Menurut Direktur Pusat Warisan Dunia UNESCO, Mechtild Rossler, percepatan kerusakan tersebut mulai terlihat pada 2014 hingga 2017. Khususnya disebabkan oleh aktivitas manusia melalui emisi gas dan efek rumah kaca.
"Jika ini terus terjadi, saya khawatir situs tersebut lambat-laun bakal kehilangan nilai. Bahkan bisa jadi hilang sama-sekali," kata Rossler seperti dikutip CNN.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Rossler mencontohkan Ilulissat Icefjord, di Greenland. Situs warisan dunia yang tersohor karena gletser Sermeq Kujalleqini itu mulai kehilangan kemegahannya. lantaran mulai mencair yang langsung bisa disaksikan khalayak.
Bahkan, Icefjord kini telah bersalin rupa. Oleh Pemerintah Greenland, Icefjord saat ini dijadikan sebuah tempat untuk menyaksikan fenomena perubahan iklim yang paling mudah ditangkap mata telanjang.
"Secara virtual setiap situs warisan dunia memiliki tingkat ancaman dari perubahan iklim," ungkapnya.
Wakil Direktur Program Iklim dan Energi di Union of Concerned Scientists, Adam Markham pun mengamini. Dia bilang, beberapa lokasi yang memiliki situs warisan dunia bahkan sedang mengalami ancaman kerusakan akibat pemanasan global dan perubahan iklim ekstrem.Baca juga: Menjajal Cita Rasa Pho di Ibu Kota Vietnam
Misalnya, yang baru-baru ini dilaporkan Environment Programme Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO dan Union of Concerned Scientists. Hasil laporan itu menunjukkan bahwa Taman Nasional Yellowstone di AS, mengalami musim dingin yang lebih pendek serta mengalami salju yang lebih sedikit.
Bukan hanya itu, suhu air sungai Yellowstone berubah. Menjadi lebih hangat, disusul menyusutnya danau dan lahan basah di sana. Berikut sering terjadinya kebakaran hutan di lokasi tersebut.
"Kami memperkirakan setengah dari ekosistem lahan basah Yellowstone bisa hilang karena pemanasan global. Sementara kebakaran menyebabkan hutan lebatnya menjadi hutan terbuka seiring waktu," kata Markham menjelaskan.
Selain itu, peristiwa yang juga juga baru-baru ini terjadi adalah El Nino yang menyebabkan memanasnya air di sekitar Kepulauan Galapagos, di lepas pantai Ekuador. Hal ini bahkan sampai mengganggu pasokan makanan yang menjadi tumpuan kehidupan spesies di Galapagos.

Amerika Serikat juga merasakan dampak pemanasan global. Yellowstone, taman nasional pertama di dunia, mengalami musim dingin yang lebih pendek dengan lebih sedikit salju. (Foto: CNN Travel)
Solusi?
Meski begitu, menurut Rossler, masih ada cara yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan situs warisan dunia dari ancaman perubahan iklim dan pemanasan global. Salah satunya dengan mengembangkan indeks kerentanan iklim di setiap negara."Dengan cara ini akan memungkinkan negara-negara yang mengelola situs-situs warisan bisa lebih memahami, memantau, dan mengatasi risiko perubahan iklim," ujarnya.
Dia mencontohkan situs warisan UNESCO Serra de Tramuntana di Spanyol. Pemerintah setempat telah berhasil menghidupkan kembali sistem pengairan tradisional yang sempat rusak di lokasi tersebut.
"Jika sebuah situs dikelola dengan baik, peluangnya juga akan semakin tinggi dalam mengatasi perubahan iklim menjadi lebih baik," tandas Rossler.
Wisata Kreasi Wayang Suket
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)