Melansir BBC, Sabtu, 21 Juni 2025, peringatan ini datang dari laporan terbaru yang menilai kondisi bumi dan menunjukkan bahwa target Perjanjian Paris 2015 untuk menahan suhu global di bawah 1,5°C kian sulit dicapai.
"Segala sesuatunya bergerak ke arah yang salah," ujar Direktur Priestley Centre for Climate Futures, Universitas Leeds, Prof Piers Forster.
Emisi tinggi, waktu semakin menipis
Para ilmuwan menghitung bahwa pada awal 2025, anggaran karbon global yang tersisa hanya 130 miliar ton CO2. Dengan emisi tahunan saat ini mencapai 40 miliar ton, waktu tersisa hanya tiga tahun sebelum ambang batas itu habis.“Kami melihat perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan juga melihat pemanasan Bumi dan kenaikan permukaan laut yang semakin cepat,” tambah Forster.
Baca juga: Nemo Menyusut! Ikan Badut Jadi Alarm Bahaya Panasnya Lautan |
Pemanasan yang tak pernah terjadi sebelumnya
Tahun lalu adalah kali pertama suhu udara global rata-rata melebihi 1,5°C dibandingkan suhu akhir abad ke-19. Meski belum dianggap pelanggaran resmi terhadap Perjanjian Paris, angka ini menunjukkan arah yang mengkhawatirkan.Prof Joeri Rogelj dari Imperial College London memperingatkan, "Untuk kenaikan suhu yang lebih besar dari 1,5°C, semakin kecil kemungkinan bahwa penyerapan CO2 akan sepenuhnya membalikkan pemanasan yang disebabkan oleh emisi saat ini."
Lautan panas dan permukaan meninggi
Salah satu temuan paling mencolok adalah peningkatan drastis dalam penyerapan panas oleh sistem iklim bumi, terutama oleh lautan. Sekitar 90 persen panas ekstra dari ketidakseimbangan energi bumi terserap oleh laut, menyebabkan kenaikan permukaan air yang kini dua kali lipat lebih cepat dibanding tahun 1990-an."Itu angka yang sangat besar, angka yang sangat mengkhawatirkan dalam periode yang begitu singkat," kata Dr Matthew Palmer dari UK Met Office dan University of Bristol.
Meskipun gambaran besar terlihat suram, laporan ini juga menunjukkan secercah harapan. Teknologi bersih mulai banyak diadopsi, dan pertumbuhan emisi global menunjukkan tanda-tanda melambat.
"Pengurangan emisi dalam dekade mendatang dapat secara kritis mengubah laju pemanasan," ujar Prof Rogelj. "Setiap fraksi pemanasan yang dapat kita hindari akan menghasilkan kerusakan dan penderitaan yang lebih sedikit bagi populasi miskin dan rentan,"
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News