Dikutip dari Health, istilah teknis untuk kondisi ini adalah misophonia, dan itu didefinisikan sebagai kepekaan yang parah terhadap suara seperti mengunyah, batuk, menguap, dan banyak lagi. Beberapa orang memiliki kasus misophonia yang lebih ekstrem daripada yang lain, dan merasa sangat terganggu oleh suara-suara itu, bahkan sampai pada titik di mana mereka membutuhkan terapi perilaku kognitif
Pada tahun 2017, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology menunjukkan bahwa mereka dengan gangguan ini memiliki perbedaan di lobus frontal otak mereka yang menyebabkan reaksi keras terhadap suara, bahkan dapat menyebabkan detak jantung dan berkeringat lebih cepat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pada Februari, penelitian lain menemukan bahwa misophonia dapat memengaruhi kemampuan orang untuk belajar. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Applied Cognitive Psycology, suara yang halus sekalipun seperti permen karet cukup untuk mempengaruhi kinerja akademis mereka.
"Beberapa orang sangat sensitif terhadap suara latar belakang yang relatif halus seperti mengunyah, dan kepekaan ini dapat mengganggu dan merusak cara seseorang dalam belajar," ujar penulis studi, Logan Fiorella, asisten profesor kognisi terapan dan pengembangan di University of Georgia.
"Mungkin penting siswa dengan tingkat sensitivitas misophonia yang lebih tinggi untuk menghindari belajar di tempat-tempat di mana ada banyak suara 'pemicu', seperti orang yang sedang mengunyah, batuk, mengklik pena, atau kertas gemeresik," kata Fiorella.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)
