Jakarta: Beragam inovasi dikembangkan tim medis untuk menangani masalah gagal jantung. Mulai dari uji laboratorium terhadap obat-obatan, hingga metode lainnya.
Teranyar, tim kedokteran menwmukan metode baru yang terbilang unik untuk mengatasi penyakit yang menjadi pandemic global itu. Yakni dengan menggunakan alat atau device yang ditanam di dalam tubuh untuk menstabilkan irama jantung.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Gagal jantung berhubungan dengan aritmia. Yang merupakan penyakit akibat irama jantung terlalu cepat atau fibrilasi atrium,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), dalam seminar Inovasi Alat Pacu Jantung Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung, di Rumah Sakit Columbia Asia, Jakarta, Selasa 2 April 2019.

Multipoint Pacing Cardiac Resynchronization Therapy Pacemaker (CRT). (Foto: Abas/Medcom.id)
Salah satu metode paling anyar yang dikenalkan untuk mengatasi gagal jantung dengan mengatur irama detak jantung adalah Multipoint Pacing Cardiac Resynchronization Therapy Pacemaker (CRT). Teknologi yang ada di Rumah Sakit Columbia Asia ini digadang-gadang mampu meningkatkan angka harapan hidup pasien gagal jantung.
CRT merupakan sebuah alat berukuran kecil yang dipasang untuk mengembalikan irama gerak dari otot-otot jantung. Alat tersebut bekerja dengan menyalurkan aliran listrik di bilik dan serambi kiri jantung dengan menggunakan empat elektroda pacing dan sepuluh vector pacing.
“Namun, CRT multipoint pacing direkomendasikan pasien gagal jantung lanjut simtomatik, yang sudah mendapatkan terapi farmakologis gagal jantung secara optimal,” lanjut dia.Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Usus
Penggunaan alat ini digadang-gadang bisa menjadi solusi terbaik untuk penderita gagal jantung. Menurut ahli jantung, dr. Sunu Budhi Raharjo, angka harapan hidup pasien yang menggunakan CRT Multipoint Pacing meningkat hingga 34 persen dalam 54 bulan.
“Prinsipnya alat ini memperbaiki angka harapan dan kualitas hidup pasien,” ujar Sunu.
Lebih lanjut, Sunu menegaskan bahwa tata laksana gagal jantung umumnya dilakukan obat-obatan dan alat. Penggunaan alat yang sudah direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) ini diterapkan ketika pasien tidak lagi mampu disembuhkan dengan obat-obatan semata.
“Artinya, pasien yang bisa menggunakan teknologi ini sudah melewati proses seleksi. Biasanya mereka merupakan pasien yang mengidap jantung stadium C dan D,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)