"Menurut studi, stres menjadi salah satu faktor risiko munculnya kondisi ini," ujar dr. Arini Astasari Widodo, SpKK, kepada Medcom.id.
Selain karena faktor stres, kondisi kulit kepala seseorang bisa mengalami kerusakan yang parah seperti itu juga bisa disebabkan oleh faktor keluarga. Umumnya, kata dr. Arini, penderita alopecia areata memiliki predisposisi genetic terhadap penyakit tersebut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kejadian alopecia memiliki korelasi tinggi dengan adanya riwayat keluarga yang menderita keadaan yang sama," tuturnya.
Namun, siapapun bisa terserang penyakit ini. Antara perempuan maupun laki-laki, keduanya setara memiliki kemungkinan. Juga bisa terjadi pada usia berapapun, baik anak-anak, usia dewasa, bahkan orang lanjut usia sekalipun.
"Dapat terjadi pada usia berapapun, tapi pada usia muda lebih sering ditemukan. Alopecia areata merupakan bentuk alopecia yang paling sering ditemukan pada anak-anak," papar dr. Arini.
Lantaran merupakan penyakit autoimun yang menyerang folikel rambut, pengidapnya memiliki permasalahan pada sistem imunitas tubuh. Dengan kata lain, sistem imun tidak berfungsi dengan tepat dalam melindungi tubuh dari bakteri dan virus.
Penyakit ini dapat terjadi bersamaan dengan penyakit autoimun lain, seperti penyakit tiroiditis hashimoto dan vitiligo. Kondisi terburuknya, kulit rambut terus mengalami kerusakan sehingga rambut mengalami kebotakan dalam jangka waktu tidak menentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)
