berarti, Evan Dimas dan kawan-kawan menghuni peringkat buncit Grup B. Tersingkir di fase grup.
  Melihat kenyataan ini, persepakbolaan Tanah Air ternyata belum jauh-jauh dari hasil minor. Harapan yang ditumpukan kepada para pemain di skuat yang sempat menjuarai Piala AFF U-19 2013 itu tidak sesuai harapan.
 
Para pemain tentu sudah mengerahkan segala kemampuan. Terlepas dari hasil tidak memuaskan yang mereka persembahkan, itulah kenyataan yang harus diterima.
 
Apa yang salah? apakah Indonesia masih terbelakang di kancah sepakbola? Tidak adil tentu bila menjawabnya hanya berdasar hasil yang didapat timnas U-19 di Myanmar, Oktober 2014 ini.
 
Mereka tetap bakat-bakat terbaik. Penampilan para pemain yang direkrut Indra Sjafri dari berbagai pelosok negeri ini, sebenarnya tidak buruk.
 
Di partai pertama, Uzbekistan kewalahan menghadapi Indonesia. Sayangnya, kesalahan di menit-menit awal, membuat tim lawan sempurna mengeksploitasi kelengahan Merah-Putih. Para pemain seperti tegang dan baru nyetel di paruh kedua.
 
Menghadapi Australia, perlawanan pasukan Indra Sjafri juga tidak bisa dikecilkan. Skor cukup menggambarkan, bahwa sebenarnya level Indonesia tidak berada di bawah Australia. Pun begitu dengan Uzbekistan. Tetapi sepakbola memang sering kejam; menghukum tim yang melakukan kesalahan kecil tanpa ampun.
 
Dalam turnamen, kesalahan kecil memang mudah memupuskan harapan. Sebelum terbang ke Myanmar, timnas U-19 punya beban besar untuk menerbangkan nama Indonesia yang terpuruk dan lama tak punya pamor. Dengan segala keterbatasan anak-anak muda itu, tentunya tidak adil bila mereka harus menanggung beban dari kegagalan ini.
 
Mereka baru mendapat pembinaan intensif mungkin hanya dalam waktu tidak lebih dari dua tahun, setelah Indra Sjafri menemukan bakat-bakat mereka. Kesuksesan tentu tidak akan datang sekejap.
 
Mungkin publik dan media dan PSSI saja terlalu berlebihan, memberi mereka target yang tak tanggung-tanggung. Kita tidak perlu terlalu berlebihan memberi sanjungan terhadap para pemain yang baru memetik secuil prestasi.
 
Berkaca dari itu, kekecewaan boleh ada tetapi juga tak perlu berlebihan. Meski kalah di Piala Asia U-19, para pemain dan Indra Sjafri tetap layak mendapat pujian atas permainan atraktif yang mereka persembahkan untuk publik Tanah Air.
 
Evan Dimas dan kawan-kawan masih harus didukung agar semakin matang dalam teknik dan mental. Masih banyak waktu untuk Paulo Sitanggang, Muchlis Hadi Ning, Ravi Murdianto, Maldini Pali untuk mengasah kemampuan.
 
PSSI wajib memberikan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang para pemain di Timnas U-19 dan bakat-bakat muda lain. Banyak cara mengasah bakat mereka, namun yang yang penting itu menyediakan liga yang benar-benar dikelola profesional; tak ada praktik suap, tak ada wasit curang, tak ada manipulasi pertandingan, tak ada politik golongan masuk ke urusan lapangan.
 
Tujuannya, agar teknik para pemain semakin terasah, dan mental pemain tidak rusak. Bila profesionalme para pemain muda selalu terjaga, kita harus yakin kesuksesan itu hanya tinggal waktu.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(FIT)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif