Dalam pertandingan yang berakhir dengan kemenangan Persela 2-0 tersebut, Huda mengembuskan napas terakhir usai mendapatkan penanganan di RSUD dr Soegiri Lamongan. Menurut keterangan Dokter Yudistiro Andri Nugroho, kiper gaek berusia 38 tahun yang hanya membela satu klub sepanjang kariernya itu meninggal dunia akibat trauma dada, kepala, dan leher.
Trauma tersebut didapatkan setelah Huda bertabrakan dengan Ramon Rodrigues, yang ironisnya merupakan debutan di tim berjuluk Laskar Joko Tingkir. Tabrakan itu membuat Huda mengerang kesakitan sembari beberapa kali memegangi area dada serta mulutnya.
"Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain, sehingga terjadi apa yang kita sebut henti nafas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di Stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan nafas dengan bantuan nafas," ujar dr Yudistiro seperti rilis yang diterima Metrotvnews.com, Minggu (15/10/2017).
Baca:Choirul Huda, Kiper Legendaris Berbalut Loyalitas Milik Persela
"Kemudian dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri. Di ambulans juga ditangani secara medis untuk bantuan napas maupun untuk penanganan henti jantung. Sesampainya di UGD segera ditangani," sambungnya.
Meninggalnya Huda menjadi duka mendalam, terlebih bagi sepak bola Jawa Timur yang pada Januari silam sudah lebih dulu ditinggal kiper Achmad Kurniawan. Penyebabnya pun hampir sama, yakni karena tabrakan.
Jauh sebelum kasus Huda dan Achmad Kurniawan, sejumlah kiper juga pernah dilaporkan wafat saat sedang bertanding. Berikut ini beberapa di antaranya.
Jon Kristbjornsson (Islandia)
Penjaga gawang bernama lengkap Jón Karel Kristbjörnsson ini meninggal pada 17 Juni 1933 silam saat membela Valur, klub asal Swedia.
Ia mengalami benturan di kepala dengan striker KR Reykjavik pada laga terakhir liga Islandia 13 Juni. Empat hari berselang, meski sudah mendapatkan penanganan medis di rumah sakit, nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Jimmy Thorpe (Inggris)
Kisah meninggalnya mantan kiper Sunderland ini bisa jadi yang paling tragis. Kematiannya bahkan memantik peraturan dasar dalam sepak bola, di mana bola yang sudah dalam genggaman kiper, tidak lagi boleh direbut dengan cara apapun.
Menurut keterangan dari rokerreport.sbnation.com, Thorpe yang kala itu masih berusia cukup muda, 22 tahun, meninggal setelah ditendangi secara membabi buta oleh pemain-pemain Chelsea. Kepala, leher, dan bagian atas tubuhnya terus menerus menjadi sasaran keganasan pemain lawan sebelum akhirnya pemain belakang Sunderland datang mengintervensi.
Thorpe sengaja menjatuhkan diri sembari mendekap bola agar lebih cepat mengamankan bola dari sergapan pemain Chelsea. Sayang, tindakannya malah mengundang pemain Chelsea terus mencoba merebut bola meski sudah dalam dekapan Thorpe.
Parahnya, wasit H.S. Warr, disebutkan membiarkan insiden tersebut karena memang belum ada peraturan spesifik mengenai hal tersebut.
Pasca insiden pada awal Februari 1936 itu, mulai muncul inisiasi soal peraturan yang lebih ketat demi keamanan pesepak bola, khususnya penjaga gawang.
Baca juga:Untaian Doa untuk Choirul Huda
Erik Jongbloed (Belanda)
Erik adalah putra dari Jan Jongbloed, mantan pemain Tim Nasional Belanda. Erik membela FC Door Wilskracht Sterk (DWS), klub kasta keempat Liga Belanda kala itu.
Lalu pada sebuah pertandingan tahun 1984 yang diwarnai dengan hujan deras dan disertai petir, petaka itu terjadi. Sebuah kilat tiba-tiba menyambar, membuat Erik Jongbloed terkapar persis di depan mulut gawangnya.
Rob Stenacker, bek DWS sekaligus saksi hidup insiden tersebut mencoba menceritakan kembali kisah memilukan yang dialami rekannya.
"Sesaat sebelum petir menyambar (Erik), saya berjalan menjauhi kotak penalti. Karena itulah saya selamat. Mungkin terkesan egois, tapi saya lega saya bisa selamat," katanya dilansir Footballs Fallen.
Shota Maminashvili (Georgia)
Kejadian yang menimpa Shota sebenarnya masih cukup hangat. Insiden tersebut terjadi pada 1 Oktober silam. Berbeda dengan pemain lain di atas, Shota meninggal dunia saat pemanasan jelang sebuah pertandingan.
Kiper Zugdidi FC itu tiba-tiba hilang kesadaran dan ambruk sesaat sebelum melakoni pertandingan melawan Vit Georgia. Pria kelahiran Georgia itu pun langasung dilarikan ke rumah sakit guna mendapatkan perawatan.
Namun tak lama ia mendapatkan perawatan, rumah sakit setempat menyatakan jika Shota tak lagi bernyawa.
Jeanine Christelle Djomnang (Kamerun)
Sama seperti Shota Maminashvili, Jeanine (22) juga meninggal ketika pemanasan. Nyawa penjaga gawang wanita asal Kamerun itu tak dapat diselamatkan saat dibawa ambulans menuju rumah sakit.
Kabarnya, Jeanine tewas akibat serangan jantung. Saat dibawa ke rumah sakit, ia berulang kali mengeluhkan rasa sakit di dadanya.
Video:?Persela, Cinta Pertama dan Terakhir Choirul Huda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ACF)