
Semua pemain terbaik dunia tumplek-blek di Serie A Italia. Setiap pekan sepertinya kita menyaksikan Piala Dunia mini. Ada Diego Maradona di Napoli, trio Ruud Gullit-Marco van Basten-Frank Rijkaard di AC Milan, Lothar Mattheus di Internazionale, hingga Paul Gascoigne di Lazio.
Liga Inggris, Spanyol, Jerman kalah pamor dari Italia. Tidak usah heran apabila semua perhatian tertuju ke Italia dan masa keemasan dialami oleh Serie A.
Seperti halnya perusahaan, ternyata pengelolaan klub sepak bola menghadapi kurva huruf "S". Dibutuhkan konsistensi dalam pengelolaannya dan kalau tidak akan mengalami kemunduran.
Pengelolaan klub sepak bola mengharuskan pihak manajemen untuk mampu melakukan transformasi. Ketika sudah mencapai titik puncak dibutuhkan transformasi agar grafiknya tidak sampai menurun.
Seperti halnya perusahaan, manajemen kadang tidak menyadari bahwa mereka udah mencapai titik puncak dan membutuhkan adanya transformasi. Baru kemudian disadari ketika grafik sudah menurun dan bahkan kondisi sudah krisis.

Itulah yang dialami oleh Parma. Mereka baru menyadari bahwa kondisi sudah begitu beratnya. Kondisi keuangan sudah demikian parah dan Parma tidak bisa mengikuti lagi jadwal kompetisi.
Ketidakmampuan Parma untuk melanjutkan kompetisi merupakan ancaman bagi eksistensi kompetisi. Klub-klub yang sudah bertanding melawan Parma dirugikan, karena klub yang selanjutnya tidak perlu mengeluarkan keringat untuk merebut kemenangan WO.
Parma sudah mengajukan permintaan kebangkrutan kepada pengadilan. Namun, pihak Persatuan Sepak Bola Italia (FIGC) meminta agar Parma menyelesaikan terlebih dahulu musim kompetisi. Pihak liga menyediakan dana talangan 5 juta euro atau sekitar Rp700 miliar agar Parma mau menyelesaikan musim kompetisi.
Namun tawaran ini pun bukan jaminan Parma bisa melanjutkan ikut kompetisi. Para pemain Parma keberatan karena tidak ada kejelasan akan gaji mereka dan masa depan mereka.
Parma bukanlah satu-satunya klub yang menghadapi masalah. Tim "Rossoneri" AC Milan yang dulu begitu termashyur, kini dihadapkan kepada masalah keuangan. Seperti pendirinya Silvio Berlusconi yang terlempar dari kursi politik, prestasi Milan pun ikut terpuruk.
Pelajaran Penting
Pengalaman yang dihadapi Italia mengajarkan kepada kita bahwa organisasi yang baik itu tidak hanya diperlukan pada tingkat induk olahraga, tetapi juga klub. Pengelolaan klub yang baik akan memberikan kontribusi pada peningkatan prestasi sepak bola nasional.
Kita pun sering alpa memperhatikan pengelolaan klub. Perhatian kita lebih tertuju kepada kepengurusan PSSI. Politisasi kepada PSSI begitu kuatnya dan seakan-akan menjadi faktor satu-satunya yang menentukan keberhasilan pembinaan sepak bola.
Sekarang ini musim kompetisi harus tertunda disebabkan oleh persoalan yang ada di klub. Lemahnya tata kelola pada beberapa klub membuat aturan ketenagakerjaan terabaikan dan akibatnya hak pemain tidak bisa dipenuhi.
Kita tentunya berharap klub-klub segera membenahi diri. Bukan hanya dibutuhkan manajemen yang kuat, tetapi juga dukungan finansial yang memungkinkan klub melakukan pembinaan yang baik dan mampu mengikuti kompetisi secara penuh.
Kita bersyukur mulai muncul klub-klub yang memerhatikan masalah manajemen. Apalagi kemudian klub itu didukung secara moril oleh pemerintah daerahnya seperti Persib Bandung, Sriwijaya FC, Arema Malang, dan Persipura Jayapura.
Kita membutuhkan munculnya klub yang benar-benar dikelola secara profesional dan modern. Klub itu bisa menjadi model bagi klub-klub yang lain, sehingga semua bisa belajar.
Tim Ad-hoc Sinergi PSSI bahkan berharap dalam waktu lima tahun ke depan ada klub Indonesia Super League (ISL) yang bisa tercatat di Bursa Efek Indonesia. Apabila ada klub yang bisa go public, maka rasa memiliki masyarakat menjadi lebih tinggi dan klub pun dipacu untuk semakin profesional.
Sekali lagi, semua itu tentu tidak bisa sekali jadi. Dibutuhkan proses untuk menuju puncak kematangan. Harus ada prototipe yang bisa dijadikan acuan. Kita harus sabar untuk mendorong hadirnya klub yang lebih profesional dan itu membutuhkan pendampingan bukan punishment.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RIZ)