Ilustrasi: Medcom/Mohammad Rizal
Ilustrasi: Medcom/Mohammad Rizal

Diberi Teori, Praktik Sendiri

Medcom Files meratapi ok oce
Lis Pratiwi • 16 Januari 2018 15:48
Jakarta: Sri Wahyuni tampak fokus memperhatikan narasumber yang tengah menjelaskan materi di salah satu ruangan gedung A kantor Walikota Jakarta Pusat, Kamis, 11 Januari 2018. Dia merupakan peserta pelatihan wirausaha yang diselenggarakan oleh salah satu komunitas penggerak OK OCE, Jakarta Berdaya.
 
Selain Yuni, ruangan bercat kuning tersebut dipadati puluhan peserta yang mendengarkan pemaparan tentang cara meningkatkan penjualan melalui iklan di Facebook. Narasumbernya adalah seorang praktisi Facebook Ads, Kuntjoro.
 
Melalui layar proyektor dan papan tulis kecil, Kuntjoro menjabarkan materi yang telah disiapkan. Sistem pengajarannya satu arah, tidak interaktif.

Beberapa peserta tampak mencatat informasi yang disampaikan, atau memfoto materi di layar. Ada yang terkantuk, ada pula yang sibuk dengan gawainya.


Usai pemaparan, Kuntjoro mulai bertanya kepada para peserta; apakah bisa dipahami? “Bingung...,” serentak dijawab.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
Menurut Yuni, dalam pelatihan tersebut dia turut mencatat materi yang disampaikan. Namun, begitu tiba di rumah dia kesulitan mempraktikannya. “Mungkin karena usia,” kata pemilik usaha rumahan nasi ayam bakar ini.
 
Jakarta Berdaya mengadakan pelatihan rutin setiap hari kamis di lokasi yang berbeda. Pelatihan ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya, namun mentoring yang dilakukan hanya berupa pemberian teori.
 
Bagi peserta yang kurang paham, bisa bertanya melalui grup pesan instan yang sudah disiapkan. Kalau mau lebih jelas lagi, bisa belajar praktik bersama pelatih tersebut, tapi ada biayanya.
 
Coach Kuntjoro misalnya, menawarkan membuka kelas praktik membuat Facebook Ads dan website dengan biaya Rp 1,5 hingga Rp 3 juta untuk beberapa jam. Sementara pelatih lainnya ada yang menawarkan belajar bisnis online dengan biaya Rp 700 ribu hingga Rp 4,5 juta selama setahun - dengan pertemuan satu hingga dua minggu sekali.
 

Diberi Teori, Praktik Sendiri
Sejumlah pemilik usaha kecil mengikuti pelatihan OK OCE versi komunitas di kantor Walikota Jakarta Pusat, Kamis, 11 Januari 2018. (Medcom/Lis)
 

Dua model pelatihan
 
Ketua Perkumpulan Gerakan OK OCE (PGO) Faransyah Agung Jaya mengatakan, terdapat dua jenis pelatihan OK OCE. Pertama, pelatihan resmi yang diadakan oleh Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Serta Perdagangan (KUMKMP). Kedua, pelatihan yang diadakan oleh komunitas penggerak, salah satunya adalah Jakarta Berdaya.
 
Faran menjabarkan pelatihan dari pemprov lebih terstruktur, karena dibiayai APBD. Peserta juga diberikan fotokopi materi dan konsumsi. Narasumber pun mendapat bayaran.
 
Rencananya, pelatihan OKE OCE dilakukan serentak di 44 kecamatan dengan masing-masing 50 peserta. Namun, pelatihan ini baru diadakan satu kali pada Desember 2017.
 
Sementara itu, pelatihan yang dilakukan oleh komunitas penggerak dilakukan secara sukarela dan telah berlangsung sejak masa kampanye.
 
Berdasarkan situs resmi perkumpulan gerakan OKE OCE - okeoce.me, tercatat ada 17 komunitas penggerak yang telah bergabung. Faran mengklaim, saat ini pesertanya telah melebihi 27 ribu orang.
 
Konsep pelatihan keduanya, baik pemprov maupun komunitas penggerak, tak jauh berbeda. Intinya, kata Faran, pembentukan dua jenis pelatihan ini untuk antisipasi lonjakan peserta. Pasalnya, peserta yang ditampung pemprov terbatas jumlah dan waktunya- hanya 2.200 peserta setiap kegiatan.
 
Melalui program OKE OCE, Anies-Sandi optimistis bisa menciptakan 200 ribu pengusaha baru di Jakarta dalam lima tahun, atau 40 ribu setiap tahunnya.
 
Pula Faran, meyakini angka tersebut bisa tercapai dari segi pendaftar. Meski dia sadar tidak semua peserta akan menjadi pengusaha baru.
 
“Yang saya khawatirkan adalah yang mendaftar lebih dari 40 ribu (per tahun). Kalau konsep OK OCE adalah anggaran berarti akan terbatas, mau tidak mau harus menunggu tahun depan. Jadi nanti kita ajak warga mau ikut pelatihan pemprov atau penggerak,” ungkapnya saat dihubungi, Kamis, 11 Januari 2018.
 

Diberi Teori, Praktik Sendiri
 

Dikritik DPRD
 
Pola pelatihan OK OCE mendapat kritik dari anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Nur Afni Sajim. Dia mengaku pernah mendatangi pelatihan yang diadakan Pemprov di beberapa kecamatan di Jakarta Barat. Menurutnya, pelatihan tersebut aneh karena hanya memberikan pelatihan secara lisan tanpa praktik.
 
"Saya bingung, ini aneh, ini pelatihan paling aneh yang pernah saya datangi. Ini pelatihan cuap-cuap. Saya kontrol betul di Jakarta Barat," ujar Afni saat rapat di Gedung DPRD DKI, Selasa, 9 Januari 2018.
 
Komentar Afni memang dialamatkan kepada pelatihan yang dilakukan pemprov. Namun, skema pemberian teori tanpa praktik yang dilakukan komunitas penggerak juga tak jauh berbeda. Istilah politikus Demokrat itu, hanya “cuap-cuap”.
 
Afni menambahkan pelatihan yang diselenggaran serentak di kecamatan juga belum siap. Peserta direkrut secara asal oleh Lurah. Akibatnya, banyak peserta yang tidak mengerti materi yang disampaikan. Pelatihan yang terkesan dipaksakan itu, kata Afni, memalukan.
 
Tidak adanya lokasi sementara (loksem) dan lokasi binaan (lokbin) membuat keberhasilan peserta diragukan.
 
Afni pun membandingkan pelatihan tersebut dengan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Energi (PE) serta Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) yang melengkapi teori dengan praktik.
 

Diberi Teori, Praktik Sendiri
Nur Afni Sajim, politisi Partai Demokrat - anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta. (ANTARA)
 

Menghadapi kritik tersebut, Kepala Dinas KUMKMP Irwandi, mengakui bahwa pelatihan yang dilakukan pihaknya memang hanya pelatihan lisan.
 
"Pelatihan teknis ada di Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Tenaga Kerja. Kalau di dinas kami, ya, cuap-cuap, memberikan motivasi bagaimana orang bisa berdagang, bagaimana orang bisa berusaha, bagaimana jadi pengusaha, pasti ada cuap-cuap," kata Irwandi.
 
Wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menanggapinya dengan santai. Pelatihan, kata Sandi, memang bertujuan untuk memberikan contoh dan motivasi bagi para calon pengusaha dan pengusaha baru. Oleh karena itu, kata-kata menjadi bagian penting dalam kegiatan tersebut.
 
“Kalau program cuap-cuap, ya pelatihan itu memang seperti itu ya. Ya harus cuap, masa diam saja, enggak bercuap. Ini setiap kali saya buka mulut, namanya cuap," gurau Sandi sambil beberapa kali mengatupkan bibirnya, Selasa, 9 Januari 2018.
 
Sementara itu, Faran memberi pembelaan bahwa ada kemungkinan kesalahan persepsi bahwa “cuap-cuap” yang dimaksud Afni bukan pelatihan, melainkan sosialisasi yang berlangsung satu jam sebelum pelatihan dimulai.
 
“Kemungkinan yang saya tangkap Bu Afni tidak melihat sampai selesai (pelatihannya). Tapi saya perlu konfirmasi lagi apakah (maksud cuap-cuap) itu pelatihan sesungguhnya atau hanya sosialisasinya,” tambah Faran.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(COK)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan