Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Deasy Erika, dalam peluncuran kampanye terbaru Jointfit, di Auditorium 1 CGV Pacific Place, Jakarta--Medcom.id/Dhaifurrakhman Abas,.
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Deasy Erika, dalam peluncuran kampanye terbaru Jointfit, di Auditorium 1 CGV Pacific Place, Jakarta--Medcom.id/Dhaifurrakhman Abas,.

Radang Sendi Mengincar Usia Produktif

Rona radang sendi
Dhaifurrakhman Abas • 03 Agustus 2019 07:07
Penyakit radang sendi mengincar orang dengan usia produktif. Sekarang trennya penderita radang sendi umumnya berusia 30 tahunan.
 

Jakarta: Penyakit radang sendi dulunya kerap dikaitkan dengan faktor usia. Namun saat ini, radang sendi telah mengincar orang dengan usia produktif. 
 
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit sendi di Indonesia cukup tinggi. Totalnya mencapai 7,3 persen yang paling umum ialah osteoarthritis (OA). 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Dulu pasien penyakit ini beriksar di usia 60 tahunan. Kemudian bergeser ke 50 tahunan. Sekarang trennya sudah pada umur 30 tahunan," kata Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Deasy Erika, dalam peluncuran kampanye terbaru Jointfit, di Auditorium 1 CGV Pacific Place, Jakarta.
 
Meski dikenal dengan penyakit degenerative, namun OA telah terjadi pada masyarakat dengan rentang usia 15-24 tahun dengan prevalensi 1,3 persen. Sementara prevalensi penderita OA di usia 24-35 tahun meningkat di angka 3,1 persen.
 
“Pasien saya, OA termudanya, yang berlatar belakang atlet berusia 25 tahun, karena memang atlet risikonya cukup besar. Pasien yang bukan atlet paling muda berusia 35 tahun,” sambung dia.
 
Deasy mengatakan, penderita OA harus sesegera mungkin menjalani terapi untuk mengobati penyakit tersebut. Sebab jika tak segera ditangani, OA bisa menyebabkan cacat permanen pada bagian tubuh tertentu. 
 
“Ketika seseorang tidak bisa melakukan apa yang sebelumnya bisa dia lakukan, hal ini juga mengakibatkan masalah emosional,” ujarnya.
 
Deasy mengungkapkan, OA bisa terjadi seluruh sistem sendi motorik tubuh seperti leherm, lutut dan sebagainya. OA umunya memiliki gejala nyeri  dan kaku selama 30 menit di bagian sendi yang terserang OA. Pada kasus tertentu, OA bisa menybabkan pembengkakan di bagian sendi setelah digerakkan.
 
“Gejala lainnya adalah otot betis mengecil, dan krepitasi (jika terjadi di bagiabn kaki dan lutut),” ungkap dia.
 
Deasy menganjurkan pertolongan pertama jika mencurigai terserang OA. Dia menganjurkan penderita segera beristirahat. Setelah itu, bagian tubuh tersebut dikompres menggnakan es. Hal ini dilakukan untuk meredakan pembengkakan.
 
"Kalau cuma nyeri istirahat, kompres hangat, minum alagetik, gunakan suplemen glukosamin dalam bentuk roller gel," ungkap dia.
 
Dia juga menganjurkan masyarakat untuk rajin bergerak dan olahraga rutin agar terhindar dari penyakit OA. Selain itu, dia menganjurkan menjalankan diet sehat dan mengurangi konsumsi gula. 
 
“Menghindari makanan manis berlebihan agar tidak obesitas. Sebab obesitas bverisiko meningkatkan OA pada sesorang,” tandas Deasy.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif