(Foto: Thehealthsite)
(Foto: Thehealthsite)

Studi: Varian DNA Baru Bisa Memprediksi Tinggi Badan

Rona studi kesehatan
Sri Yanti Nainggolan • 04 Februari 2017 11:47
medcom.id, Jakarta: Sebuah tim penelitian internasional mengidentifikasi 83 perubahan DNA baru yang dapat menentukan berat badan, dan membantu memprediksi risiko adanya gangguan pertumbuhan pada seseorang.
 
Tinggi badan biasanya ditentukan berdasarkan informasi dalam DNA, dimana anak yang lahir dari orangtua yang tinggi cenderung akan memiliki tubuh yang lebih tinggi daripada orang tuanya, dan hal sebaliknya pun demikian.
 
"Dari 83 variasi genetik, beberapa memengaruhi tinggi saat dewasa hingga 2 centimeter, ini sangat besar," tukas Guillaume Lettre, professor di Montreal Heart Institute, Kanada.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Gen tersebut terpengaruh oleh modulasi variasi genetik, perkembangan tulang dan tulang rawan, pertumbuhan produksi dan aktiviasi hormon.
 
Ratusan perubahan DNA memengaruhi tinggi badan yang sudah teridentifikasi, namun perubahan DNA yang umum biasanya mengubah tinggi badan tak lebih dari 1 milimeter (mm).
 
Namun, studi tersebut menunjukkan bahwa perubahan DNA yang baru ini tidak umum dimana perbedaan bisa mencapai 2 centimeter (cm), sepuluh kali lipat dari yang biasa.
 
Selain itu, gen tersebut juga bisa membantu memprediksi risiko gangguan pertumbuhan tertentu pada seseorang.
 
"Kami berharap suatu hari nanti bisa memanfaatkan pengetahuan ini untuk mengembangkan pendekatan medis untuk mengatasi gangguan pertumbuhan," tambah Panos Deloukas professor dari Queen Mary University of London (QMUL).
 
Studi tersebut melibatkan 700 ribu partisipan dengan 250 ribu variasi gen. Para peneliti juga mengidentifikasi beberapa gen yang mewakili target terapi yang baik untuk masalah pertumbuhan pada anak-anak.
 
Para peneliti juga melihat perubahan variasi tersebut berpengaruh pada pertumbuhan dalam darah.
 
"Protein STC2 berperan sebagai rem pada tinggi badan dimana ini bia menjadi target obat-obatan untuk mereka yang berperawakan tinggi," jelas Joel Hirschhorn dari Broad Institute di Massachusetts, Amerika Serikat. (The Health Site)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(DEV)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif