Pengemudi Taksi Blue Bird menunggu penumpang di Jakarta. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Pengemudi Taksi Blue Bird menunggu penumpang di Jakarta. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Pertaruhan Reputasi Burung Biru

Medcom Files blue bird
Sobih AW Adnan • 28 Maret 2016 17:48
medcom.id, Jakarta: Kemacetan parah terjadi pada ruas-ruas jalan utama di Jakarta karena ribuan orang berunjuk rasa pada Selasa 22 Maret 2016. Ini merupakan demonstrasi lanjutan para sopir taksi setelah pada pekan sebelumnya mereka beramai-ramai turun ke jalan memprotes kehadiran layanan angkutan berbasis aplikasi. Peristiwa ini menorehkan catatan buruk dalam sejarah perusahaan angkutan umum di Indonesia.
 
Ribuan massa yang tergabung dalam Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) dan Forum Komunikasi Masyarakat Penyelenggara Angkutan Umum (FK-MPAU) itu melumpuhkan arus lalu lintas di ruas jalan Kuningan arah Semanggi, Jalan Gatot Subroto, juga tol dalam kota arah Bandara Soekarno-Hatta. Sebagian besar mereka para sopir taksi. Turut pula para sopir bus, angkot, dan bajaj. Ini menambah keramaian massa pengunjuk rasa.
 
Kepolisian pada Selasa pagi itu pukul 08.07 WIB sudah menganjurkan warga Jakarta agar tidak menempuh jalur yang menjadi konsentrasi massa demonstrasi. “Hindari Jl.Gatot Subroto Pancoran arah Tomang imbas pengunjuk aksi penyampaian pendapat dari taksi lalin padat,” imbau petugas melalui akun Twitter @TMCPoldaMetroJaya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
Berbeda dengan aksi yang dilakukan pekan sebelumnya, Senin 14 Maret 2016, yang berlangsung tertib dan damai. Kali ini pengunjuk rasa tampil lebih beringas. Sejak pagi mereka memberhentikan taksi-taksi lainnya di tengah jalan, memaksa rekan-rekannya sesama sopir taksi untuk tidak bekerja menarik penumpang dan mengajak ikut berdemonstrasi. Beberapa di antaranya diwarnai aksi kekerasan dan perusakan. Kemudian memicu bentrokan dengan pengemudi angkutan lainnya sehingga sempat timbul kericuhan di sejumlah lokasi Ibu Kota. Massa demonstran membubarkan diri pada sore hari menjelang magrib. Terik matahari yang menyengat pada hari itu seakan memanaskan suasana unjuk rasa. Provokasi yang belakangan diketahui dilakukan beberapa oknum sopir taksi melalui media sosial, membuahkan aksi penyampaian aspirasi ini berlangsung ricuh, bahkan anarkistis.
 
Menjelang siang, puluhan pendemo yang dikomandoi para sopir taksi melakukan penyisiran dan menghentikan rekan seprofesinya yang dipergoki tak ikut aksi dan tetap mengantarkan penumpang. Dari aksi setop menyetop, ancam mengancam, puncaknya adalah bentrokan hebat meletus antara para pendemo dan para pengemudi jasa angkutan ojek online.
 
Aksi demonstrasi yang berlangsung hampir seharian ini pada akhirnya dibayar dengan banyak kerugian. Puluhan taksi milik Blue Bird hancur, beberapa sopir taksi dan pengendara ojek berbasis aplikasi luka-luka, ratusan bahkan ribuan calon penumpang telantar, beberapa lintasan bus Transjakarta terputus. Kemacetan yang mengular di mana-mana semakin menyumbang beban dan stres pengguna jalan Ibu Kota.
 
“Seluruh rangkaian kejadian ini sesungguhnya dimulai dari upaya awak kami yang ingin sampaikan aspirasi kami soal penegakan aturan,” ujar Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Haryono usai menggelar pertemuan di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Selasa malam (22/3/2016).
 
Polda Metro Jaya menetapkan 35 tersangka terkait unjuk rasa sopir taksi yang berujung ricuh. Salah satu tersangka termasuk sopir Blue Bird FY, 31, yang ditangkap Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. Sebelumnya,
polisi menangkap 83 orang yang diduga terlibat dalam kerusuhan.
 
Baca: Provokasi Demo Angkutan Melalui Facebook, Sopir Taksi Ditangkap
 
Tentu ragam pertanyaan boleh muncul. Mulai dari tentang siapa dalang di balik kericuhan, sejauh mana tanggung jawab para pemilik modal dan manajemen perusahaan, juga bagaimana sikap dan tindakan tegas pemerintah menyikapi persoalan yang ada. Inilah salah satu potret paling akhir di sepanjang hiruk pikuk pertarungan perusahaan operator transportasi dan penyedia layanan angkutan berbasis aplikasi pemasaran digital sekarang ini.
 
Reputasi anjlok
 
Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. PT Blue Bird Tbk selaku perusahaan taksi turut mengalami kerugian atas peristiwa ini. Tak hanya puluhan unit mobil armadanya rusak, tapi operator taksi berlogo burung biru ini juga harus merasakan pamornya merosot di mata masyarakat.
 
Blue Bird dituding sengaja membiarkan pengemudinya terlibat dalam aksi unjuk rasa yang anarkistis. Anggapan keterlibatan Blue Bird di belakang kericuhan itu menjadi perbincangan masyarakat di jejaring media sosial dengan isu #BoikotTaksi.
 
Tak pelak lagi, unjuk rasa Selasa itu menghancurkan reputasi Blue Bird sebagai perusahaan taksi terkemuka dengan pelayanan yang berkelas. Perusahaan taksi yang didirikan keluarga Djokosetono sejak 1972 ini tampaknya harus memungut kembali kepercayaan dari masyarakat.
 
Padahal, lebih dari 25 tahun pendiri perusahaan ini membangun brand produk jasanya sebagai layanan taksi yang handal, terpercaya, ramah, aman, dan nyaman.
Rumor berlanjut dengan beredarnya sebuah video pengakuan seorang yang diduga sopir Blue Bird. Video yang beredar di media sosial pasca kericuhan memaparkan adanya keterlibatan pihak manajemen dalam aksi demonstrasi, bahkan Blue Bird juga disebut mendanai ongkos para sopir untuk berdemo.
 
“Iya, dikasih makan siang, dikasih ongkos,” kata terduga sopir Blue Bird dalam video berdurasi 2 menit 34 detik tersebut.
 
Elit perusahaan Blue Bird ditengarai telah ambil langkah keliru dengan membiarkan sopir-sopir taksinya beraksi turun ke jalan, memprotes kehadiran pesaing baru yang merebut penumpang mereka, hingga berujung ricuh dan bentrokan. Blue Bird dinilai tak bisa mengelola perubahan menghadapi persaingan di era revolusi digital.
 
Padahal, menelaah kinerja perusahaan, Blue Bird sebenarnya sudah membukukan peningkatan pendapatan. Laba bersih Rp625 miliar (9 bulan 2015) atau naik 16 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi terbesar datang dari taksi reguler dan eksekutif (87,4 persen). Akhir 2014, total laba bersihnya tercatat Rp735,11 miliar atau naik 3,8 persen dari tahun 2013 (Rp707,53 miliar). Jadi, perusahaan ini sebenarnya sudah sangat untung.
 
Meski Blue Bird menyatakan angkutan umum berbasis aplikasi daring sebagai suatu tantangan. Tetapi, Blue Bird dianggap terlampau panik menghadapi kenyataan tren penurunan penumpang sehingga langkahnya untuk memenangkan persaingan menjadi amat tidak bijaksana. Memprotes dan mengusulkan penutupan layanan aplikasi angkutan seperti Grab dan Uber jelas bukan solusi elegan bagi raksasa transportasi seperti Blue Bird yang sudah pengalaman lebih dari 25 tahun di Indonesia. Perubahan tak bisa dilawan dengan emosi.
 
"Persaingan mempengaruhi cara kerja kami, tapi tidak dengan keuangan kami," ujar CEO Blue Bird saat melaporkan menjelaskan kinerja bisnisnya di Bursa Efek Indonesia, Kamis 5 November 2015.
 
Sementara, di lapangan terlihat bagaimana sopir-sopir taksi itu belum sejahtera hidupnya. Sekarang, sopir-sopir itu berunjuk rasa demi perbaikan nasibnya. Para elit perusahaan ini tak sadar, bahwa sopir-sopir taksi ini juga teriak agar laba bersih perusahaannya terus naik.
 
Tudingan demi tudingan dibantah pihak Blue Bird. Tidak hanya melalui pernyataan resmi, Blue Bird juga berusaha membuktikan aksi simpati atas ketidaknyamanan yang diberikan melalui program angkutan gratis sehari setelah kericuhan.
 
“Tidak ada pemberian ongkos untuk demonstrasi. Tidak ada itu. Jelas-jelas Blue Bird mengeluarkan surat larangan berdemo. Sepanjang sejarahnya, Blue Bird komitmen untuk tidak merugikan siapapun. Terlebih stakeholder dan konsumen. Inisiasi gratis berasal dari manajemen sebagai iktikad baik dan permintaan maaf kepada pelanggan karena mungkin kemarin tidak bisa terlayani dengan baik,” papar Kepala Humas PT Blue Bird Tbk Teguh Wijayanto kepada medcom.id, Rabu (23/3/2016).
 
Menurut Teguh, segala tudingan yang sedang menimpa manajemen perusahaan merupakan bagian dari tantangan. Ia sendiri bahkan mengaku tidak menduga akan terjadi demonstrasi besar-besaran dan berujung pada tindakan kekerasan.
 
“Kami tidak tahu menahu rencana demonstrasi. Tapi penyampaian aspirasi di luar aksi kericuhan kemarin kami anggap wajar, karena sopir taksi merasa tidak mendapatkan keadilan di saat berhadapan dengan cara bisnis taksi online, “ kata Teguh.
 
Sebagai konsekuensi atas peristiwa tersebut Blue Bird mengaku akan terus melakukan perbaikan layanan dan melakukan investigasi dan pemberian sanksi kepada sopir yang diketahui sebagai pelaku aksi brutal tersebut. Namun di sisi lain, pihaknya tetap mendorong pentingnya ketegasan pemerintah dalam melahirkan payung hukum yang sama baik bagi taksi konvensional maupun daring.
 
“Yang penting untuk kami dorong adalah jalan keluar dari pertentangan ini. Pemerintah harus adil. Kami punya izin, harus memenuhi tanggung jawab pajak dan lainnya, sementara mereka (taksi online) masa dibiarkan?,” ujar dia.
 
Taksi online yang digawangi Uber dan Grab banyak dianggap sebagai pola bisnis sharing economy yang mulai menggejala di berbagai belahan dunia. Pola baru ini telah merangsek ke berbagai sendi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk transportasi. Namun Blue Bird tetap menyatakan bahwa pola apapun yang dipakai tetap saja harus dijalankan di bawah prinsip hukum yang sama, yakni peraturan dan undang-undang mengenai perusahaan operator taksi.
 
“Kami sebenarnya siap bersaing. Asal adil. Asal dipayungi hukum yang sama, yang setara. Soal teknologi jangan didewa-dewakan lah. Kan kami juga sudah memakai aplikasi untuk pemesanan sejak 2011. Tapi tetap bayar pajak,” kata Teguh.
 
Sejauh ini Blue Bird menyatakan akan tetap konsisten sebagai perusahaan taksi yang menjalankan bisnisnya dengan memanfaatkan empat akses calon penumpang sebagaimana tidak dimiliki oleh penyedia aplikasi taksi online. Yakni dengan cara menyetop langsung, melalui telepon, pengadaan outlet, dan aplikasi. Menurut Teguh, pola apapun yang dipakai, yang terpenting adalah pelayanan.
 
Channel yang dipakai konsumen 40 persen berada di teknis manual (menyetop secara langsung). Konsistensi kami di pola ini banyak yang menganggap kekeliruan dalam menghadapi kehidupan serba digital. Tidak apa-apa, yang penting bagi kami adalah melakukan pelayanan yang terbaik bagi konsumen,” ujar Teguh.
 
Menurut Teguh, keberadaan taksi daring sekarang ini hanya merupakan gejolak dan tantangan bisnis yang sering dihadapi perusahaan-perusahan. Blue Bird, menurutnya, tetap akan berusaha menjadi yang terbaik.
 
“Kita tidak akan ikut-ikutan mengubah pola. Itu kan hanya musim-musiman,” kata dia.
 
Percuma gratis
 
Nasib apes Blue Bird berdampak di pasar bursa. Di saat aksi demonstrasi yang berujung kericuhan itu berlangsung, saham BIRD terkoreksi 1,95% sebesar 125 poin ke level Rp6.275 per lembar. Kemerosotan dari level Rp6.400 per lembar ini terus terjadi hingga penutupan pasar di PT Bursa Efek Indonesia.
 
Baca: Supir Taksi Demo, Saham Blue Bird Anjlok
 
Menanggapi anjloknya saham Blue Bird sejak terjadinya kericuhan aksi unjuk rasa, manajemen perusahaan justru membantah hal tersebut berkait paut dengan aksi protes para sopir terhadap pemerintah terkait adanya penyedia layanan taksi berbasis aplikasi. Blue Bird menganggap pergerakan saham masih di batas kewajaran. Hal ini, menurut Teguh, biasa terjadi di lantai bursa.
 
“Frekuensi saham Blue Bird masih dalam batas kewajaran dan tidak mengkhawatirkan. Kami kira itu tidak terkait langsung dengan polemik kemarin. Karena penurunan dan kenaikannya tidak terlalu signifikan, masih dalam tradisi pergerakan bursa saham yang normal,” ujar Teguh.
 
Blue Bird optimistis, dengan adanya iktikad baik dari perusahaan melalui pelaksanaan program angkutan gratis kepercayaan masyarakat akan kembali meningkat. “Dan ini akan membawa saham Blue Bird pada posisi semula,” kata Teguh.
 
Sayangnya, masyarakat diwakili aktivitas mereka melalui media sosial masih banyak yang menyangsikan kembalinya Blue Bird sebagai layanan taksi terpercaya, aman, dan nyaman. Tak lama sejak kebijakan gratis dari manajemen terbit, netizen menyambut langkah ini dengan tanda pagar #PercumaGratis. Banyak juga keluhan terhadap Blue Bird terkait layanan gratis ini. Antara lain seperti terekam dalam pemberitaan Rabu atau sehari setelah aksi unjuk rasa tersebut. Baca: Cerita Warga Memburu Blue Bird Gratis
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ADM)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan