“Jika pendengaran terganggu, kemampuan bahasa anak pun juga akan terganggu. Diagnosis kemampuan mendengar anak dapat diketahui sejak anak baru lahir,” kata dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL, dokter spesialis THT di RSUI.
Lebih lanjut, dr. Fikri menjelaskan bahwa saat seseorang tidak bisa mendengar biasanya dapat dibantu dengan alat bantu dengar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Alat bantu dengar pada prinsipnya hanyalah melakukan amplifikasi atau penguatan, sehingga energi suara yang masuk dari luar karena jumlah sarafnya terbatas maka harus dikuatkan agar sampai ke otak.
“Namun saat jumlah saraf pada rumah siput terbatas, sekuat apapun alat bantu dengar dari luar tidak mampu untuk menstimulasi rumah siput. Sehingga alat bantu dengar tersebut tidak efektif. Implant koklea dapat menjadi salah satu penanganan dalam masalah ini (setelah memenuhi kondisi yang disyaratkan),” tambah dr. Fikri.
“Meski ada metode implan koklea, prinsipnya tetap jangan jadikan anak Anda mendengar tidak, tuli juga tidak. Implan koklea tentunya memiliki risiko, namun risiko ini dapat diatasi dengan persiapan, peralatan dan tim yang memadai,” ujar dr. Fikri.
Ia juga menjelaskan bahwa setelah melakukan implant koklea, tidak serta merta anak dapat langsung mendengar.
Tetap perlu ada terapi lanjutan. “Implan koklea ini hanyalah sebagai jendela pembuka, orang tua tetap harus merangsang kemampuan bahasa anak,” kata dr. Fikri.
“Interaksi orang tua dan anak merupakan faktor penting dalam perkembangan bahasa, bahkan mengalahkan faktor sosial ekonomi. Orang tua yang bekerja sama menyelesaikan masalah anak dan aktif berkomunikasi dapat memengaruhi perkembangan IQ pada anak pasca habilitasi yang lebih tinggi,” tutup dr. Fikri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)
