\ Kilas Balik Sepak Bola Indonesia Sepanjang 2016
Aksi Suporter Timnas Indonesia membentangkan bendera Merah Putih raksasa di final Piala AFF melawan Thailand (Foto: Antara)
Aksi Suporter Timnas Indonesia membentangkan bendera Merah Putih raksasa di final Piala AFF melawan Thailand (Foto: Antara)

FIFA Cabut Sanksi, ISC dan Aksi Heroik Timnas Indonesia

Kilas Balik Sepak Bola Indonesia Sepanjang 2016

Bola kaleidoskop sepak bola 2016
Achmad Firdaus • 31 Desember 2016 09:18
medcom.id, Jakarta: 2016 menjadi tahun yang luar biasa buat persepakbolaan Indonesia. Pada tahun ini, Indonesia berhasil lepas dari sanksi FIFA dan sepak terjang Timnas Indonesia juga cukup membanggakan kendati tidak mencapai klimaksnya.
 
Indonesia sejatinya membuka lembaran kalendar tahun 2016 dengan kondisi yang tidak ideal. Sepak bola kita masih terisolasi dari dunia luar lantaran sanksi dari FIFA yang dijatuhkan pada Mei 2015 belum juga dicabut.
 
Untuk tetap menghidupkan atmosfer sepak bola di Indonesia, serta menyambung hidup para pemain, pemerintah berinisiatif menggelar turnamen-turnamen jangka pendek yang sudah digulirkan mulai akhir tahun 2015.
  Dengan tidak jelasnya perihal kapan Indonesia bisa kembali memutar roda kompetisi, sejumlah pemain pun memutuskan hijrah ke negeri tetangga. Mulai dari Dedi Kusnandar yang hengkang ke Liga Malaysia, hingga Boaz Solossa yang mencoba peruntungannya di kancah sepak bola Timor Leste.
 
Sementara itu, Evan Dimas berpeluang menimba ilmu di Spanyol. Mantan gelandang andalan Timnas U-19 itu mendapat kesempatan untuk melakukan trial bersama Espanyol. Di sana, dia berlatih bersama tim Espanyol B.
 
Memasuki periode Februari, konflik PSSI dengan Pemerintah mulai melunak, setelah kedua kubu yang berseberangan bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo. Pemerintah mengatakan bakal mengkaji ulang pencabutan pembekuan terhadap PSSI.
 
Syaratnya, PSSI diminta menggelar Kongres Luar Biasa untuk memilih Ketua Umum serta pengurus yang baru. Di kesempatan ini, pemerintah juga berencana menggelar sebuah turnamen jangka panjang (liga tidak resmi) yang bertajuk Indonesia Soccer Championship.

Baca:Sihir Alfredo Bangkitkan Kejayaan Persipura di ISC 2016


Di sela-sela proses rekonsiliasi PSSI-Pemerintah, sepak bola Indonesia kembali dibuat terkejut dengan penetapan status tersangka La Nyalla Mattalitti. La Nyalla yang saat itu masih menjabat ketua umum PSSI ditetapkan tersangka oleh pengadilan Jawa Timur atas kasus dugaan korupsi dana hibah Kamar Dagang Industri (KADIN) Jawa Timur.
 
Setelah melalui berbagai pertimbangan, ajang ISC yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya resmi digulirkan pada akhir April 2016 dengan jumlah 20 tim. Namun, lantaran Indonesia masih disanksi FIFA, kompetisi ini tidak mengusung format promosi dan degradasi. 20 tim yang ikut serta hanya bertarung untuk memperebutkan hadiah total Rp3 miliar.
 
FIFA Cabut Sanksi & Kongres PSSI
Dari sini, sepak bola Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. PSSI yang tadinya selalu berseberangan dengan kebijakan yang diambil pemerintah, kini tidak lagi resisten. Mereka mau mengikuti arahan pemerintah.
 
Hingga akhirnya, pada 10 Mei pemerintah dalam hal ini Kemenpora akhirnya mencabut pembekuan terhadap PSSI. Pecinta sepak bola Indonesia makin ceria lantaran tak lama berselang, FIFA dalam kongres yang digelarnya, resmi mencabut sanksi kepada Indonesia. Indonesia pun kembali bisa mentas di panggung dunia.
 
Dengan keputusan ini, PSSI melalui Hinca Pandjaitan yang menjabat Pelaksana tugas (Plt) Ketum PSSI, langsung bergerak cepat untuk menyusun kerangka Timnas Indonesia yang akan dipersiapkan untuk tampil di Piala AFF 2016.
 
Salah satu langkah pertama yang diambil PSSI adalah menunjuk pelatih. Pada 10 Juni 2016, PSSI kembali menunjuk Alfred Riedl sebagai pelatih skuat Garuda. Keputusan ini cukup mengejutkan. Pasalnya, sebelumnya PSSI sempat melakukan tes terhadap tiga pelatih lokal, yakni Nilmaizar, Rahmad Darmawan, dan Indra Sjafri.
 
Selain membangun Timnas, PSSI juga diminta menyusun agenda untuk menggelar Kongres Pemilihan Ketua umum baru beserta anggota EXCO. Hal ini sesuai dengan arahan FIFA yang meminta PSSI menggelar kongres pada bulan November.
 
Sempat terjadi permasalahan kecil soal pemilihan tempat berlangsungnya kongres di mana PSSI keukeuh menunjuk Makassar sebagai tuan rumah. Sementara pemerintah mendesak agar Kongres digelar di Yogyakarta. Namun, pada akhirnya permasalahan bisa diselesaikan. Sebagai jalan tengah, kongres akhirnya digelar di Jakarta.
 
Proses jalannya Kongres pemilihan pun cukup kondusif. Dari sembilan calon Ketua umum yang maju, Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi akhirnya terpilih sebagai ketua umum PSSI periode 2016--2020.

Baca juga:Desember: Ronaldo Berjaya, Persipura Juara dan Kebangkitan Timnas Indonesia


Piala AFF dan Kembalinya Euforia Sepak Bola Indonesia
Setelah kepengurusan baru terbentuk, PSSI langsung fokus mempersiapkan tim untuk Piala AFF 2016. Sebulan sebelum kongres, Riedl sudah melakukan seleksi sebanyak dua tahap yang diikuti 40 pemain untuk kemudian dikerucutkan menjadi 23 pemain untuk berlaga di Piala AFF.
 
Dalam upayanya membentuk skuat yang tangguh, Riedl dibuat pusing dengan kompetisi ISC yang masih berjalan sehingga membuat klub-klub enggan melepas para pemain andalannya.
 
Setelah melakukan berbagai negosiasi, akhirnya diputuskan bahwa Riedl hanya bisa mengambil maksimal dua pemain dari satu klub untuk memperkuat Timnas Indonesia. Keputusan ini tentunya membuat pelatih asal Austria ini kesal. Beberapa kali ia melontarkan kritik terkait kebijakan ini, namun pada akhirnya ia harus menerima keputusan tersebut.
 
Dalam perjalanannya membentuk skuat, Riedl dapat kesempatan untuk melakoni empat laga uji coba. Hasilnya cukup mengejutkan. Di laga perdana pasca lepas dari sanksi FIFA, Timnas Indonesia tampil garang dengan mempermalukan Timnas Malaysia di laga uji coba dengan skor 3-0. Selanjutnya, mereka bermain imbang lawan Kamboja, Vietnam serta kalah dari Vietnam pada pertemuan kedua.
 
Terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi, Riedl akhirnya mendapat 23 pemain yang dianggapnya terbaik untuk bertarung di Piala AFF di mana Indonesia tergabung di Grup neraka bersama dengan tuan rumah Filipina, serta dua penguasa Piala AFF, Singapura dan Thailand yang sama-sama mengoleksi empat trofi juara.
 
Tidak banyak harapan yang digantungkan publik pecinta sepak bola kepada Timnas di Piala AFF. Simpelnya, mereka cukup mengerti jikapun pada akhirnya Timnas gagal di Piala AFF 2016.
 
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Skuat Garuda mampu tampil apik. Meski sempat berada di ujung tanduk usai kalah dari Thailand dan imbang lawan Filipina, Indonesia menunjukkan ketangguhannya dengan menaklukkan Singapura di partai pamungkas penyisihan grup dan mendampingi Thailand lolos ke babak semifinal.
 
Euforia pun kembali membuncah. Pecinta sepak bola Indonesia kembali antusias menyaksikan perjuangan skuat Garuda. Tiket leg pertama babak semifinal yang mempertemukan Indonesia kontra Thailand di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor pun ludes terjual hanya dalam hitungan jam.
 
Pengorbanan para suporter pun tidak sia-sia lantaran Timnas Indonesia sukses menyingkirkan Vietnam dan melaju ke final untuk kali pertama sejak terakhir kali melakukannya pada 2010. Thailand menjadi lawan Indonesia di partai puncak.
 
Menghadapi lawan yang mengalahkan mereka di fase grup, Indonesia sukses menuntaskan dendam dengan menekuk Thailand pada final leg pertama di Pakansari. Gol Rizki Pora dan Hansamu Yama membuka peluang Indonesia untuk mencetak sejarah dengan merebut trofi perdana di Piala AFF.
 
Sayangnya, impian tersebut harus pupus usai Thailand membalikkan keadaan usai menang 2-0 pada leg kedua di Stadion Rajamangala. Indonesia pun harus puas kembali jadi runner-up.
 
Meski gagal, namun, pecinta sepak bola Indonesia tidak lantas kecewa. Mereka justu memberikan apresiasi besar atas aksi heroik para pemain di atas lapangan. Lewat Timnas Indonesia, semangat Bhineka Tunggal Ika yang belakangan mulai pudar di masyarakat, kembali ditumbuhkan.
 
Pemerintah juga tidak menutup mata. Presiden Joko Widodo bahkan menyempatkan diri menyaksikan laga final leg pertama saat melakoni kunjungan kerja ke luar negeri. Sebagai apresiasi, Jokowi memberikan bonus Rp 200 juta untuk masing-masing pemain dan Rp150 juta untuk ofisial tim. Tak hanya itu, Jokowi juga mengundang para penggawa Timnas untuk makan siang bersamanya di Istana Presiden.
 
Perjuangan Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 memang pantas mendapat apresiasi meski gelar juara gagal di bawa pulang. Kini, sudah sepantasnya pihak PSSI dan pemangku kepentingan lainnya, menjadikan momentum ini sebagai ajang kebangkitan sepak bola Indonesia.
 
Mereka harus kompak mencurahkan energi dan pikiran mereka untuk mencari cara bagaimana membuat Timnas yang tangguh, bukan beradu cerdik memperebutkan kekuasaan.
 
Program pembinaan usia dini yang sejatinya jadi fondasi utama menuju suksesnya sebuah tim harus dipersiapkan dengan sangat baik. Apalagi, di tahun 2017 yang akan kita songsong kurang dari satu hari ke depan, Timnas Indonesia sudah ditunggu ajang SEA Games yang digelar di Malaysia. Selamat bekerja..
 
Video: Kilas Balik Rekor-Rekor dan Peristiwa Fenomenal Sepanjang 2016

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ACF)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif