Tisha membagi tiga masalah akut PSSI saat ini, yakni pelatih, pengembangan pemain muda, dan perwasitan. Wanita yang lulusan FIFA Law Jerman itu mengakui Indonesia ketinggalan jauh dari negara lain.
"Tantangan terberat adalah kita menyadari di area pembinaan pemain dulu. Bahkan kita tidak mulai mencari pemainnya untuk kemudian menciptakan tim menjadi juara. Kemudian tidak mencari pelatihnya dan pelatihnya menjadi berkualitas dan melahirkan pemain yang hebat, bahkan kita mulai dari dasar lagi yaitu instruktur coach-nya," ujar Tisha kepada wartawan di Lapangan ABC, Senayan.
"Ini fondasi akar permasalahan pembinaan sepak bola Indonesia, PSSI harus kerja keras, bukan dari pemain, pelatih, lebih bawah lagi dari instruktur," lanjutnya.
"Hal yang sama dengan perwasitan, bukan dari area mengembangkan wasitnya, bukan juga soal penilai wasit, bahkan kita mengembangkan paling bawahnya, dari instrukturnya," sambung Tisha.
Baca: Rayakan Ultah ke-88, PSSI Gelar Tumpengan dan Laga Eksibisi
Tisha juga mengakui 15 tahun terakhir adalah masa-masa sulit bagi PSSI, terlebih pernah dibekukan Kemenpora dan FIFA.
"Bayangkan betapa kita segala hal yang dialami PSSI dalam 15 tahun terakhir, telah membuat kita kehilangan gap yang membuat kita sekarang ini tertinggal jauh dari negara-negara lain, itu harus kita akui. Tetapi kita harus sadar mengakui kekalahan adalah awal menerima kemenangan, saya cuma yakin satu hal yang sabar pasti yang menang," pungkas Tisha.
Tak ingin ketinggalan update berita bola dan olahraga? Follow instagram kami@medcom_olahraga?
Video: Luis Milla Panggil 24 Pemain Timnas U-23 untuk PSSI Anniversary Cup 2018
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ASM)
