Jakarta: Vijaya Fitriyasa menjadi salah satu sosok dari 11 Calon Ketua Umum (Caketum) PSSI periode 2019-2023. Pengusaha kelahiran Jakarta itu terbilang menjadi 'anak baru' dalam pemilihan Caketum, Waketum, dan Komite Eksekutif PSSI.
Namun, pemilik baru klub Liga 2, Persis Solo, itu tak gentar maju di pemilihan tampuk kepemimpinan PSSI saat ini. Misi utamanya ingin mengubah wajah federasi sepak bola tertinggi di Tanah Air menjadi lebih baik.
Berlatar belakang pebisnis, prinsip dunia usaha macam Good Corporate Governance (GCG) ingin dibawanya ke PSSI. Prinsip yang diyakini bisa mengembalikan citra PSSI yang buruk di mata masyarakat.
Visi dan misi serta program yang diusung membuat pria 45 tahun itu optimistis bersaing di bursa Caketum PSSI. Meskipun Vijaya harus bersaing dengan calon lain yang memiliki nama besar seperti M Iriawan dan Rahim Soekasah.
Medcom.ID berkesempatan melakukan wawancara eksklusif saat menyambangi kantornya di Menara Global, Kuningan, Jakarta Selatan. Dalam wawancara berdurasi sekitar 30 menit itu, Medcom.ID mengupas alasannya maju di pemilihan Caketum PSSI 2019-2023.
1. Apa alasan yang mendasari Anda maju di pemilihan Caketum PSSI?
Saya ini sebagai penggemar sepak bola juga pemilik klub terus terang prihatin dengan kondisi sepak bola saat ini.
Pertama, citra PSSI sebaga induk organisasi sudah ada pada titik nadir paling rendah. Banyak pengurus yang ditangkap karena kasus mafia bola, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap PSSI sudah jelek.
Kedua, prestasi Timnas kita sendiri jeblok. Dalam empat laga terakhir Pra Piala Dunia kita kalah berturut-turut dengan skor yang sangat memalukan. Peringkat FIFA kita melorot, per hari ini peringkat FIFA kita 171, bayangkan kita jauh di bawah Vietnam bahkan dengan negara konflik seperti Palestina kita kalah jauh.
Dasar itu yang membuat saya ingin ada perubahan di PSSI, itu yang mendasari saya ingin maju menjadi ketua umum PSSI.
2. Anda mendaftar jadi Caketum serta Wakil Ketum PSSI. Lebih fokus menjadi yang mana?
Saya kan tahu diri lah. Sebagai orang baru di PSSI, walaupun saya sudah punya pengalaman mengelola klub, tapi untuk level PSSI kan saya baru. Jadi artinya nanti saya akan menyerahkan kepada voters, apakah voters mempercayakan saya sebagai Ketua Umum dengan visi dan misi dan program yang saya tawarkan. Atau nanti voters lebih memilih saya sebagai Wakil Ketua Umum.
Itu saya serahkan kepada voters. Terus terang saya enggak ada paket harus nanti ketuanya siapa, wakilnya siapa. Saya sampai sekarang masih terbuka saja, biar voters yang menentukan.
3. Sudah berapa banyak dukungan dari voters sejauh ini?
Saya sudah bicara dengan banyak voters, kalau dikalkulasi jumlahnya ada sekitar 25 sampai 30 voters lah yang sudah ada keinginan untuk memilih saya.
4. Visi dan misi apa yang coba ditawarkan demi merangkul para voters?
Paling utama adalah mengembalikan kepercayaan publik kepada PSSI. Ini penting, karena citra yang sedemikian buruk, banyak sponsor enggak mau menyeponsori PSSI. Sementara sumber utama keuangan PSSI itu dari sponsor, tanpa adanya sponsor bisa dibilang PSSI enggak bisa membiayai kegiatan, baik itu liga maupun Timnas.
Sehingga yang utama adalah mengembalikan kepercayaan publik terhadap PSSI. Pertanyaan selanjutnya gimana caranya mengembalikan kepercayaan publik? PSSI harus menerapkan prinsip GCG (Good Corporate Governance-red).
Petama, transparansi. PSSI harus berani diaudit kemudian menjelaskan hasil audit kepada publik maupun voters. Berapa uang yang diterima PSSI, sumbernya dari mana, berapa pengeluarannya, untuk apa pengeluarannya. Ini yang harus dibuka.
Baca juga:Wawancara Khusus Vijaya Fitriyasa: Anak Baru yang Ingin Ubah Wajah PSSI (Bagian 2)
Kedua, PSSI itu harus akuntabilitas, harus bisa dipertanggung jawabkan. Program dari PSSI itu harus bisa dipertanggung jawabkan agar tepat sasaran, yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh sepak bola Indonesia.
Ketiga, harus profesional. Jadi PSSI itu harus dikelola orang-orang profesional yang memang mengerti sepak bola dan berdedikasi untuk PSSI dan mereka digaji dengan layak sesuai standar perusahaan yang memenuhi kriterianya.
5. Kinerja PSSI di kepengurusan sekarang sejauh ini bagaimana?
Menurut saya PSSI sekarang sudah berusaha memperbaiki diri. Tapi kan memang ini sudah akumulasi. Jadi dahulu itu kan PSSI selalu rugi, selalu nombok, kemudian masalah pembinaan usia dini ke senior.
Ini adalah hasil yang dihasilkan dari kondisi konflik beberapa tahun lalu. Sebenarnya ini puncak dari konflik yang berkepanjangan kemarin. Pengurus yang sekarang ini bisa dibilang mereka menerima hasil dari lima atau 10 tahun lalu, karena namanya pembinaan sepak bola tidak bisa instan.
Jadi kalau pun saya nanti jadi Ketua PSSI mungkin hasilnya baru akan terasa lima hingga 10 tahun ke depan. Yang penting adalah bagaimana kita menerapkan dasar-dasar prinsip pengelolaan sepak bola yang benar.
Jadi dari sisi yang tadi saya bilang ada transparansi, akuntabilitas dan profesionalitas. Dasar itu yang kita terapkan dan kita buat pembinaan pemain usia dini, baru nanti kita akan menikmati hasilnya lima tahun ke depan.
6. Jika gagal di pemilihan Caketum PSSI, apa yang masih ingin Anda persembahkan bagi persepakbolaan nasional?
Misalnya nanti tidak terpilih kan saya punya klub. Sekarang saya punya dua klub, satu di Liga 3 (Jakarta United) dan satu lagi di Liga 2 (Persis Solo). Rencana saya, saya mau bikin klub saya itu sebagai superclub.
Nanti ada kerja sama dengan klub Eropa. Kerja sama kurikulum, pelatihan, akademi bahkan mungkin pertukaran pemain. Nah ini nanti jadi percontohan. Saya mau nanti jadi klub pertama di Indonesia yang menjalin kerja sama dengan klub di Liga Eropa.
Itu pasti akan memberikan dampak yang sangat positif, dan tidak menutup kemungkinan klub lain akan mengikuti langkah yang sama. Kalau itu sudah terjadi, otomatis kualitas liga kita akan meningkat, kualitas sepak bola kita akan meningkat, kualitas pemain pun menjadi meningkat.
Jadi saya enggak terpengaruh dengan PSSI, tapi saya masih optimis lah dengan nanti apapun hasil Kongres PSSI.
7. Boleh tahu klub mana yang akan diajak menjalin kerja sama?
Nanti lah, masih off the record. Pokoknya owner-nya akan datang bulan depan (November), pokoknya klubnya juara satu di salah satu liga di Eropa lah. Saya berharap (kerja sama terjalin) enggak jauh-jauh dari hari ulang tahun Persis Solo. Saya masih koordinasi sama agennya di sini karena owner-nya mau datang.
Cuma persoalannya kan Persis itu di Liga 2, belum boleh pakai pemain asing. Nanti jika saya menjadi Ketua PSSI, kita ubah aturannya boleh pemain asing tapi kita batasi dua. Sekarang kan Liga 1 maksimal empat. Mungkin bisa diubah jadi lima pemain, satu dari Asia dan empat boleh dari luar Asia. Liga 2 mungkin dua pemain, satu Asia satu lagi dari luar Asia.
Persoalannya, PSSI itu kan menghindari klub-klub yang memaksakan punya pemain asing tapi enggak punya kemampuan finansial untuk bayar gaji pemain asing. Sehingga banyak pemain asing yang terlunta-lunta nasibnya, bahkan ada yang sampai meninggal karena sakit enggak diurus oleh klub. Nah itu yang mungkin jadi pertimbangan juga, jangan memaksakan mempunyai pemain asing tapi secara finansial tidak cukup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(REN)