.jpg)
.jpg)
Apalagi kegagalan kali ini dinodai oleh tindakan yang tidak sportif yang dilakukan bintang andalan Brasil, Neymar. Bintang baru Tim Samba itu harus menerima kenyataan pahit dijatuhi hukuman empat pertandingan karena tidak mampu mengendalikan emosinya saat dikalahkan Kolombia 0-1 di penyisihan grup.
Namun itulah yang namanya permainan sepak bola. Tidak pernah ada yang bisa menduga hasil sebuah pertandingan. Tim yang ditaburi bintang bukan jaminan untuk bisa memenangi pertandingan.
Maha bintang sepak bola Jerman Franz Beckenbauer menyebutnya sebagai keindahan sepak bola. Surprise merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sepak bola. Unsur surprise itulah yang membuat sepak bola semakin menarik untuk ditonton.
Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki sebuah kesebelasan apabila ingin berhasil. Pertama adalah good team. Kedua, good coach. Ketiga, good tactic. Keempat, good strategy. Dan yang terahir, good luck.
Faktor terakhir ini tidak boleh dilupakan karena tim yang terus menyerang belum tentu bisa mencetak gol. Kalau kesialan tiba maka seringkali bola yang sudah hampir bisa gagal entah karena kena tiang gawang, kaki lawan, atau bolanya melenceng.
Kambing Hitam
Kunci keberhasilan dari sebuah tim untuk bangkit dari keterpurukan adalah keberanian untuk menerima kenyataan. Setiap kegagalan dan juga keberhasilan harus dievaluasi secara benar agar menjadi pembelajaran.
Tidak boleh kita mencari-cari kesalahan. Ketidakberanian untuk menerima kenyataan membuat kita berupaya untuk menyangkal dan kemudian mencari kambing hitam.

Latihan dan kebersamaan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan. Sehebat apa pun kemampuan seorang pemain tidak akan ada artinya apabila tidak didukung oleh pemain yang lain. Sepak bola bukanlah permainan individu, tetapi permainan tim. Di tengah lapangan 11 pemain harus menjadi satu kesatuan.
Kerja sama tim akan berjalan mulus apabila mereka sering bermain bersama. Feeling antarpemain akan jalan apabila cukup waktu untuk berinteraksi, sehingga tahu kebiasaan dari pemain yang lain.
Setelah evaluasi itu baru bisa ditentukan langkah perbaikan yang perlu dilakukan. Bagaimana bakat-bakat besar yang dimiliki Brasil dipadukan agar terbentuk tim yang tidak kalah hebat seperti era Pele, Romario Faria, dan Ronaldo. Masih adaa waktu bagi Neymar untuk bisa menyejajarkan dirinya dengan maha bintang sepak bola Brasil sebelumnya.
Neymar bisa belajar dari pengalaman pahit Diego Maradona yang diusir keluar lapangan dalam debutnya di Piala Dunia 1982. Empat tahun setelah itu Maradona membuktikan dirinya sebagai pemain besar dengan membawa Argentina merebut gelar juara dunianya yang kedua.
Kita tidak melihat Menteri Olahraga Brasil panik dengan prestasi sepak bola negaranya. Ia tidak lalu membekukan CBF karena dianggap tidak pernah bisa berprestasi lagi. Kalah dan menang adalah hal yang biasa dari olahraga. Yang harus dilakukan adalah bagaimana bangkit dari kegagalan, bukan lalu hanya saling menyalahkan.
Perlu Belajar
Itulah yang harus menjadi pelajaran para pejabat olahraga dan pembina olahraga kita. Bahkan masyarakat pun harus dewasa untuk bisa menerima naik-turun prestasi olahraga. Yang terpenting bagaimana berani melakukan evaluasi dan kemudian merumuskan langkah perbaikan ke depan.
Kultur dari bangsa ini selalu ingin cepat meraih hasil. Ketika kemudian gagal mencapai harapannya, kemudian cepat membuat judgement dan mencari kambing hitam.
Kita lihat saja kegagalan pemain U-23 di ajang SEA Games Singapura. Kekalahan telak dari Thailand dan Vietnam di semifinal dan perebutan medali perunggu langsung divonis sebagai menerima suap.
Padahal kalau kita berani melakukan evaluasi, kita memang kalah kelas dari Thailand. Selalu kita sampaikan yang ketinggalan dari sepak bola kita adalah football development. Bagaimana kita bisa berharap muncul bibit-bibit muda ketika lapangan sepak bola terbatas jumlahnya.
Belum lagi kalau kita sadari terbatasnya pemandu bakat yang kita miliki. Kita tidak memiliki lagi pemandu bakat sekelas Joel Lambert yang sepenuh hati mendedikasikan hidupnya untuk mengamati anak-anak gawang. Dari ketekunannya itulah kita menemukan pemain sekelas Iswadi Idris.
Pembinaan berjenjang gagal kita bangun karena klub tidak dikelola dengan manajemen yang baik. Pelatih-pelatih pemain muda juga terbatas dalam jumlah dan juga kualitasnya.
Dengan kondisi seperti ini memang dibutuhkan waktu panjang untuk membangun sepak bola kita. Kalau dikatakan dalam dua tahun kita membangun tim nasional yang kuat itu adalah sebuah utopia. Dibutuhkan kesabaran untuk memiliki kesebelasan yang bisa kita andalkan.
Untuk itu kita tidak boleh menyalahkan pemain. Apalagi kepada pemain-pemain muda yang masih perlu waktu untuk berkembang. Ketika kita memvonis pemain muda tanpa proses pemeriksaan yang jelas, maka kita sudah mematikan harapan pemain berbakat yang sudah terbatas jumlahnya itu.
Terus terang kita kaget seorang pejabat sekelas Sekretaris Menteri bisa percaya kepada omongan sosok yang tidak jelas kredibilitasnya. Orang yang jelas-jelas sudah merusak sepak bola Indonesia masih dianggap malaikat yang bisa memajukan sepak bola Indonesia.
Pembicaraan per telepon yang dilakukan seorang yang mengaku whistler blower dengan orang yang dianggap pengatur skor di Malaysia itu sangat jauh dari logika. Orang yang memiliki akal sehat akan mengatakan pembicaraan telepon itu sebagai omong kosong. Aneh seorang Sekretaris Menteri bisa meyakini bahwa itu bagian dari suap.
Akibatnya para pemain muda menjadi korban. Seakan-akan mereka menjual diri hanya untuk mendapatkan uang. Padahal mereka sudah berjuang mati-matian membela "Merah-Putih". Secara mengejutkan lolos ke semifinal dengan menyingkirkan tuan rumah Singapura yang sebenarnya berambisi untuk mempersembahkan medali emas bagi 50 tahun kemerdekaan negaranya.
Olahraga Indonesia tidak pernah akan maju apabila dipimpin orang-orang dengan kualitas mediocre seperti itu. Kita membutuhkan pemimpin yang mampu memetakan persoalan dengan benar dan kemudian merumuskan langkah strategis yang bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RIZ)