\ Tiga Puluh Tahun Menuju Piala Dunia

Tiga Puluh Tahun Menuju Piala Dunia

Bola sepak bola
10 Maret 2015 20:21
Tim Ad-hoc Sinergi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sudah dua bulan bekerja. Salah satu sasaran jangka panjang yang muncul dari serangkaian pertemuan adalah penetapan Indonesia untuk bisa tampil di ajang Piala Dunia 2046.
 
Pasti reaksi segera muncul, begitu lamakah kita harus menunggu penampilan kesebelasan nasional kita di ajang Piala Dunia? Waktu 30 tahun memang terasa panjang, tetapi untuk mempersiapkan sebuah tim nasional yang bisa diandalkan, itu akan terasa pendek.
 
Apalagi kalau kita melihat di mana posisi persepakbolaan kita saat ini. Menurut peringkat yang ditetapkan oleh FIFA, sepak bola Indonesia berada pada peringkat 158.
  Negara-negara yang tradisi sepak bolanya lebih cemerlang membutuhkan waktu yang juga panjang. Lihat Jerman misalnya sebagai contoh. Setelah porak-peranda akibat Perang Dunia II, Jerman butuh sembilan tahun untuk menjadi juara dunia pada tahun 1954.
 
Setelah itu Jerman membutuhkan siklus 20 tahunan untuk menjadi lagi juara dunia. Mereka meraih gelar kedua pada tahun 1974, kemudian juara dunia 1990, dan baru juara kembali pada tahun 2014.
Tiga Puluh Tahun Menuju Piala Dunia
Prancis yang menginisiasi penyelenggaraan Piala Dunia tahun 1930 memerlukan waktu 68 tahun untuk bisa menjadi juara dunia. Itu pun dimulai dari pembinaan yang dilakukan Presiden FFF Fernand Sastre sejak tahun 1988, dengan mendirikan Akademi Sepak Bola di Clairefontaine.
 
Harus Sabar
 
Kita harus sabar untuk bisa membangun sepak bola yang tangguh. Kita harus membangun dasar sepak bola yang baik agar bisa dihasilkan pemain-pemain yang bisa diandalkan.
 
Dasar sepak bola itu dimulai dengan pemain akar rumput yang banyak. Bakat-bakat muda itulah yang kemudian akan menjadi cikal bakal pemain yang akan dibina di dalam klub.
 
Untuk mendapatkan pemain akar rumput yang banyak, maka dibutuhkan tempat bermain yang mencukupi. Pemerintah kota di seluruh Indonesia harus menyediakan ruang publik dalam bentuk lapangan bermain yang luas.
 
Sekarang ini boleh dikatakan kita tidak memiliki ruang publik yang memadai bagi dimungkinkannya masyarakat untuk berolahraga. Dibandingkan Singapura saja, kita jauh dalam menyediakan fasilitas publik. Padahal Singapura hanya negara kota.
 
Semua negara yang sepak bolanya maju memiliki fasilitas lapangan yang memungkinkan munculnya pemain pada tingkat akar rumput. Para pencari bakat menemukan pemain-pemain besar dari sepak bola jalanan.
 
Tiga Puluh Tahun Menuju Piala Dunia
Diego Maradona ditemukan Cesar Luis Menotti dari pinggir jalan di daerah kumuh Buenos Aires. Bakat itulah yang kemudian diasah sehingga ia menjadi salah satu pemain terbesar dunia yang pernah ada.
 
Perlu Lapangan
 
Kita membutuhkan lapangan sepak bola yang standar untuk melahirkan pemain berkualitas. Sekarang ini teknik pemain nasional pun di bawah standar karena mereka berlatih di lapangan yang tidak normal.
 
Bagaimana seorang pemain akan terbiasa untuk melepaskan operan terukur ketika mereka harus berlatih di lapangan yang tidak rata. Kekhawatiran untuk menyulitkan rekannya menerima operan, pemain cenderung mengurangi tenaganya saat melakukan operan.
 
Kebiasaan ini otomatis terbawa ke dalam pertandingan yang sesungguhnya. Operan pemain nasional kita mudah dipotong pemain lawan, karena terbiasa melepas operan dengan tenaga yang dikurangi.
 
Begitu banyak hal yang harus dibenahi dan itu pun dilakukan dengan sangat mendasar. Atas dasar itulah Tim Ad-hoc Sinergi tidak berani untuk mematok target yang terlalu ambisius. Waktu 30 tahun seharusnya cukup untuk menyadarkan semua pihak agar mau memberikan yang terbaik bagi kejayaan sepak bola Indonesia.
 
Apalagi 30 tahun nanti ada momentum besar yang akan dihadapi Bangsa Indonesia. Pada saat itu Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Sepantasnya apabila waktu itu dijadikan kesadaran untuk memberikan yang terbaik kepada negeri.
 
Tetap Kerja Keras
 
Meski waktunya masih 30 tahun, namun kerja keras harus dilakukan mulai sekarang. Lima tahun pertama hingga tahun 2020 harus dijadikan tahun konsolidasi.
 
Tiga Puluh Tahun Menuju Piala Dunia
Setelah itu selama 10 tahun harus dijadikan masa lepas landas. Klub-klub sudah lebih profesional dan bahkan sudah ada klub yang melepas kepemilikan sahamnya ke publik.
 
Baru setelah tahun 2030 kita menuju masa pencapaian prestasi di mana puncaknya tim nasional kita akan bisa berlaga di ajang Piala Dunia 2046. Harapannya prestasinya pun tidak mengecewakan di kejuaraan puncak dunia itu.
 
Semua harapan itu hanya bisa tercapai apabila kita memiliki administrator yang baik. Administrator itu bukan hanya pada organisasi, tetapi juga pada pencapaian prestasi.
 
Kita membutuhkan orang sekaliber MF Siregar yang bisa dengan cermat merancang bulu tangkis Indonesia meraih medali emas di Olimpiade Barcelona. Semua diperhitungkan secara saksama dan diikuti perkembangannya menuju puncak prestasi setiap saat.
 
Olahraga merupakan sesuatu yang rasional dan hanya bisa dicapai melalui pekerjaan yang terukur. Bukan sesuatu yang mengawang-awang dan mengharapkan prestasi datang dengan sendirinya. Prestasi olahraga hanya bisa dicapai melalui kerja keras.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RIZ)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif