medcom.id, Jakarta: Banyak sosok penting yang berhasil mengubah kehidupan manusia menjadi seperti saat ini. Dunia mengenal sosok filsuf hebat dalam diri Sigmund Freud dan Karl Marx pada abad ke-18. Saking hebatnya, nyaris seluruh fisuf di Barat terpengaruh oleh buah pemikiran keduanya hingga dewasa ini.
Dunia sepak bola juga punya beberapa aktor penting yang akhirnya menjadi panutan seperti Freud dan Marx. Namun dari sekian “filsuf si kulit bundar”, rasanya tidak ada yang lebih hebat dari Johan Cruyff. Ia adalah “sang pencipta”. Tanpa Cruyff, mungkin tak ada pemain jenius seperti Diego Maradona, Lionel Messi, dan Zinedine Zidane. Tanpa buah pemikiran pria kelahiran 25 April 1947 itu pula, dominasi Spanyol, Jerman, Barcelona, Bayern Muenchen pada era 2010-an dan AC Milan pada akhir 1980-an tidak akan terjadi.
"Ia sangat berpengaruh di dunia sepakbola dan mengubah mentalitas serta gaya bermain Barcelona," ungkap Messi yang kini menjadi penyerang Barcelona dan timnas Argentina.
"Sebagian besar sukses Barcelona saat ini berasal dari dirinya," tambah peraih lima gelar FIFA Ballon d’Or tersebut.
Dunia sepak bola beruntung Cruyff memilih mengabdikan hidupnya di lapangan hijau. Berkat kejeniusan Cruyff, dewasa ini pencinta sepak bola bisa menikmati permainan atraktif. Uniknya, semua itu dilakukan sang legenda dengan cara yang sederhana. Baginya, sepak bola memang sederhana. Kesederhanaan itu yang membuat sepak bola menjadi indah.
Total voetball milik timnas Belanda memang diciptakan oleh Rinus Michels. Namun Cruyff yang membuat total voetball itu menjadi hidup dan berjalan dengan sempurna di dalam pertandingan.
Total voetball merupakan jenis taktik yang mengharuskan semua pemain bergerak dan bertukar posisi secara fleksibel. Michels hanya member teori. Namun penjabarannya dilakukan dengan baik oleh Cruyff. Pada Piala Dunia 1974, Cruyff yang tampil sebagai penyerang tengah mengguncang dunia karena bisa menggerakan roda strategi menyerang total voetball Belanda dengan bergerak secara konstan ke belakang dan tiba-tiba berada di sisi sayap selama 90 menit.
Permainan cantik ala Cruyff tidak berakhir dengan gelar juara. Namun karena berhasil menghibur penonton, timnas Belanda di Piala Dunia 1974 dijuluki tim pemenang tanpa gelar.
Cruyff tidak merasa gagal. Sebab, ia tidak menempatkan hasil pertandingan di posisi pertama. Baginya, proses lebih penting ketimbang hal itu. Sebelum meraih kemenangan, Cruyff lebih dulu menciptakan sebuah strategi menyerang yang sedap untuk dipandang.
Gaya total voetball terus dikembangkan oleh Cruyff. Hingga akhirnya ia berhasil mendapat formula yang tepat dan menjadi acuan bagi tiki taka ala Barcelona dan Ajax Amsterdam. Pola itu pula yang diresapi oleh pelatih-pelatih yang menggemari taktik menyerang pada era sepak bola modern seperti Arsene Wenger, Josep Guardiola, Guus Hiddink, Luis Enrique, dan Frank Rijkaard.
“Kualitas tanpa hasil tidak berarti. Hasil tanpa kualitas membosankan,” kata penganut keindahan dan efisiensi dalam sepak bola tersebut.
Hebatnya, buah pemikiran Cruyff tidak hanya terjadi di dalam pertandingan. Ia juga berhasil menciptakan cetak biru soal pengembangan pemain muda. Lantaran menuai sukses, karya Cruyff akhirnya diadopsi oleh klub-klub besar di Eropa pada era sepak bola modern. Termasuk Barcelona, Manchester City, Bayern Muenchen, dan Manchester United.
MASA-MASA KELAM
Tidak ada manusia yang sempurna. Begitu juga Cruyff. Semasa hidupnya, sang legenda juga pernah merasakan getirnya berada di titik terendah. Kejadian nahas itu terjadi pada era 1980-an. Tepatnya ketika Cruyff mulai mengadu nasib di American Soccer League bersama Los Angeles Aztecs dan Washington Diplomats.
Kariernya kurang cemerlang pada saat itu. Cruyff hanya bertahan beberapa bulan di Aztecs dan Diplomats. Setelah itu, ia kembali ke Spanyol untuk bermain bersama Levante pada 1981. Sialnya, nasib baik juga tidak menghampiri Cruyff. Cedera serta ketidakcocokan dengan manajemen mengawali kisahnya di sana.
Krisis ekonomi membuat Cruyff harus putar otak mengelola keuangan. Demi mempertebal kocek, ia memutuskan untuk membangun bisnis peternakan babi sembari mengadu nasib bersama Levante. Namun bisnis yang ia jalani juga tidak sesuai harapan. Cruyff bangkrut karena sudah menaruh semua uangnya di bisnis tersebut. (data dari bleacher report)
BANGKIT DARI KETERPURAKAN
Cruyff menyadari karier di Spanyol sudah berakhir. Demi menyambung hidup, ia menerima pinangan dari Ajax sebelum musim 1981—1982 dimulai. Keraguan menyelimuti putusan Cruyff. Maklum, ia sudah berusia 34 tahun pada saat itu. Publik mulai memandang sebelah mata dan merasa magis Cruyff sudah hilang.
Tapi Cruyff bukan orang sembarangan. Baginya, usia tidak menjadi penghalang untuk mengeluarkan aksi-aksi menawan. Suporter Ajax akhirnya ia buat tercengang ketika mencetak gol indah kontra Haarlem pada laga pembuka 19811—1982. Pada saat itu, Cruyff lolos dari dua tackle bek lawan, menggiring bola secepat kilat, lalu mencungkil bola melewati kiper. Terasa sangat indah karena bola melengkung dengan sempurna dan melaju ke arah gawang.
Cruyff terus mendapat sorotan dan tepuk tangan sejak momen itu. Hebatnya, ia yang sempat dianggap sudah habis sukses melewati tiga tahun bersama Ajax dengan sejumlah gelar, di antaran trofi Eredivisie 1981—1982, 1982—1983 dan KNVB Cup 1982—1983. Dalam perjalananya, Cruyff menjadi mentor yang sempurna untuk sejumlah wonderkid kepunyaan Ajax seperti Marco van Basten, Ronald Koeman, dan Dennis Bergkamp.
Perjalanan Cruyff sejak saat itu terus tertulis dengan tinta emas. “Cruyff adalah jantung dari revolusi sepak bola. Ajax mengubah sepak bola dan ia adalah pemimpin semua itu. Jika mau, Cruyff bisa menjadi pemain terbaik di semua posisi di lapangan,” puji legenda Manchester United, Eric Cantona.
Pengabdian panjang Cruyff untuk sepak bola akhirnya terhenti pada Kamis 24 Maret. Ia kalah oleh penyakit kanker paru-paru yang sudah diidap selama satu tahun terakhir. Sang legenda akhirnya mengembuskan napas terakhir di Barcelona ketika berusia 68 tahun.
Jasad Cruyff boleh terkubur. Namun seperti halnya Frued dan Marx, warisan Cruyff bakal abadi. Selamat jalan sang legenda. Terima kasih sudah menghadirkan warisan sepak bola atraktif yang bisa dinikmati oleh generasi muda pada saat ini.(data dari berbagai sumber)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(HIL)