Bavit Margo Utomo, Ketua Kelompok Tani Margomulyo Dusun Cancangan, saat menyampaikan perkiraan hasil panen disela prosesi wiwitan. (Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)
Bavit Margo Utomo, Ketua Kelompok Tani Margomulyo Dusun Cancangan, saat menyampaikan perkiraan hasil panen disela prosesi wiwitan. (Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)

Tradisi Wiwitan di Cancangan

Rona tradisi wiwitan
Arthurio Oktavianus Arthadiputra • 23 Desember 2019 08:00
Yogyakarta: Satu tradisi Jawa yang masih dilakukan oleh penduduknya di Yogyakarta adalah tradisi wiwitan. Tradisi ini dilaksanakan sebelum panen padi, seperti yang dilakukan oleh penduduk Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman.
 
Wiwitan dilakukan oleh warga Dusun Cancangan mulai pukul 06.00 WIB, Minggu, 22 Desember 2019, di area persawahan warga yang akan dipanen. Memakai surjan, jarik, blankon dan ikat kepala, warga duduk beralaskan tikar untuk mengikuti prosesi.
 
Disebut sebagai wiwitan, karena arti kata “wiwit” adalah “mulai”. Dalam prosesi ini, maksud dari “mulai” tersebut adalah memotong padi sebelum panen dilakukan warga.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Secara makna, prosesi wiwitan merupakan bentuk terima kasih dan rasa syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep (saudara manusia), dan Dewi Sri yang dipercaya menumbuhkan padi sebelum panen. Bumi sebagai sedulur sikep bagi orang Jawa, haruslah dihormati dan dijaga kelestariannya untuk kehidupan. 
 
Tradisi Wiwitan di Cancangan
(Ipang BIP dan istri bersama warga Dusun Cancangan saat menyantap menu tradisional wiwitan. Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)
 
Prosesi wiwitan dipimpin oleh Mbah Kaum (orang yang tertua di dusun), yang memulai prosesi dengan berdoa dan dilanjutkan dengan memotong padi di sawah yang akan dipanen. Setelah itu, dilakukan makan bersama dengan hidangan menu tradisional.
 
Hidangan tersebut berupa nasi gurih, ayam kampung masak ingkung, megono (berbahan dasar nangka), tempe dan tahu bacem, sayur trancam, kerupuk, rempeyek, telur rebus, beberapa jajanan pasar seperti pulut dan buah-buahan seperti pisang dan salak.
 
Menu ini pula yang diambil sedikit-sedikit dan disimpan dalam bungkus daun pisang, yang ditaruh di sawah setelah memotong padi dilakukan. 
 
Ada pula perlengkapan prosesi wiwitan seperti kendi berisi air, tembakau, bunga-bunga seperti mawar dan kebak, ani-ani (alat untuk memotong padi), kemenyan dan kain jarik. 
 
Menurut Mbah Mbono, padi yang sudah dipotong itu kemudian dibungkus dengan daun pisang yang diibaratkan sebagai pakaian, dan helaian daun padi dianyam dengan rapi. Kemudian dibawa ke rumah dengan cara disimpan dalam kain jarik dan digendong. 
 
Tradisi Wiwitan di Cancangan
(Warga Dusun Cancangan mengenakan pakaian tradisional saat mengikuti prosesi wiwitan. Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)
 
“Beberapa makna, kalau kembang itu harum menyimbolkan kebaikan. Pulut itu sebagai simbol keeratan yang melekat antar penduduk. Kebak itu simbol kepenuhan atau panen yang melimpah,” katanya.
 
Ani Martanti, Ketua Komisi A di DPRD Kabupaten Sleman, mengatakan harapan ke depan adalah kegiatan seperti prosesi wiwitan ini bisa menjadi destinasi wisata yang dapat dikemas untuk meningkatkan perekonomian warga selain dari pertanian.

Menjaga budaya

Prosesi wiwitan di Dusun Cancangan turut diikuti oleh musisi Irfan Lazuardy atau yang lebih dikenal sebagai Ipang BIP. Ia mengatakan bahwa mengikuti prosesi wiwitan ini merupakan sebuah pengalaman dan pelajaran baru bagi dirinya. 
 
“Jujur saya sangat senang. Ini seperti kesempatan untuk belajar lagi tentang alam. Paling penting adalah saya agak sedikit khawatir tentang budaya. Tapi di sini saya lihat konten budayanya sangat kuat,” ujar vokalis BIP.
 
Ipang yang memiliki garis keturunan Jawa mengaku selama ini tidak mengetahui apa itu prosesi wiwitan. Sehingga, saat ikut serta dalam prosesi wiwitan, bisa sedikit mengurangi rasa penyesalan akan hal itu. 
 
“Saya berharap di generasi saya dan ke bawah, bisa menularkan lebih banyak orang lagi yang peduli menjaga budaya dan cara-cara kita menghargai sumber makanannya sendiri,” katanya.
 
Tradisi Wiwitan di Cancangan
(Prosesi wiwitan dilakukan di area persawahan di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)

Padi melimpah

Penduduk Dusun Cancangan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Memiliki sumber air, warga sangat dimungkinkan memperoleh padi yang melimpah. Selain itu, warga daerah ini mulai meninggalkan penggunaan pupuk pestisida di sawahnya.
 
Bavit Margo Utomo, Ketua Kelompok Tani Margomulyo Dusun Cancangan, mengatakan warga Dusun Cancangan menggunakan pupuk agen hayati, sehingga lebih nyaman saat dikonsumsi dan aman bagi ekosistem.
 
“Rata-rata hasil panen yang sudah diperkirakan kali ini adalah 9,57 ton per hektar. Tertinggi adalah 10,88 ton per hektar,” tuturnya, saat menyampaikan hasil ubinan (perhitungan perkiraan) yang dilakukan sehari sebelumnya.
 
Menurut Bavit, peran serta keberadaan Pusat Studi dan Konservasi Serak Jawa (Tyto alba) di dekat areal persawahan, turut membantu petani untuk membasmi hama tikus yang meresahkan warga setempat. Pusat studi dan konservasi ini dikelola oleh Raptor Club Indonesia (RCI).
 
Lim Wen Sin, Wakil Ketua RCI, mengatakan bahwa Serak Jawa hanyalah satu dari sekian banyak kekayaan pengetahuan dari alam terkait pertanian yang patut dipertahankan dan dijaga, untuk diteruskan kepada generasi berikutnya.
 
“Peran serta warga, terutama pemuda Dusun Cancangan patut dibanggakan. Tidak semua pemuda memiliki kepedulian terkait pertanian,” katanya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


TERKAIT
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif